Anak muda memang penuh dengan kejutan. Demikian pula empat anak muda pendiri Alegrium, perusahaan pengembang game. Tanpa diduga-duga, Icon Pop Quiz, game tebak gambar bertema pop besutan mereka, sukses menjadi game yang paling banyak diunduh di Apple Store, pusat aplikasi perangkat mobile buatan Apple seperti iPhone, iPad dan iPod. Icon Pop Quiz pun berhasil merajai Google Play Store alias sentra aplikasi game berbasis sistem operasional Android.
Sejak dirilis pada 15 November 2012 di jagat Apple Store, jumlah pengunduh Icon Pop Quiz hingga kini mencapai 11 juta lebih. Adapun di Google Play Store mencapai 2 juta unduhan. Hebatnya lagi, kebanyakan pengunduhnya justru dari negara yang berbahasa Inggris seperti Inggris, Australia dan Kanada. Artinya, mereka suskes merebut hati gamer global.
Alegrium dibesut pada 2011 oleh empat anak muda: Yan Gunawan (29 tahun), Stefan Damasena (28 tahun), Raygen (31 tahun) dan Indra Budiman (30 tahun). Mereka adalah mantan karyawan agensi digital yang sudah jenuh meladeni tuntutan klien. Akhirnya, setelah mengumpulkan cukup nyali, mereka sepakat membesut Alegrium dan langsung membuat game atas inisiatif sendiri. “Inginnya kami yang bekerja happy, dan produk yang kami keluarkan juga membuat orang lain happy,” tutur Stefan.
Konsep bebas dan happy tampaknya tertera juga pada jabatan di kartu nama mereka. Stefan menuliskan jabatannya sebagai Sorcerer (tukang sihir) di kartu nama yang disodorkan kepada SWA. Alasan Stefan, “Saya suka making magic happened.” Adapun Yan menuliskan jabatannya sebagai Rock Star, karena ia penggemar segala aliran musik. Begitu juga para karyawannya. Salah satu desainernya, David Kurniawan, yang sekaligus pencetus ide pembuatan Icon Pop Quiz, menyebut dirinya Jedi, saking cintanya pada Star Wars, film fiksi sains legendaris.
Setelah Alegrium berkibar dengan tim beranggota 8 orang, mereka memutuskan untuk fokus melahirkan produk aplikasi independen, bebas dari campur tangan klien. Alasannya, kooptasi klien ujung-ujungnya melahirkan banyak batasan. “Kami lebih utamakan produk untuk naik di Apple Store. Kalau Google Play kami sedang godok terus, tidak sesempurna yang di Apple,” ungkap Stefan seraya memaparkan 8 orang tersebut masing-masing mengurusi bagian konten, desain, pemasaran dan pengembangan bisnis.
Tanpa menunggu lama, Alegrium lantas merilis game perdana mereka, Snowball Run, untuk iOS dengan tarif US$ 0,99/unduhan. Stefan mengklaim respons atas game pertama itu cukup baik dengan jumlah unduhan mencapai 100 ribu. Yang lebih penting lagi, game tersebut membuka jalan untuk bekerja sama dengan publisher game dunia seperti Gilingo, perusahaan yang pernah menerbitkan game kenamaan Angry Birds. Tonggak awal ini langsung meroketkan rasa percaya diri mereka. Inilah yang meyakinkan mereka bahwa Alegrium bisa menjadi pengembang game dengan produk berkualitas global.
Pencapaian mereka selanjutnya ditandai dengan lahirnya game Acak Kata, Rob and Roll, dsb. Total, sekitar 10 prototipe game pernah dikeluarkan Alegrium. Hingga akhirnya, pada saat makan siang bareng, David mencetuskan ide membuat game tebak kata layaknya Logo Quiz, sebuah game tebak logo perusahaan yang sedang in kala itu. Namun, ide David baru ditindaklanjuti beberapa waktu kemudian. Belakangan, setelah diujicobakan dengan bermain tebak-tebakan, akhirnya game tersebut digarap.
~~
Kelebihan Icon Pop Quiz, permainan ini dirancang sederhana sehingga mudah dimainkan. Selain itu, game ini seperti menggabungkan beberapa game lain yang sedang in, yakni game tebak judul film layar lebar, tebak gambar karakter kartun, serta tebak karakter dan judul acara televisi. Salah satu keunggulan utama Icon Pop Quiz sendiri tak lain karena hadirnya 600 ikon lebih yang digambar oleh David sendiri.
Mereka juga menggarap model bisnisnya. Salah satu konsep yang dikembangkan adalah model freemium. Yakni, mereka memasang game tersebut untuk diunduh secara gratis di Apple Store dan Google Play Store. Namun, sekaligus mereka menjual koin virtual seharga US$ 1-2 bagi yang ingin mendapatkan petunjuk untuk menebak gambar dan menikmati berbagai fitur tambahan lainnya.
Sumber pendapatan lainnya dialirkan dari toko maya yang menjual pernak-pernik Icon Pop Quiz dan dari sisipan iklan pada sela-sela permainannya. Alegrium pun menjual jasa menghapus iklan tersebut seharga US$ 1,99 yang bisa dibeli dari Apple Store .
