Setahun Losari



Setahun lalu. Hey? Kamu ingat? Ya setahun lalu. Makassar dan segala cerita yang mengiringi. Yang dulu itu tak perlu lah repot-repot kita sebut cinta. Sepakat?

Setidaknya ketika tangan ini lelah membawa barang-barang, ada uluran tanganmu yang membantu.
Setidaknya ketika malam-malam menunggu waktu lomba, ada teman yang diajak cengrama dalam sms.
Setidaknya dalam satu rombongan itu ada ramai-ramai mengisukan kita yang berpacaran.
Tunggu, sebenarnya hubungan kita dulu apa coba?

Juga malam-malam di MD yang gak jelas itu. Sambil menirukan gaya banci yang aduhai. Dan tak ketinggalan Pantai Losari. Eh, ada cerpen buat kamu.

Pasir Losari yang kupijak seperti pergi. Adakah lautan yang tak enggan memelukku erat? Membantuku tetap kokoh berdiri. Deru debur pantai menemaniku tersedu. Aku tak menyesali mencintaimu, Landu. Hanya semacam kecewa.

Hahaha, labil baget ya. Ah biarin. Setidaknya ada kenangan kita di sana.

Hari ini kita juga dipertemukan dengan pertemuan cerpen. Dua kepala menyatukan ide. Hoaammmm, capek juga. Mending menyatukan hati deh ya...

Eh, tadi itu ada yang diam-diam cemburu. Pasti kamu tahu. Dan aku tak bisa banyak berbuat. Bukan aku egois, tapi sepertinya porsiku sudah benar. Kita berhubungan bukan seperti setahun lalu yang nggak jelas itu. Hubungan bertemunya aku dan kamu yang ternyata tepat setahun lalu di Makassar itu karena cerita kita berdua yang akan menjadi sebuah naskah. Sampai bertemu kapan lagi, jika sempat untuk membicarakan nama tokoh yang duh sudahnya mencari kesepakatan.

Jogja, 13 September 2013