Bercinta di Luar Angkasa

dok google

Aih, hanya mengagumi dan memandangi sajakmu itu tak membuat segalanya berubah. Aku masih setia dengan air mata yang terurai di bantal yang kian basah ini.
Ini bulan apa? Mengapa banyak sekali yang berubah. Tiba-tiba dingin menusuk-nusuk kulit. Dan tanganmu meraihku, bukan tangan yang lain. Aku masih hafal jari-jari itu, yang lebih sering nakal dari pada diam. 

“Selamat datang. Bukankah ini yang sempat kau inginkan? Hidup hanya berdua di sini.”

“Aku masih memakai paju tidurku, mengapa kau bawa ke sini?”

“Aku membaca semua tulisan-tulisanmu, keluh kesahmu. Dan ketika kesalahan terbesar aku tak tahu salahku apa, aku jadi tahu karena kamu berbicara dengan yang lain, berbicara lewat tulisan-tulisanmu.”

“Oke, selebihnya manusia yang masih sembab ini akan kau bawa kemana.”

“Luar angkasa. Di mana hanya ada kita berdua. Tak ada kekhawatiran lagi yang dulu tak sempat kita pikirkan. Menang harusnya tak pernah ada. Di sini kita akan hidup hanya berdua.”

“Ini kah planet Egois impianku dulu?”

“Ya, hapus air matamu. Aku telah kembali. Sajak yang dulu kau pandangi mari diganti dengan sajak yang memang aku ciptakan untukmu.”

Prangggg!

Akuarium itu pecah. Air tumpah. Sajak yang kukagumi basah. Tak terbaca. Memang itu bukan sajak untukku. Dan aku tersadar. Masih dengan baju tidur dan mata sembab. Masih di tempat yang sama, hanya musim yang sudah berbeda. Dingin yang semakin menusuk-nusuk hati. 

Hey, aku ingin berkata seperti ini:

Jika planet itu impianku ada, dan kita berdua benar di luar angkasa. Akan kuhabiskan banyak waktu untuk bercinta. Aku tak mau pulang, akan aku putus jalan agar kita benar tak bisa pulang. Kita berdua, hanya berdua.

Selanjutnya denting ini...

Sepasang Kekasih Yang Pertama Bercinta di Luar Angkasa
Di rentang waktu yang berjejal dan memburai, kau berikan,
Sepasang tanganmu terbuka dan membiru, enggan
Di gigir yang curam dan dunia yang tertinggal, gelap membeku
Sungguh, peta melesap dan udara yang terbakar jauh

Kita adalah sepasang kekasih yang pertama bercinta di luar angkasa

Seperti takkan pernah pulang kau membias di udara dan terhempaskan cahaya
Seperti takkan pernah pulang, ketuk langkahmu
menarilah di jauh permukaan

Di rentang waktu yang berjejal dan memburai, kau berikan,
Sepasang tanganmu terbuka dan membiru, enggan
Jalan pulang yang menghilang, tertulis dan menghilang,
karena kita, sebab kita, telah bercinta di luar angkasa


dok.google