Permainannya sendiri terbagi dalam tiga kategori: Famous People, TV & Films dan Characters. Cara mainnya, setelah mengunduh dan memasang aplikasinya, pemain dipersilakan memilih ikon yang ingin ditebak, lalu ketik jawabannya di kolom yang disediakan. Jawaban yang benar akan dihadiahi poin yang dapat membuka jalan ke level selanjutnya. Poin juga dapat digunakan untuk membeli bantuan seperti: Ask Your Friends melalui Facebook dan Twitter, Hint, Eliminate keys, dan lainnya.
Stefan mengakui, tak ada promosi khusus untuk memperkenalkan Icon Pop Quiz. “Kami lakukan promo di Ad Network untuk iOS, dan beberapa kali pasang banner di AdWords. Hanya itu yang kami lakukan. Mungkin juga karena kontennya sehingga Icon Pop Quiz diterima pasar. Walau minimalis, selalu memperhatikan hal detail. Intinya do the best,” paparnya.
Dengan alasan kenyamanan dan kemudahan pemasangan game, Alegrium memilih merilis perdana Icon Pop Quiz di Apple Store ketimbang di Google Play. Stefan mencontohkan Super Sell yang membuat game Hey Day yang hanya dijual di Apple Store. Menurut dia, komunitas game memang lebih hidup di sistem operasional Apple. “Itulah sebabnya game Icon Pop Quiz lebih banyak diunduh di Apple Store,” ujar Stefan.
Berkat berbagai strategi itu, hasil yang dipetik Alegrium luar biasa. Hanya dalam satu bulan setelah dirilis, Icon Pop Quiz telah dimainkan oleh 1,2 juta pengguna iOS di berbagai belahan dunia. Jumlah pemainnya pun terus membengkak berkali-kali lipat hingga saat ini.
Meski Icon Pop Quiz sukses besar, Stefan dkk. tak lantas gegabah membesarkan perusahaan. “Produk game itu tidak bisa didesak, kami tidak ambisi cepat-cepat besar, grow pasti, tapi senatural mungkin. Karena, produk game itu seperti gambling juga, kami anggap bagus tapi belum tentu diterima pasar,” ungkapnya.
Toh, Stefan menargetkan, setiap tahun Alegrium mampu menetaskan tiga game. Khusus untuk Icon Pop Quiz, sang anak emas, Alegrium telah merencanakan rilis lanjutan yang akan diluncurkan tahun ini. “Kami ingin sekali seperti Rovio Entertainment yang membuat Angry Bird. Mereka bisa mengangkat produk game yang ikonnya bisa dijadikan produk lain,” tuturnya.
Yan Gunawan, salah satu pendiri Alegrium yang turut menemani wawancara, mengungkapkan, Alegrium sangat mementingkan riset dalam pembuatan produknya. “Ini dilakukan secara bersama-sama, game seperti apa yang disukai, seperti apa konsepnya. Kami juga mempelajari keberhasilan dan kegagalan game-game lain,” ungkap Yan.
Dengan demikian, game besutan Alegrium ditargetkan dapat menyamai bahkan melebihi prestasi Icon Pop Quiz yang selain diunduh belasan juta kali, juga mendapat penilaian 4,5 bintang dari skala 5 bintang penilaian di Apple Store.
Pujian atas keberhasilan Alegrium pun datang dari berbagai pihak. Salah satunya dari Andrias Ekoyuono, VP Pengembangan Bisnis Ideosource, perusahaan modal ventura yang telah berinvestasi di industri digital di Indonesia. “Mereka adalah anak-anak muda yang bisa berkiprah di industri digital, dalam hal ini industri game, dan mampu menciptakan produk-produk yang menarik,” ujar Andrias yang perusahaannya telah berinvestasi di Touchten, Kark, Saqina.com, Gimmie dan Kelir.TV.
Menurut Andrias, kesuksesan Alegrium menjadi bukti bahwa industri digital membuka peluang luas bagi setiap orang untuk berkarya dan membuat karyanya dinikmati pasar global. Kekuatan Icon Pop Quiz, imbuhnya, terletak pada konsepnya. “Game kasual menarik dan sederhana yang digarap dengan bagus, serta memanfaatkan ikon para tokoh dan selebritas yang dikenal dunia, sehingga memudahkan setiap orang untuk menikmati game tersebut. Ditambah fitur yang memungkinkan terciptanya viral, tak heranlah Icon Pop Quiz menjadi populer,” katanya memuji.
Agar berkembang lebih jauh lagi, lanjut Andrias, Alegrium harus membuat rencana bisnis yang matang. “Tujuannya, agar berkelanjutan dan mendapatkan scalable revenue, serta mampu mengetahui ke arah mana mereka berkembang dengan memperhatikan ekosistem dan value chain industri game dunia. Sudah cukup banyak perusahaan game yang bisa dijadikan studi kasus untuk mengetahui model perusahaan seperti apa yang hendak dituju,” Andrias menyarankan.
sumber. swa.co.id