tafsir













MAKALAH
Tafsir Tarbawi



STAIN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA
2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah swt, karena berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah Pramukaini. Shalawat beserta salam  semoga tercurah limpahkan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW. Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Tafs5r Tarbawi
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas matakuliah ini, mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami, umumnya bagi siapa saja yang membacanya. Amiin...
Kami menyadari dalam penyususnan makalah ini banyak sekali kesalahan dan kekhilapan, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan krtik dari para pembaca demi perbaikan makalah kami selanjutnya.


Palangkaraya,    mei 2012


Penyusun





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I  PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang
B.                 Rumusan Masalah
C.                 Tujuan Penulisan
D.                Metode Penulisan

BAB  II  PEMBAHASAN

A.    QS. Adz-Dzariyat: 56
B.     QS. Ali Imran: 138-139
C.     QS. Hud: 61
D.    QS. Al-Fath: 29
E.     QS. Al-Haj: 41


BAB III  PENUTUP

Kesimpulan.............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadis Nabi saw telah disepakati oleh mayoritas ulama dan umat Islam sebagai sumber kedua ajaran Islam setelah kitab suci al-Qur’an. Berbeda dengan al-Qur’an yang semua ayat-ayatnya disampaikan oleh Nabi saw secara mutawatir dan telah ditulis serta dikumpulkan sejak zaman Nabi saw masih hidup, serta dibukukan secara resmi sejak zaman khalifah Abu Bakar al-Shiddiq, sebagian besar hadis Nabi saw tidaklah diriwayatkan secara mutawatir dan pengkodifikasiannya pun baru dilakukan pada masa khalifah Umar bin Abdul Azis, salah seorang khalifah Bani Umayyah. Hal yang disebutkan terakhir, didukung oleh beberapa faktor lainnya, oleh sekelompok kecil (minoritas) umat Islam dijadikan sebagai alasan untuk menolak otoritas hadis-hadis Nabi saw sebagai hujjah atau sumber ajaran Islam yang wajib ditaati dan diamalkan. Dalam wacana ilmu hadis, dikenal dangan kelompok inkar al-sunnah.
Secara paradigma pemikiran dan pemahaman, sejarah inkar Sunnah memang sangat erat dengan golongan Khawarij, Muktazilah, dan Syiah .Dan dari segi benih kemunculan, mereka sudah tampak sejak masa sahabat. Bahkan, kabar tentang akan adanya orang yang mengingkari Sunnah sudah pernah disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
B.Rumusan Masalah
Pembahasan materi ini meliputi : Tujuan Pendidikan.

A.                QS. Adz-Dzariyat: 56

B.                 QS. Ali Imran: 138-139
C.                 QS. Hud: 61
D.                QS. Al-Fath: 29
E.                 QS. Al-Haj: 41

C.Tujuan Penulisan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah :
A.                Menggali informasi mengenai Tafsir Tarbawi.
B.                 Melengkapi salah satu tugas mata kuliah.
C.                 Menyampaikan arti Surat yang sesuai dengan Ajarannya..
D.                 Sebagai  pengetahuan untuk umat manusia supaya bisa menjalankan sunnah rasul tentang keberadaan Qur’an dan Hadist..
E.                 Mencari sumber informasi untuk dapat menerapkan dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai umat Rasulullah yang menjalankan Sunnahnya.

D.Metode Penulisan
Adapun   penulisan makalah ini penyusun menggunakan metode library dan internet searching, yang mana dalam penyusunan makalah ini penyusun menggunakan refrensi yang diperoleh dari perpustakaan dan hasil pencarian di internet yang sesuai dengan pembahasan makalah ini.


















BAB II
PEMBAHASAN
 
A. QS. Adz-Dzariyat: 56
”Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.

            Kalau sebelum ini ALLAH telah memerintahkan agar manusia berlari dan sesegera menuju ALLAH, disini di jelaskan kenapa manusia harus bangkit berlari dan sesegera menuju ALLAH. Ayat diatas menyatakan : dan aku tidak menciptakan jin dan manusia untuk satu manfaat yang kembali kepada diriku. Aku tidak menciptakan mereka melainkan agar tujuan datau kesudahan aktivitas mereka adalah beribadah ke padaku.

