Puasa Setahun Silam



Selamat menjalankan ibadah puasa, maaf ya kalau tiwi ada salah...

Puasa lagi nih. Hampir sama seperti tahun lalu, awal puasa udah bolong nih. Juga puasa tahun ini jomblo lagi. iuuuhhh banget. Bakalan merasakan sahur sendiri, buka puasa sendiri. Hm, terlunta deh... ah semoga terlunta itu sebading dengan tugas-tugas yang ingin aku kerjakan ramadhan ini. Semoga selesai sesuai target amiin.

Dulu, dalam cerita ramadhanku sudah tak bersama dengan BB lagi. Buka puasa yang dulu bareng-bareng, terus gak tarawih malah pacaran. Itu rekor bulan puasa yang jelek. 
 
Ini foto sama BB, maaf ya suma muka separuh
Tahun kemarin gak punya pacar sih, kadang-kadang diajak buka puasa (kalo ada yang baik hati gitu). Tapi tetep aja sholat tarawihnya masih bolong-bolong. Malah kadang tarawih di kos sama farrah saking melesnya melangkah ke masjid. Semoga tahun ini tidak lagi. juga pengalaman keburu-buru ke masjid, udah gitu sholat isya ketinggalan 1 rakaat. Eh dengan tanpa rasa berdosa Nazi solat ikut imam yang tiga rakaat udah salam. Yang tak terlupa juga rewelnya anak-anak kecil di depan ku dan farrah solat malah lende-lende tiang terus jatuh karena tikar licin. Itu yang bikin ngakak kalau diinagt. Yang bikin greget itu pas tarawih ketemu sama pacarnya BB. Tapi ya gak apa-apa, itu udah masa lalu. Setahun silam.

Puasa tahun lalu itu juga sudah merasakan radar dari seseorang. Yang tiba-tiba sms:

“Kosmu di mana?”

“Dulu mas udah pernah kok, pas kasih flasdisk Eri.”

“Aku lupa. Ku tunggu di depan sop kampus aja ya, yang dulu kita pernah makan (bareng Eri juga sebenarnya).”

Dan pertemuan itu, aku lupa kita awalnya kemana. Selanjutnya kita kembali berjumpa. Terima kasih sudah mengajakku menginjakkan kaki di rumah Mas Joni Ariyadinata Presiden Cerpen Indonesia. Mataku yang terkagum-kagum juga suasana yang awalnya membuatku jengah. Bahkan sampai akhir. Tapi tak apa, itu pelajaran juga pengalaman. Selanjutnya di tempat ini dan itu. aku tak cuup kenal dengan orang-orang itu. aku seperti semut yang tersesat diantara lebah lebah. Banyak gula-gula dan madu di sana sini tapi aku tak menikmati. Pikiranku hanya satu, pulang ke sarang dan bercerita kepada semut lainnya bahwa aku mengalami pengalaman hebat yang sebelumnya belum pernah! Saat itu, tak ada yang melirikku, atau mengajak berbincang. Mungkin karena aku adalah semut, dan mereka berbicara dengan bahasa lebah. Aku bicara apa ini? Ah mungkin kurang jelas, intinya bulan puasa tahun lalu mengingatkanku denganmu mas, Mas Lebah... ha ha ha
 
Lakon Semut

Semut luga bisa lap gelas. Lebah yang fotoin

Ini mungkin ketiga kalinya aku bicara. Di TBY yang mempertemukan telapak tangan kita. Huaaa... itu juga momen puasa tahun lalu. Mengapa begitu banyak hal manis? Sampai-sampai aku mau mudik kau tahan karena mengajak mancing. Iuhh

Dan, puasa tahun lalu penuh perjuangan menuju Makassar. Bolos tarawih lagi. demi bimbingan dengan mbak Evi. Terima kasih mbak Evi bimbingannya, Lelakiku yang bersedia mengantar dan menjemput kemudian setelah itu kita dipacar-pacarkan (maksud?). juga tak lupa Ayu yang juga pernah mengantar. Hal itu tak pernah terlupa sampai kapanpun.

Buka puasa di rumah salah satu dosen. Aku yang sudah dengan heboh beli makanan buat berbuka, selanjuthya dering telephonmu yang memaksa. Yeah, Lelakiki muncul di depan pintu untuk menjemputku, ya itu perintahmu. Selanjutnya tiba di rumah itu dengan aksi seperti anak kecil yang saling dorong karena gak mau mengawali masuk rumah. Ah, bukankah itu kenangan sangat manis? Dan selanjutnya kutemui foto-foto dengan gambar dirimu yang duduk manis di belakangku.
Buka puasa setelah aksi saling dorong

Ternyata udah niat fotoin aku

Itu penampakan orang di belakangku

difotoin lagi kan (Stt, belakang itu...)


Pulang itu kita bersama, kubawa derai tawa dan gembira karena cerpenku lolos ke Makassar. Terima kasih untuk puasa setahun lalu, sehingga aku bisa bercerita di sini. Kejytan apa yang akan terjadi puasa esok hari. Marhaban yaa Ramadhan...

“Mau kemana dek?”

“Pamit pulang mas, mau tarawih.”

“Tarawih kan sholat sunah, bukan wajib.”

Sebuah obrolan setelah buka puasa. 

Aku tetap pulang, dan dalam sinar matamu ada perintah larangan. Matamu menarikku untuk enggan pulang. Walau akhirnya aku tak menoleh dan berjalan pulang. Semoga selamanya aku tak menoleh ke kearahmu, Mas.