Artikel tentang Hubungan Diabetes Melitus dan Gagal Ginjal, dalam Kesehatan
(sumber/ source:_.2012. Diabetes Penyebab Terbesar Gagal Ginjal. Surabaya: Jawa Pos Edisi 8 Maret 2012.)
Penyakit diabetes mellitus atau kencing manis cukup menimbulkan penyakit lain. salah satu yagn patut diperhatikan adalah gagal ginjal kronik. Bahkan, diabetes mellitus menjadi penyakit penyumbang terbanyak kasus gagal ginjal kronik. Jumlahnya mencapai 30% diantara keseluruhan penderita gagal ginjal. Selanjutnya, diikuti penyakit hipertensi dan batu serta infeksi pada ginja;. “Tiga penyakit tersebut merupakan penyakit yang menjadi factor risiko gagal ginjal kronik. Jika tak mau sakit ginjal hingga menjalani cuci darah, berobatlah dengan rutin,” kata dr Pranawa SpPD KGH, kepala Instalasi Hemodialisis RSUD dr Soetomo. Penderita diabetes mellitus harus menjaga kadar gula darah agar tidak terus menjulang tinggi. Pasalnya, bila dibiarkan, lama-lama aka nada peningkatan kadar gula yang merusak pembuluh darah. Termasuk yang ada di ginjal. Begitu juga bila menderita hipertensi. Harus dijaga tekanan darahnya agar tidak lebih dari 140/90 mmHg. Itu pun bila tidak diikuti komplikasi penyakit lain. sebaliknya, jika ada komplikasi, misalnya kencing manis, tekanan darahnya harus dibawah 130/80 mmHg. Dengan dasar itu, sangat penting menjaga pola makan dan bergaya hidup sehat. Juga rutin control kesehatan. “Saya tegaskan, konsumsi obat yang menurunkan kadar gula darah atau penurun tekanan darah tak akan merusak ginjal. Kalau memang menjadi prograsif karena tak bisa mengontrol penyakitnya, bukan karena konsumsi obatnya,”sambung coordinator Pernefri (Perhimpunan Nefrologi Indonesia )Jatim itu. Pranawa mengatakan, pasien gagal ginjal bukan kian berkurang. Bahkan, jumlahnya terus bertambah tiap tahun. Bahkan, seakan berapa pun jumlah layanan kesehatan yang menyediakan fasilitas cuci darah tidak juga mencukupi. Di Instalasi Hemodialisis RSUD dr Soetomo misalnya. Saat ini, pasien gagal ginjal yang berobat di sana tercatat 387 orang. Padahal, dengan 24 mesin cuci darah, RS hanya bisa melayani 144 pasien dalam seminggu. “Dengan jumlah pasien segitu, setidaknya butuh 65 mesin cuci darah. Dengan catatan, jumlah pasien tak terus bertambah,” kata Pranawa menjelang Hari Ginjal Sedunia yang dirayakan tiap Kamis minggu kedua Maret. Tahun ini perayaan tersebut bertema Kidney’s for Life yang diperingati hari ini (8/3). Menambah jumlah rumah sakit (RS) yang menyediakan fasilitas cuci darah memang sangat urgen. Di kota ini, setidaknya sudah ada 14 RS, baik swasta maupun pemerintah. Yang menyediakan layanan hemodialisis. Namun, sayangnya tidak semua RS tersebut menerima pasien miskin yang berobat dengan menggunakan kartu jamkesmas, jamkesda, atau surat keterangan tidak mampu. Salah satu RS swasta yang melayani pasien miskin pengguna jamkesmas dan surat keterangan tidak mampu (SKTM) adalah RS Al Irsyad dan RS Islam Jemursari. Salah satu RS Swasta yang embuka fasilitas hemodialisis adalah RS Adi Husada Undaan Wetan. RS tersebut menyediakan fasilitas hemodialisis sejak 1984, tetapi baru tersedia satu messin. “saat ini, suda ada 12 mesin,” kata dr Mardha handiwidjaja QIA, direktur utama RS Adi Husada Undaan Wetan, saat acarra peremajaan mesin cuci darah kemarin. Dr Adiatiwardana SpPD KGH, spesialis penyakit dalam konsultasi Ginjal Hipertensi, mengatakan bahwa keberadaan mesin hemodialisis harus diperhatikan. Mulai system water treatment yang sesuai dengan AAMI (Association for the Advancement of Medical Instrumentation), hingga penggantian pemipaan. “ini sangat penting. Fungsinya menjaga risiko kontaminasi air ke pasien,” ucapnya.