Ayat di atas menggunakan bentuk persona pertama (Aku). Ini bukan saja bertujuan menekankan pesan yang di kandungnya tetapi juga untuk mengisyaratkan bahwa perbuatan-perbuatan Allah tidak melibatkan malaikat atau sebab-sebab lainnya. Di sini penekanannya adalah beribadah kepada-Nya semata-mata, maka redaksi yang digunakan berbentuk tunggal dan tertuju kepada-Nya semata-mata tanpa memheri kesan adanya keterlibatan selain Allah S WT. Didahulukannya penyebutan kata al jin/jin dari kata al-ins/manusia karena jin lebih dahulu diciptakan Allah dari pada manusia.
Kaitannya dengan tujuan pendidikan itu sendiri dapat kita pahami sebagai berikut:
Pertama, kemantapan makna penghambaan diri kepada Allah dalam hati setiap insan. Tidak ada dalam wujud ini kecuali satu Tuhan dan selain-Nya adalah hamba-hamba-Nya. Kedua, Mengarah kepada Allah dengan setiap gerak pada nurani, pada setiap anggota badan dan setiap gerak dalam hidup. Semuanya mengarah hanya kepada Allah secara tulus. Dengan demikian, terlaksanalah makna ibadah.

Ibadah terdiri dari ibadah murni (mahdhah) dan ibadah tidak murni (ghairu mahdhah). Ibadah mahdhah adalah ibadah yang telah di tentukan oleh ALLAH bentuk, kadar, atau waktunya shalat, zakat, puasa, dan haji. Sedangkan ghairu mahdhah adalah segala aktivitas lahir dan bathin manusia yang di maksudkannya untuk mendekatkan diri kepada ALLAH. Hubungan seks pun dapat menjadi ibadah apabila di lakukan sesuai tuntunan agama.

Adapun tujuan ALLAH , itu berkaitan dengan zat – Nya yang Mahatinggi. Dia menciptakan manusia dan jin karena dia adalah zat yang Mahaagung.[1]
Thabathaba’i lebih lanjut menulis bahwa : Boleh jadi anda menduga bahwa menjadikan huruf lam pada ayat diatas menpunyai arti agar supaaya untuk tujuan bertentangan dengan Al qur’an.


v  Tujuan pendidikan.

Pada surat ad-Zariyat ayat 56, bahwasanya semua makhluk dimuka bumi baik yang berwujud maupun yang tidak hendaklah mengabdi kepadanya yang merupakan kewajiban kita sebagai makhluk ciptaannya. Hal ini merupakan perwujudan dari semua pengabdian kita sebagai hambaNya dan merupakan ajaran kepada semua makhluk hidup yag berakal yang merupakan makhluk yamg lemah dihadapanNya. Hal ini juga merupakan tujuan dari pendidikan Islam yakni supaya kita lebih mengabdi kepada Allah jikalau kita telah mengerti semua kewajiban hak kita kepadaNya.

v  .     Arti Mufrodat.

إِلَّا لِيَعْبُدُونِ : melainkan supaya mereka mengenal-ku dan beribadahkepada-Ku, bukan karena Aku membutuhkan mereka.

v  Munasabah  Ayat

Pada ayat sebelumnya  Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw untuk member peringatan. Dan pada ayat Allah menyebutkan bahwa di antara peringatan itu ialah bahwa Allah menciptakan jin dan manusia untukberibadah kepada-Nya.

v  Penjelasan Ayat

Ayat ini menegaskan bahwa Allah SWT tidaklah menjadikan jin dan manusia melainkan untuk mengenal-Nya dan supaya beribadah kepada-Nya. Hal ini diterangkan juga dalam hadis Qudsi yang diriwayatkan oleh Mujahid, yang berbunyi sebagai berikut:
Aku laksana perbendaharaan yang tersembunyi, lalu Aku ingin supaya diketahui, maka kujadikanlah makhluk, maka dengan adanya (ciptaan-Ku) itulah mereka mengetahui-Ku.
(lihat Tafsir AI Maragi hal. 13, juz 27, jilid IX).

Juga sesuai dengan firman Allah SWT:
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لا إِلَهَ إِلا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Tidaklah mereka itu diperintahkan untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (Q.S. At Taubah: 31)

Pendapat tersebut sama dengan pendapat Az-Zajjaj, tetapi ahli tafsir yang lain berpendapat bahwa maksud ayat tersebut ialah bahwa Allah SWT tidak menjadikan jin dan manusia kecuali untuk tunduk kepada-Nya dan untuk merendahkan diri. Maka setiap makhluk, baik jin atau manusia wajib tunduk kepada peraturan Allah, merendahkan diri terhadap kehendak-Nya. Menerima apa yang Ia takdirkan, mereka dijadikan atas kehendak-Nya dan diberi rezeki sesuai dengan apa yang telah Ia tentukan. Tak seorang pun yang dapat memberikan manfaat atau mendatangkan mudarat karena kesemuanya adalah dengan kehendak Allah SWT.


v  Pelajaran Ayat

Tujuan utama diciptakannya jin dan manusia adalah supaya mereka mengenal Allah dan beribadah hanya kepada-Nya.

v  .    Nilai Nilai Pendidikan Dalam Ayat

Mengenal Allah dan beribadah kepada-Nya sepatutnya dijadikan tujuan utama pendidikan.

v  Asbabun nuzul.

