LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID MODUL IV PENGARUH KADAR BAHAN PENGIKAT PADA MIGRASI OBAT SELAMA WAKTU PENGERINGAN



LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID
MODUL IV
PENGARUH KADAR BAHAN PENGIKAT PADA MIGRASI OBAT SELAMA WAKTU PENGERINGAN



Disusun oleh:
Kelompok                   : B2

Anggota                      : Yuda Marsono                      K100110027
 Ratna Setyoningrum              K100110030
 Desty Ririn R.                        K100110031
 Oka Gagaz P.                         K100110035
 Eldesi Medisa I.                     K100110038
Korektor                      :
 
                                   

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013






MODUL IV

PENGARUH KADAR BAHAN PENGIKAT PADA MIGRASI
OBAT SELAMA WAKTU PENGERINGAN
  


1.      TUJUAN
Untuk mengetahui pengaruh kadar bahan pengikat pada migrasi obat selama waktu pengeringan granul.

2.      DASAR TEORI
Pengeringan meliputi operasi pemindahan panas maupun massa. Panas harus dipindahkan kepada bahan yang akan dikeringkan untun memasok panas laten yang diperlukan untuk penguapan dari lembap. Perpindahan massa dilibatkan dalam difusi air melalui bahan ke permukaan, dalam penguapan air berikutnya dari permukaan, dan dalam difusi dari uap resultan ke dalam aliran udara yang lewat. Proses pengeringan dapat lebih mudah dimengerti jika perhatian dipusatkan pada lapisan tipis cairan di permukaan bahan yang dikeringkan. Laju penguapan lapisan tipis ini dihubungkan dengan laju perpindahan panas dengan persamaan:
                                                      
dW/dθ= q/λ
Dimana dW/dθ adalan laju pon penguapan air, q adalah laju perpindahan panas keseluruhan (BTU per jam), dan λ adalah panas laten penguapan air (BTU per gram).
(Lachman, dkk, 1989)
Pembuatan granul dengan cara basah:
Zat berkasiat, zat pengisi, dan zat penghancur dicampur baik-baik, lalu dibasahi dengan larutan bahan pengikat, bila perlu ditambah bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi granul, dan dikeringkan dalam almari pengering pada suhu 400-500. Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak menjadi tablet dengan mesin tablet.                                                                                               (Anief, moh, 1987)
Untuk melakukan pengeringan pada suhu tinggi digunakan lemari pengering. Jenis bangunnya sangat berfariasi dan dapat dipanaskan secara elektris. Pada umumnya lemari pengering memiliki alat pengatur suhu. Udara panas akan bergerak keruanf sebelah dalam diatas nampan yang berisi bahan yang akan dikeringkan. Oleh karena sirkulasi udara berlangsung relatif lambat dan keteraturan panas dibagian dalam lemari tidak selamanya terjamin, maka lemari pengering modern dilengkapi dengan ventilator, pembalik aliran udara dan pelengkapan lain yang sejenis, yang membantu pencapaian keteraturan suhu dibagian dalam lemari dan kecepatan aliran udara yang memadai. Bahan yang peka terhadap suhu seringkali mengalami kerusakan akibat panas yang digunakan. Juga harus diperhatikan adanya sifat senyawa yang mudah teroksidasi. Dalam kasus semacam itu disarankan untuk mengguanakan lemari pengering hampa udara. Material yang akan dikeringkan juga diletakkan diatas nampan dan ditempatkan diatas lempeng yang dipanasi dengan uap air, air panas atau secara elektris. Beberapa jenis diantaranya juga memiliki bodi pemanas dibagian sisinya. Ruang pengeringan tersebut dalam kondisi hampa udara. Pengeringan menggunakan hampa udara memungkinkan pengusiran air secara cepat dan aman dari material pada suhu rendah.
(Voigt, R, 1984)




Laktosa
C12H22 O11. H2 O
Pemerian serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa agak manis.
Kelarutan larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air mendidih; sukar larut dalam etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan dalam wadah tertutup baik.
Khasiat dan penggunaan zat tambahan.                                             (Anonim, 1979)
Gelatin
Gelatin adalah protein yang diperoleh dari bahan kalogen.
Pemerian lembaran, kepingan, serbuk atau butiran; tidak berwarna atau kekuningan pucat; bau dan rasa lemah.
Kelarutan juka direndam dalam air mengembang dan menjadi lunak, barangsur-angsur menyerap air 5 sampai 10 kali bobot-nya; larut dalam air panas dan jika didinginkan terbentuk gudir; praktis tidak larut dalam etanol (95%) P, kloroform P dan dalam eter P; larut dalam campuran gliserol P dan air, jika dipanaskan lebih mudah larut; larut dalam asam asetat P.
(Anonim, 1979)








