Adu Singa



 
dok.istimewa
Kutemui ada singa dalam dirimu yang lembut. Bengismu sudah tak asing lagi, buat orang lain. Juga buatku. Atau memang watak jurnalis memang sadis dan bengis. Aku sempat juga jadi jurnalis, tapi aku hanya suka marah-marah, sedikit egois memang. Tapi tak bengis dan sadis seperti dirimu. Bedanya satu. Dalam sadismu selalu ada romantis. Di manapun. Unukku, juga untuk dia yang sedang atau pernah dekat denganmu. Aku cemburu!

Aku juga memelihara singa dalam diriku. Mungkin sudah lama. Sebenarnya aku juga ingin tanya, singa yang kamu pelihara sudah lamakah? Atau ia muncul hanya ketika menghadapi singa dalam diriku. Aku sih berharap seperti itu, hanya saja sepertinya usai itu menyangkal persepsiku. Masih tetap ingat ketika singa dalam diri kita saling bertemu dan beradu. Ternyata sangat menakutkan.

Singa yang menempati diriku kenapa selalu meronta jika sedikit saja singamu mengaum. Ya meronta. Meronta ingin mendatangi dan bersama-sama mengaum. Uh...

Ternyata, cerdasmu itu juga ada sisi lainnya. Juga aku yang terkesan malu-malu. Aku tak bisa seperti ini lebih lama. Takut tak bisa mengendalikan amukan singa yang ada dalam diriku.

Bisakah singa dalam diri kita dipisahkan?