Ibnu Abbas membaca ayat tersebut: "Liya'rifuun" (agar mereka mengenal Aku). Pengetahuan merupakan tujuan dari penciptaan manusia. Dan barangkali pendekatan yang terbaik berkenaan dengan tafsir ayat tersebut adalah apa yang disampaikan oleh Syekh Muhammad Abduh: "Dialog yang terdapat dalam ayat tersebut adalah urusan Allah SWT dengan para malaikat-Nya di mana Dia menggambarkan kepada kita dalam kisah ini dengan ucapan, pertanyaan, dan jawaban. Kita tidak mengetahui hakikat hal tersebut. Tetapi kita mengetahui bahwa dialog tersebut tidak terjadi sebagaimana lazimnya yang dilakukan oleh sesama kita, manusia."
Para malaikat mengetahui bahwa Allah SWT akan menciptakan khalifah di muka bumi. Allah SWT menyampaikan perintah-Nya kepada mereka secara terperinci. Dia memberitahukan bahwa Dia akan menciptakan manusia dari tanah. Maka ketika Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh di dalamnya, para malaikat harus bersujud kepadanya. Yang harus dipahami bahwa sujud tersebut adalah sujud penghormatan, bukan sujud ibadah, karena sujud ibadah hanya diperuntukkan kepada Allah SWT.
                       

B. QS. Ali Imran: 138-139

(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa”.
”Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”.

Pada ayat 138 dalam surah Ali Imran ini mengandung pesan-pesan yang sangat jelas, bahwa al-Qur’an secara keseluruhan adalah penerangan yang memberi keterangan dan menghilangkan kesangsian serta keraguan bagi manusia, atau dengan kata lain ayat ini memberikan informasi tentang keutamaan al-Qur'an yang mengungkap adanya hukum-hukum yang mengatur kehidupan masyarakat.
Kitab tersebut berfungsi mengubah masyarakat dan mengeluarkan anggotanya dari kegelapan menuju terang benderang dari kehidupan negative menuju kehidupan positif. Al-Qur'an memang adalah penerangan bagi seluruh manusia, petunjuk, serta peringatan bagi orang-orang yang bertaqwa.Pernyataan Allah ini adalah penjelasan bagi manusia, juga mengandung makna bahwa Allah tidak menjatuhkan sanksi sebelum manusia mengetahui sanksi tersebut. Dia tidak menyiksa manusia secara mendadak, karena ini adalah petunjuk, lagi peringatan.Pada ayat 139 ini membicarakan tentang kelompok pada perang uhud. Pada perang uhud mereka tidak meraih kemenangan bahkan menderita luka dan poembunuhan, dan dalam perang badar mereka dengan gemilang meraih kemenangan dan berhasil melawan dan membunuh sekian banyak lawan mereka, maka itu merupakan bagian dari sunnatullah. Namun demikian, apa yang mereka alami dalam perang uhud tidak perlu menjadikan mereka berputus asa. Karena itu, janganlah kamu melemah menghadapi musuhmu dan musuh Allah, kuatkan jasmanimu dan janganlah (pula) kamu bersedih akibat dari apa yang kamu alami dalam perang uhud, atau peristiwa lain yang seupa, kuatkanlah mentalmu. Mengapa kamu lemah atau bersedih padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) di sisi Allah, di dunia dan di akherat. Di dunia kamu memperjuangkan agama Allah itulah sebuah kebenaran, di akherat kamu mendapatkan surga Allah. Ini jika kamu orang-orang mukmin, yakni benar-benar keimanan telah mantap dalam hatimu.Bila kita kaitkan dengan tujuan dari pendidikan itu sendiri dapat kita ketahui sebagai berikut
1.Mewujudkan bimbingan pada manusia agar tidak binasa dengan hukum- hukum alam
2.Mewujudkankebahagiaanpadahambanya
3. Menjadikan manusia yang intelek dan mempunyai derajat yang tinggi
Setelah penjelasan panjang lebar ini Al-qur’an bealih pada kaum muslimin dengan memberikan dukungan kekuatan, hiburan dan peneguhan.

