Apa sih, cowok dengan tampang biasa saja. Tapi bacanya itu The Davinci Code original plus gambar yang harganya 300ribu itu... duw duw duw coba uangku, pati aku belikan baju. Ha haha. Gak banget.
Ketemu Langit Biru di perpus sore ini. Dia yang invite aku sih buat datang dan dia mau minta film Gu Family Book (uhuk, orang kedua yang minta film ini).
Kami bercerita, seolah dunia hanya milik berdua, seolah perpus yang luas itu menyempit hanya dua kursi dan satu meja, laptop, flasdisk dan novel yang mendingin tak kembali dibaca. Seperti sepasang kekasih yang lama tak bertemu. Setelah bercerita tenyata sama-sama belum lulus ha ha ha. Masih stay di bab 4. Semoga nanti pendadarannya bareng, wisuda juga bareng ya... amiin.
Sempat heran dengan romantisnya ibumu yang tahu cerita Laila Majnun dan penyuka film korea juga. Terkejut juga kalau kamu anak kesayangan ibumu. Yelah, harga mati sudah deh. Kapan ya, main ke kosmu, melihat buku-buku koleksimu dan bertemu dengan makluk itu hahahah, seperti setan saja. Semoga sukses hidupnya. Semoga langgeng hubungannya. Dan hubungan kita yang merana *lebay!
“Heh, kamu salam nggak sama perempuan? Aku lupa soalnya.”
“Salam.”
“Maaf lahir batin ya.”
“Kamu ngapain wi?”
“Sudah, sibuk saja dengan skripsimu, jangan ganggu kami yang pacaran.”
Kemudian tatapan yang malu-malu itu. Sadar nggak, selama kita berbincang sejam itu, kita hanya sesekali bertemu pandang. Ketika menceritakan ‘nanti setelah lulus’ dan mata kita beradu. Aduuuhhh, kenapa rasanya berbeda. Sepertinya kita perlu meredam sebuah api yang dulu pernah tersulut, kemudian padam karena rasa tak enak. Sekarang apakah kita akan mematikan itu?
Dengan cerita-cerita tadi, aku menyimpulkan bahwa kita memang tak berjodoh. Selamat bertemu dengan jodohmu nanti yang entah siapa ya.
Dan aku melihat jam pada tanganku. Setengah lima. Sudah sejam orang lain menunggu kedatanganku untuk menyatukan kisah. Sore ini kita berpisah. Mungkin kapan-kapan bisa bertemu lagi, dengan alasan atau modus lainnya.
“Cerita kalian itu sudah sangat klasik. Malas membahas lagi sepertinya ya.”
“Bener banget.”
“Aku sudah telalu baik dengan keduanya. Untuk memasukkan kamu walau hanya singgah sebentar di kosku itu rasanya tidak enak.”
“Apa lagi memasukkan aku dalam hatimu ya?”
“Ha ha ha, pasti nggak muat.”
Melangkah keluar pintu perpustakaan.
Kamu tahu? Biasanya seseorang yang tersakiti teramat itu bisa mengubah cara berpikir. Tentang rejeki yang tak mungkin tertukar. Rejeki sudah mempunyai jalannya sendiri-sendiri. Yang belum hari ini, mungkin besok. Yang sudah hari ini, besok tinggal mencari kerja.
Selamat malam semua. Selamat bertemu jodoh.
13 September 2013