III. ALAT DAN BAHAN
Alat :
ü  Sel Pengering                         
ü  Almari Pengering
ü  Ayakan no.12
ü  Baskom
ü  Bekker glass 100ml
ü  Corong
ü  Kertas saring
ü  Gelas ukur 100ml
ü  Kuvet
ü  Spektrofotometer
ü  Sendok tanduk

•Bahan:
ü  Teofilin
ü  Laktosa
ü  Gelatin

Tabel Formulasi
Bahan
Formula I
Formula II
Teofilin
1
1
Laktosa
99
99
Gelatin
5%
15%





IV. CARA KERJA SKEMATIS
Dibuat Larutan gelatin 5% dan 15% masing-masing sebanyak 50 ml

Ditimbang bahan-bahan sesuai dengan formula dan dicampur sampai homogen

Zat aktif ditimbang sesuai formula dan dilarutkan dengan sedikit air,dikeringkan dengan sedikit laktosa,dan sisa laktosa kemudian dicampurkan

Dibuat massa granul untuk masing-masing formula dengan larutan gelatin dan kemudian diayak dengan ayakan no.12

Granul dimasukan kedalam sel pengering

Dipanaskan dalam almari pengering selama 2jam pada suhu 60C

Diamati homogenitas distribusi warna dari zat aktif (teofilin) pada tiap-tiap lapisan sel pengering

Diambil sampel 1 gram dari setiap lapisan dan dilarutkan ad 20 ml aquadest

Dibaca dengan spektrofotometri pada λ525 nm

Dihitung kadar pada tiap lapisan sel pengering


V. PEMBAHASAN CARA KERJA
Volume larutan gelatin yang ditambahkan untuk formula I dan II disamakan.Pengeringan dengan suhu rendah yaitu 60C dikarenakan untuk menghindari terjadinya migrasi,yaitu distribusi kadar obat dan/zat warna didalam granul sehabis pencampuran dengan bahan pengikat yang semula telah merata disemua bagian ,menjadi tidak merata lagi.Pada saat pembacaan absorbansi ,zat yang dilarutkan dengan pelarut sampai 20ml absorbansi sudah masuk range sehingga tidak perlu pengenceran.





















VI. HASIL PERCOBAAN
A. Penentuan Bahan

Bahan
Penimbangan
Formula I
Zat aktif : Theophylline
50 g
Laktosa
50 g
Pembuatan Larutan gelatin 5 %
Gelatin : 2,5 g
Air : 50 mL
Volume larutan gelatin 5 % yang ditambahkan dalam pembuatan granul = 15 mL.
Formula II
Zat aktif : Theophylline
50 g
Laktosa
50 g
Pembuatan Larutan gelatin 15 %
Gelatin : 7,5 g
Air : 50 mL
Volume larutan gelatin 15 % yang ditambahkan dalam pembuatan granul = 15 mL.
Suhu Pengeringan = 60 oC
Lama Pengeringan = 2 jam

a. Formula I
Lapisan
Abs
FP
Kadar
(mg%)
Rerata Kadar
(mg %)
1
0,382
1
0,7655
-
2
0,394
1
0,7960
-
3
0,402
1
0,8162
-
4
0,421
1
0,8644
-
5
0,457
1
0,9556
-

b. Formula b
Lapisan
Abs
FP
Kadar
(mg%)
Rerata Kadar
(mg %)
1
0,335
1
0,6464
-
2
0,336
1
0,6490
-
3
0,354
1
0,6945
-
4
0,384
1
0,7706
-
5
0,403
1
0,8187
-

PERHITUNGAN


y= 0,3945x + 0,08

Formula I (5%)
a. Absorbansi = 0,382
0,382  = 0,3945x + 0,08
x = 0, 7655
Kadar = x. FP
= 0,7655 x 1
= 0,7655 %

b. Absorbansi = 0,394
0,394 = 0,3945x + 0,08
x = 0,7960

Kadar = x. FP
            = 0,7960 x 1
            = 0,7960 %
c. Absorbansi = 0,402
0,402 = 0,3945x + 0,08
x = 0,8162

Kadar = x. FP
            = 0,8162 x 1
            = 0,8162 %

d. Absorbansi = 0,421
0,421 = 0,3945x + 0,08
x = 0,8644

Kadar = x. FP
            = 0,8644x 1
            = 0,8644 %

e. Absorbansi = 0,457
0,457 = 0,3945x + 0,08
x = 0,9556

Kadar = x. FP
            = 0,9556 x 1
            = 0,9556 %


Formula II (15%)


a. Absorbansi = 0,335
0,335  = 0,3945x + 0,08
x = 0, 6464

Kadar = x. FP
= 0,6464 x 1
= 0,6464 %
b. Absorbansi = 0,336
0,336 = 0,3945x + 0,08
x = 0,6490
Kadar = x. FP
            = 0,6490x 1
            = 0,6490 %

c. Absorbansi = 0,354
0,354 = 0,3945x + 0,08
x = 0,6945
Kadar = x. FP
            = 0,6945 x 1
            = 0,6945 %
d. Absorbansi = 0,384
0,384 = 0,3945x + 0,08
x = 0,7706