“Janganlah kaum bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu besedih hati, padahal kamulah orang orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang orang yang beriman.” (139).

v  Arti Mufrodat

قَدْ خَلَتْ  : telah berlalu
 سُنَنٌ  : sunnah-sunnah Allah, maksudnya cara-cara Allah dalam menhadapi orang-orang kafir, yaitu memberi tempo kepada mereka kemudian menyiksanya.
وَهُدىً  : petunjuk, yaitu petunjuk dari kesesatan dan memberikan arahan ke jalan yang benar dan lurus.
وَمَوْعِظَةٌ  : pelajaran, yaitu yang dapat melunakkan hati untuk berpegang teguh pada ketaatan.
وَلا تَهِنُوا  : janganlah kamu bersikap lemah (dalam memerangi orang kafir)
وَلا تَحْزَنُوا  : dan janganlah (pula) kamu bersedih hati.
وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ : padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya).
إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ  : jika kamu orang-orang yang beriman (sesungguhnya).

v  Terjemahan Ayat

138. (Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
139. Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.

v  Munasabah Ayat

Sesungguhnya yang terjadi pada peristiwa perang Badar dan Uhud dan balasan bagi orang-orang yang beriman dan orang-orang kafir adalah merupakan sunnatullah pada makhluknya dengan menjelaskan hikmah dalam kemenangan dan kekalahan. Kebenaran pasti menang atas kebatilan sekalipun waktunya panjang. Hal itu telah terjadi pada pengikut para Nabi dan Rasul terdahulu. Kemenangan diberikan kepada mereka, sementara orang-orang kafir mendapatkan kebinasaan. Hal itu  sebagaimana dijanjikan Allah kepada para Rasul-Nya : [وَلَقَدْ سَبَقَتْ كَلِمَتُنا لِعِبادِنَا الْمُرْسَلِينَ، إِنَّهُمْ لَهُمُ الْمَنْصُورُونَ، وَإِنَّ جُنْدَنا لَهُمُ الْغالِبُونَ / Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada hamba-hamba Kami yang menjadi rasul, (yaitu) sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapat pertolongan Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang. (QS. Ash-Shaffat:171-173)]. 

v  Penjelasan Ayat

 [قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ سُنَنٌ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ / Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunah Allah; karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (QS.Ali Imron : 137)].

Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa sunah Nya (ketentuan yang berlaku) terhadap makhluk- Nya, semenjak umat-umat dahulu kala sebelum umat Nabi Muhammad saw. Tetap berlaku sampai sekarang. Oleh karena itu. kita dituntun supaya melakukan perjalanan dan penyelidikan di bumi, sehingga kita dapat sampai kepada suatu kesimpulan, bahwa Allah dalam ketentuan-Nya telah mengikatkan antara sebab dengan musababnya. Misalnya kalau seseorang ingin jaya, maka ia harus mengusahakan sebab-sebab yang biasa membawa kepada kejayaan. Kalau ingin menang dalam peperangan hendaklah dipersiapkan segala sebab untuk mendapatkan kemenangan, baik dari segi materinya maupun dari segi taktik dan sebagainya. Kalau ingin bahagia di dunia dan akhirat,  perbuatlah sebab-sebab untuk memperolehnya, dan demikiaanlah seterusnya.
Pada ayat 137 ini, Allah menyuruh kita menyelidiki dan memperhatikan sebab-sebab ditimpakannya azab kepada orang-orang yang mendustakan kebenaran.
[هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ /(Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.(QS. Ali Imron : 138)].
Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa apa yang tersebut pada ayat 137 adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran orang-orang bertakwa.
Ulama tafsir mengatakan bahwa maksud ayat ini adalah: memperingatkan kaum muslimin bahwa kekalahan mereka pada perang Uhud adalah pelajaran bagi orang-orang Islam, tentang berlakunya ketentuan sunah Allah itu.
Mereka menang pada perang Badar, karena mereka menjalankan dan mematuhi perintah Nabi saw. Pada perang Uhud pun mereka hampir saja memperoleh kemenangan tetapi oleh karena mereka lalai dan tidak lagi mematuhi perintah Nabi saw. akhirnya mereka terkepung dan diserang tentara musuh yang jauh lebih banyak jumlahnya, sehingga bergelimpanganlah puluhan kurban syuhada dari kaum muslimin, dan Nabi sendiri menderita luka dan pecah salah satu giginya.
[وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ / Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.QS. Ali Imron : 139)]

Ayat ini menghendaki agar kaum muslimin jangan bersifat lemah dan bersedih hati, meskipun mereka mengalami kekalahan dan penderitaan yang cukup pahit pada perang Uhud, karena kalah atau menang dalam sesuatu peperangan adalah soal biasa yang termasuk dalam ketentuan Allah. Yang demikian itu hendaklah dijadikan pelajaran. Kaum muslimin dalam peperangan sebenarnya mempunyai mental yang kuat dan semangat yang tinggi jika mereka benar-benar beriman.

v  Pelajaran Ayat

1.      Akibat orang-orang yang mendustakan kebenaran adalah kerugian dan penderitaan.
2.      Ayat-ayat al-Qur’an mengandung petunjuk, penjelasan, dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa.
3.      Orang-orang yang beriman mempunyai derajat yang tinggi di dunia dan akhirat.

v  Nilai Nilai Pendidikan Dalam Ayat.

1.      Mengambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa sejarah masa lalu.
2.      Menanamkan mental spiritual dalam menghadapi lika-liku kehidupan.

v  Tujuan pendidikan.

Pada surat al-Imran 138-139, tujuan dari pendidikan islam adalah insan kamil yakni sebagai penerang dalam kegelapan bagi yang lainnya seperti yang tersurat pada ayat ini yakni al-Quran sebagai penerang umat manusia, itulah tujuan pendidikan dalam islam yakni orang yang sudah terdidik hendaklah mendidik orang lain yang masih tersesat, dan juga tujuan pendidikan Islam adalah beriman yang merupakan bagian dari insan kamil yang mana pada ayat ini orang yang beriman adalah memiliki derajat yang paling tinggi.



v  Asbabun nuzul.
Mereka menang pada perang Badar, karena mereka menjalankan dan mematuhi perintah Nabi saw. Pada perang Uhud pun mereka hampir saja memperoleh kemenangan tetapi oleh karena mereka lalai dan tidak lagi mematuhi perintah Nabi saw. akhirnya mereka terkepung dan diserang tentara musuh yang jauh lebih banyak jumlahnya, sehingga bergelimpanganlah puluhan kurban syuhada dari kaum muslimin, dan Nabi sendiri menderita luka dan pecah salah satu giginya.138

Ayat ini menghendaki agar kaum muslimin jangan bersifat lemah dan bersedih hati, meskipun mereka mengalami kekalahan dan penderitaan yang cukup pahit pada perang Uhud, karena kalah atau menang dalam sesuatu peperangan adalah soal biasa yang termasuk dalam ketentuan Allah.
Yang demikian itu hendaklah dijadikan pelajaran. Kaum muslimin dalam peperangan sebenarnya mempunyai mental yang kuat dan semangat yang tinggi jika mereka benar-benar beriman. 139



c. QS. Hud: 61
”Dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya[726], karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)."
[726] Maksudnya: manusia dijadikan penghuni dunia untuk menguasai dan memakmurkan dunia.
Setelah selesai kisah Ad kini giliran kisah suku Tsamud. Tsamud juga merupakan satu suku terbesar yang telah punah. Mereka adalah keturunan Tsamud Ibnu Jatsar, Ibnu Iram Ibnu Sam, Ibnu Nuh. Dengan demikian silsilah keturunan mereka bertemu dengan Ad pada kakek yang sama yaitu Imran.Kaum Tsamud pada mulanya menarik pelajaran berharga dari pengalaman buruk kaum Ad, karena itu mereka beriman kepada Allah SWT. Pada masa itulah, merekapun berhasil membangun peradaban yang cukup megah, tetapi keberhasilan itu menjadikan mereka lengah sehingga mereka kembali menyembah berhala serupa dengan berhala yang disembah kaum Ad. Ketika itulah Allah mengutus Nabi Shaleh as mengingatkan mereka agar tidak mempersekutukan Allah tetapi tuntunan dan peringatan beliau tidak disambut baik oleh mayoritas kaum Tsamud.Ayat ini mengandung perintah yang jelas kepada manusia --langsung maupun tidak langsung-- untuk membangun bumi dalam kedudukannya sebagai khalifah, sekaligus menjadi alasan mengapa manusia harus menyembah Allah SWT semata-mata.
Kaitannya dengan tujuan pendidikan sebagai berikut:
1. Mewujudkan seorang hamba yang shaleh
2. Mewujudkan akan keesaan Tuhan
3. Mewujudkan manusia yang ahli do’a4. Menunjukkan akan luasnya ilmu Tuhan


Surah Hud(Arab: هود , Hūd, "Nabi Hud") adalah surah ke-11 dalam al-Qur'an dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah. Surah ini terdiri dari 123 ayat diturunkan sesudah surah Yunus. Surah ini dinamai surah Hud karena ada hubungan dengan terdapatnya kisah Nabi Hud dan kaumnya dalam surah ini terdapat juga kisah-kisah Nabi yang lain, seperti kisah Nuh, Shaleh, Ibrahim, Luth, Syu'aib, dan Musa.