Kadar = x. FP
            = 0,7706 x 1
            = 0,7706 %

e. Absorbansi = 0,403
0,403 = 0,3945x + 0,08
x = 0,8187

Kadar = x. FP
            = 0,8187 x 1
            = 0,8187  
















 VII. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar bahan pengikat pada migrasi obat selama pengeringan granul. Pengeringan adalah menghilangkan zat cair yang volatil yang terkandung didalam solid (non volatil) dengan cara pemanasan. Pada saat pengeringan granul akan terjadi perpindahan panas dan perpindahan massa yang berlangsung secara bersamaan. Perpindahan massa, berupa perginya air dari dalam granul ke permukaan granul dan menguapnya air dari permukaan granul mengikuti aliran udara kering di ruang pengeringan. Pada perpindahan massa terjadi proses migrasi , yaitu perginya air dari dalam granul ke permukaan granul. Apabila ada bahan obat/zat warna yang larut dalam air di dalam di dalam granul, maka pada saat migrasi obat selama proses pengeringan dapat mengakibatkan dehomogenitas.
Pada percobaan, zat aktif yang digunakan adalah gelatin yang dibuat dengan kadar berbeda yaitu 5% (formula I) dan 15% (formula II). Di buat dengan kadar yang berbeda karena dalam praktikum ini akan membandingkan pengaruh kadar antara formula I dan formula II. Masing –masing formula ditambahkan dengan laktosa 50 gram. Menggunakan laktosa karena laktosa merupakan bahan pengisi yang baik. Setelah semua tercampur Teofilin diteteskan 6 tetes larutan gelatin. Penambahan larutan gelatin sedikit –sedikit karena kalau terlalu banyak akan membuat massa granul terlalu basah. Setelah semua tercampur hingga homogen hingga terbentuk massa granul yang baik, Setelah itu granul diayak dengan ayakan no 12 dan hasil ayakan dikeringkan ke dalam lemari pengering menggunakan sel pengering (drying cell). Pengayakn dilakukan dengan hati-hati tujuannya agar di peroleh massa granul yang baik. Proses pengeringan dilakukan pada suhu 600C dan selama 2 jam. Hal ini dimaksudkan agar perpindahan massa dan perpindahan  panas yang terjadi /atau berlangsung secara bersamaan. Perpindahan massa disini berupa keluarnya air dari dalam granul ke permukaan granul. Sedangkan menguapkan air. Air dari permukaan granul adalah mengikuti aliran udara kering dari ruang pengeringan.
Setelah 2 jam diambil dari lemari pengering dan di timbang pada tiap-tiap lapisan 1 gram kemudian di tambahkan dengan 20 mL aquadest baik yang formula I maupun formula II, kemudian dibaca absorbansinya. Nilai absorbansi yang didapatkan pada lapisan 1 0,382; lapisan 2 0,394; lapisan 3 0,402; lapisan 4 0,421 dan lapisan 5 0,457. Sedangkan pada formulasi II nilai absorbansi lapisan 1 0,335; lapisan 2 0,336; lapisan 3 0,354, lapisan 4 0,384 dan lapisan 5 0,403.
VIII. KESIMPULAN
1. Pengeringan adalah menghilangkan zat cair yang volatil yang terkandung didalam solid(non volatil) dengan cara pemanasan.
2. Pada percobaan, zat aktif yang digunakan adalah gelatin yang dibuat dengan kadar berbeda yaitu 5% (formula I) dan 15% (formula II).
3. Pada percobaan menggunakan laktosa karena laktosa merupakan bahan pengisi yang baik.
4. Proses pengeringan dilakukan pada suhu 600C dan selama 2 jam supaya perpindahan massa dan perpindahan  panas yang terjadi /atau berlangsung secara bersamaan.
5. Nilai absorbansi formula I   :
lapisan 1          : 0,382
lapisan 2          : 0,394
lapisan 3          : 0,402
lapisan 4          : 0,421
lapisan 5          : 0,457
Nilai absorbansi formula II     :
lapisan 1          : 0,335
lapisan 2          : 0,336
lapisan 3          : 0,354
lapisan 4          : 0,384
lapisan 5          : 0,403










IX. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Anief, Moh., 1987, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM press, Yogyakarta
Lachman, dkk., 1989, Teori dan Praktek Farmasi Industri, diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, Universitas Indonesia press, Jakarta
Voight, R., 1973, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, penerjemah Dr.Retnat Soendani Noerono Soewandhi, Apt., UGM press, Yogyakarta