v  Pokok-pokok isinya
  1. Keimanan: Adanya 'Arsy Allah; kejadian alam dalam 6 tahap; adanya golongan-golongan manusia di hari kiamat.
  2. Hukum-hukum: Agama membolehkan menikmati yang baik-baik dan memakai perhiasan asal tidak berlebih-lebihan; tidak boleh berlaku sombong; tidak boleh mendoa atau mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin menurut sunnah Allah.
  3. Kisah-kisah: Kisah Nuh a.s. dan kaumnya; kisah Huud a.s. dan kaumnya; kisah Shaleh a.s. dan kaumnya; kisah Ibrahim a.s. dan kaumnya; kisah Syu'aib a.s. dan kaumnya; kisah Luth a.s. dan kaumnya; kisah Musa a.s. dan kaumnya.
  4. Dan lain-lain: Pelajaran-pelajaran yang diambil dari kisah-kisah para nabi; air sumber segala kehidupan; shalat itu memperkuat iman; sunnah Allah yang berhubungan dengan kebinasaan suatu kaum.


v  Tujuan pendidikan.

Pada surat Hud ayat 61, Allah telah memenuhi hak kita sebagai mahkluk ciptaannya sehingga kita harus menunaikan kewajiban kita sebagai makhluk ciptaannya, yakni mengakui kebesaran dan keesaannya yang ia tunjukkan melalui semua ciptaannya dimuka bumi yang kita tinggali, jadi tujuan pendidikan disini adalah kita harus mengesakan Allah dan menjalani semua kewajibannya sebagai makhluk yang telah terpenuhi semua hak-haknya.







v  Asbabun nuzul.

Menceritakan pertolongan-pertolongan Ilahi terhadap para nabi as dan menekankan realita bahwa peperangan ideologi itu pasti berakhir dengan kemenangan di pihak para penolong Allah. Dengan demikian, para nabi as akan semakin tegar dalam menjalankan missi mereka, dan para pengikut mereka akan lebih bersemangat untuk mengemban missi tersebut.

d. QS. Al-Fath: 29
”Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud[1406].

Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”.

[1406] Maksudnya: pada air muka mereka kelihatan keimanan dan kesucian hati mereka.
Pada ayat ini Allah menjelaskan sifat dan sikap Nabi Muhammad SAW beserta pengikut-pengikut beliau. Allah berfirman: Nabi Muhammad adalah utusan Allah yang diutusnya membawa rahmat bagi seluruh alam dan orang-orang yang bersama dengannya yakni sahabat-sahabat Nabi serta pengikut-pengikut setia beliau adalah orang-orang yang bersikap keras yakni tegas tidak berbasa-basi yang mengorbankan akidahnya terhadap orang-orang kafir. Walau mereka memiliki sikap tegas itu namun mereka berkasih sayang antar sesama mereka. Mereka juga ruku' dan sujud dengan tulus ikhlas karena Allah, senantiasa mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya yang agung.. demikian itulah sifat-sifat yang agung dan luhur serta tinggi.
Demikian itulah keadaan orang mukmin pengikut Nabi Muhammad SAW. Allah menjanjikan untuk orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shaleh di antara mereka yang bersama Nabi serta siapapun yang mengikuti cara hidup mereka dapat mencapai kesempurnaan atau luput dari kesalahan atau dosa.Kalimat asyidda'u 'ala al-kuffar sering kali dijadikan oleh sementara orang sebagai bukti keharusan bersikap keras terhadap non muslim. Kalaupun dipahami sebagai sikap keras, maka itu dalam konteks peperangan dan penegakan sanksi hukum yang dibenarkan agama. Ini serupa dengan firman-Nya
"… dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akherat ....." (QS. 24:2)
Dari hal diatas dapat kita ketahui makna yang terkandung dari ayat diatas sebagai berikut:
1. Mewujudkan rasa hormat dan rasa kasih saying sesama manusia
2. Mewujudkan seorang hamba yang ahli sujud dan taubat
3. Mewujudkan manusia yang selalu menyenangkan orang lain.

v  Tujuan Pendidikan.

Pada surat fath ayat 29, salah satu tujuan pendidikan adalah memiliki manfaat bagi orang lain, walaupun hanya sedikit saja yang merupakan salah satu bagian dari insan kamil yang merupakan tujuan umum atau lazim dalam Islam selain bermanfaat hendaklah orang yang terdidik saling mengasihi, menyayangi, dan toleran terhadap orang yang seiman maupun yang tidak, terhadap orang yang berbeda suku ras dan bahasa hendaklah saling bertoleransi dalam kehidupan agar tercipta kedamaian yang abadi di alam semesta. 
                                   

v  Asbabun Nuzul.

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka: kamu lihat mereka ruku dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda meraka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.



e. QS. Al-Haj: 41

”(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan”.
Ayat ini menerangkan tentang keadaan orang-orang yang diberikan kemenangan dan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi; yakni Kami berikan mereka kekuasaan mengelola satu wilayah dalam keadaan mereka yang merdeka niscaya mereka melaksanakan shalat secara sempurna rukun, syarat, dan sunnah-sunnahnya dan mereka juga menunaikan zakat sesuai kadarnya. Serta mereka menyuruh anggota masyarakatnya agar berbuat yang ma'ruf serta mencegah dari yang munkar.
Ayat di atas mencerminkan sekelumit dari ciri-ciri masyarakat yang diidamkan Islam, kapan dan di manapun, dan yang telah terbukti dalam sejarah melalui masyarakat Nabi Muhammad SAW dan para sahabat beliau.
Al-Qur'an mengisyaratkan kedua nilai di atas dalam firman-Nya dalam surah Ali Imran, ayat 104 yang berbunyi:
”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.
Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.
Kaitannya dengan tujuan pendidikan sebagai berikut:
1. Mewujudkan seorang yang selalu menegakkan kebenaran dan mencegah kemunkaran
2. Mewujudkan manusia yang selalu bertawaqqal pada Allah.
Dengan konsep ma’ruf, Al-qur’an membuka pintu yang cukup lebar guna menampung perubahan nilai nilai akibat perkembangan positif masyarakat. Hal ini agaknya ditempuh al-qur’an, karena ide / nilai yang dipaksakan atau tidak sejalan dengan perkembangan budaya masyarakat,  tidak akan dapat di terapkan. Karena itu al-qur’an disamping memperkenelkan dirinya sebagai pembawa ajaran yang sesuai dengan fitrah manusia, iya juga melarang pemaksaan nilai nilainya walau merupakan nilai yang amat mendasar, seperti keyakinan akan Keesaan Allah Swt.
Perlu dicatat bahwa konsep ma’ruf, hanya membuka pintu bagi perkembangan positif masyarakat, bukan perkembangan negatifnya. Dari sini filter al khair harus benar2 di fungsikan. Demikian juga halnya dengan munkar yang pada gilirannya dapart memprngaruhi pandangan tentang muruah, identitas dan integritas seseorang. Karna itu sungguh tepat – khususnya pada era yang di tandai oleh pesatnya informasi srta tawaran nilai nilai, untuk selalu mempertahankan nilai lama yang baik.

v  Asbabun nuzul.
Ibnu abbas mengatakan tentang Asbabun Nuzul ayat ini. “ Tatkala Rasulullah SAW. Di usir dari mekkah Abu Bakar berkata “ Mereka telah mengusir Nabi, mereka sesungguhnya kita kepunyaan Allah, sesungguhnya kita kembali pada-Nya benar-benar hancurlah kaum itu.” Maka Allah SWT menurunkan ayat ini yang artinya : Di izinkan (berperang) kepada orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka dizalimi. Dan sungguh Allah Maha Kuasa Menolong mereka itu. Abu Bakar berkata : Maka tahulah aku Sesungguhnya aka nada peperangan.’ ( Riwayat Ahmad At-Tarmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majjah).
Dalam riwayat lain dikemukakan, bahwa ayat tersebut di atas (S.2: 26) diturunkan sehubungan dengan surat al-Haj 73 (S.29 : 41), dengan reaksi kaum musyrikin yang berkata :” Contoh macam apakah ini yang tidak patut dibuat perumpamaan.
Allah tidak akan segan untuk membuat perumpamaan dengan sesuatu yang dia kehendaki : misalnya dengan nyamuk atau yang lebih rendah darinya. Semua itu adalah makhluknya dan keajaiban kebijakannya dalam penciptaan nyamuk dan semut itu sama seperti keajaiban kebijakannya dalam penciptaan gajah dan unta.
Dan orang beriman, ketika mendengar perumpamaan ini, ia akan meyakini bahwa perumpamaan ini benar dan datangnya pasti dari sisi Allah. Berbeda dengan orang kafir: ia akan terdiam kebingungan dan terus dihinggapi keraguan. Setiap perumpamaan yang diutarakan akan membuat orang yang beriman semakin bertambah keimanannya dan orang kafir semakin bertambah kekafirannya.
Maka dari itu kita akan mendapatkan keteguhan dan kekokohan iman pada diri seorang yang alim dan memahaminya tanda-tanda kebesaran Allah; karena ia akan mendapat banyak bukti dan petunjuk. Dan keadaan iman yang sangat kokoh ini tidak akan pernah kita jumpai pada orang yang berpaling dari petunjuk Allah. Bahkan, pada diri orang yang menyimpang lagi fasik ini, kita akan melihatnya justru semakin bertambah kefasikannya ketika mendengar bukti-bukti nyata dan alasan-alasan yang jelas.

v  Tujuan Pendidikan.
1. Mewujudkan seorang yang selalu menegakkan kebenaran dan mencegah kemunkaran.
2. Mewujudkan manusia yang selalu bertawakkal pada Allah.









BAB III
P E N U T U P


a.   Kesimpulan
Dari deskripsi singkat di atas, dapat dipahami bahwa al-Qur’an telah memberikan rambu-rambu yang jelas kepada kita tentang konsep pendidikan yang komperehensif. Yaitu pendidikan yang tidak hanya berorientasi untuk kepentingan hidup di dunia saja, akan tetapi juga berorientasi untuk keberhasilan hidup di akhirat kelak. Karena kehidupan dunia ini adalah jembatan untuk menuju kehidupan sebenarnya, yaitu kehidupan di akhirat.
Manusia sebagai insan kamil dilengkapi dua piranti penting untuk memperoleh pengetahuan, yaitu akal dan hati. Yang dengan dua piranti ini manusia mampu memahami “bacaan” yang ada di sekitarnya. Fenomena maupun nomena yang mampu untuk ditelaahnya. Karena hanya manusia makhluk yang diberi kelebihan ini.
Pengetahuan yang telah didapat manusia sudah seyogyanya diorientasikan untuk kepentingan seluruh umat manusia. Karena sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia seluruhnya. Namun, tidak boleh dilupakan bahwa manusia juga hidup berdampingan dengan lingkungan, sehingga tidak bisa serta merta kemajuan pengetahuan pengetahuan dan teknologi malah menghancurkan dan merusak keseimbangan alam. Karena sudah menjadi tugas manusia untuk melestarikan alam ini sebagai pengejawantahan kekhalifahan manusia sekaligus bentuk ta’abbudnya kepada Allah swt.

b.   Saran
Ayat-ayat yang telah dijelaskan diatas mengemukakan tentang tujuan pendidikan yang membentuk masyarakat yang diidam-idamkan, yaitu mempunyai pemimpin dan anggota-anggota yang bertakwa, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, menegakkan nilai-nilai ma’ruf (perkembangan positif) dalam masyarakat dan mencegah perbuatan yang munkar.
Untuk itu hendaklah kita benahi pendidikan kita yang telah terpedaya dengan system yang dibuat oleh dunia barat. Dari sekarang hendaklah kita pada umumnya dan pendidik pada khususnya merubah tujuan pendidikan kita, yaitu untuk “mendapatkan ridho Allah S.W.T. dan menjadi hamba Allah yang patuh terhadap perintah-Nya”. apabila tujuan kita berlandaskan dengan ini, maka dunia akan terjamin keselamatannya, dan manusia akan mempunyai moral yang berakhlak mulia. Sehingga dapat kita capai tujuan akhir dari pendidikan seperti yang dikatakan oleh Muhammad Athiyah al- Abrasyi, yaitu: Terbinanya akhlak manusia. Manusia benar-benar siap untuk hidup didunia dan diakhirat. Ilmu dapat benar-benar dikuasai dengan moral manusia yang mantap dan manusia benar-benar terampil bekerja di dalam masyarakat.

Wallahu A’lam Bisshawab .









                                                   DAFTAR PUSTAKA           
Tafsir Al Mishbah. Pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an shihab. – Jakarta Lentera Hati 2002 15 vol.
Bachtiar Surin, buku ALKANZ terjemahan dan tafsir Al-Qur’an. Penerbit TITIAN ILMU bandung computer typesiting, layout, film, pencetakan oleh percetakan Offset Angkasa.
Shihab M. Quraish Tafsir Al mishbah : Pesan dan Keserasian Al- Qur’an / M. Quraish Shihab Jakarta Lentera Hati 2002 15 vol.
Tafsir Fi – Zhilalil Qur’an Dibawah naungan Qur’an / Sayyid Quthb : Alih bahasa aunur Rafiq Shaleh Tamhid, - ett 1 – Jakarta : Robbani , Press, 2001 XXIX.