artikel pls



RoniTabroni, Initiator KampungLearning
 

The issue of highschooldropoutsin rural areas can not be overcome merelyby approachingschoolsor free education. Needawarenessculturethroughnon-formaleducationapproachstrategypersuasive-attractive.
For this reason thenRoni Tabroni(31) and his colleagues founded the VillageLearningvolunteersin remoteareas inWest Java. At first glance,VillageLearningis not unlikereading gardenin the village. But, it's really not that simple.
Justreading gardenentranceso thatthe childrenand mothersas well aslocal residentskeen to want to learn anddevelopthemselves, said Johnson, who has day-to-day work asa lecturerat theState Islamic UniversitySunan GunungDjati (SGD UIN), Bandung, West Java.
Learningexactlyis thevillagecommunity learning center(CLC). In which there isat onceliteraryactivities, mentoringlearning, literacyand the Koran latin, until debriefingskillsfor the mother-housewife.
Since it was first establishedin early 2008in the village of Mandalasari, CipatatDistrict, West Bandung regency, VillageLearningreplicatedin a short timeand standin the other threeregions, namelySukaheningand Talbotin Tasikmalaya, and Cibingbinin Brass.
In a short time anyway, where can suck VillageLearningabout public interest, members are now reachingthousandsof people. Each emergingnew books, must-selling borrowedit. Bookscollectioncontinues to grow, now reachingmore than4,000 pieces.









Analysis


From this article, it is known that Roni Tabroni and his colleagues set up a village for people learning remote areas. With the aim to help them learn and provide skills that can be developed so they can add to their financial input.

This study established the village youth is the reason for the increasing number of children out of school and education cost factor is not small. Bringing the school or educational fee waiver is not the right solution to address this reality. Therefore we need non-formal education in order to assist in addressing such cases.

The programs are given, namely: literature activities, mentoring learning, literacy and the Koran latin, until debriefing skills for the mother-housewife. With the non-formal program is expected to help the younger generation as well as the mother-housewife to be able to develop its potential so that they can also help the economy.



Implications In The Development Of The PLS Program.


Today, many cases occurred in education. such as: the number of children dropping out of school, illiteracy, and lack of skills of the youth. making it difficult for them to compete in the future. Actions taken over the young man is very attracted our attention. because he made the program very helpful people and children in the area.


Unfortunately, today's lack of initiative and willingness owned by youth, community and labor PLS to develop such activities. therefore, there are still many people who are in poor condition, particularly in terms of education.


PLS should we as a force capable of doing the same thing or more. so that we can develop this and more PLS PLS introduces what it really is. so that we together with the community to develop education in the country is so much better. and further develop the non-formal education, so there is no reason for school dropouts, illiteracy and others. because education not only in school but outside of school only (non-formal) can too.




Roni Tabroni, Penggagas Kampung Belajar
Persoalan angka putus sekolah tinggi di daerah pelosok tidak bisa diatasi semata dengan mendekatkan sekolah atau membebaskan biaya pendidikan. Perlu penyadaran kultur lewat strategi pendekatan pendidikan nonformal yang persuasif-atraktif.
Atas alasan inilah kemudian Roni Tabroni (31) bersama rekan-rekannya para relawan mendirikan Kampung Belajar di wilayah-wilayah pelosok di Jawa Barat. Sekilas, Kampung Belajar ini tidak ubahnya taman bacaan yang ada di desa. Tetapi, sebetulnya tidaklah sesederhana itu.
Taman bacaan hanyalah pintu masuknya supaya anak-anak dan ibu-ibu serta warga setempat tertarik untuk mau belajar dan mengembangkan dirinya, ungkap Roni, yang sehari-hari berprofesi sebagai dosen di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD), Bandung, Jawa Barat.
Kampung Belajar tepatnya adalah pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM). Di dalamnya terdapat sekaligus kegiatan kepustakaan, pendampingan belajar, pemberantasan buta huruf latin dan Al Quran, hingga pembekalan keterampilan bagi ibu-ibu rumah tangga.
Sejak pertama berdiri awal 2008 di Desa Mandalasari, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Kampung Belajar dalam waktu singkat direplikasi dan berdiri di tiga daerah lainnya, yaitu Sukahening dan Sukaraja di Tasikmalaya, serta Cibingbin di Kuningan.
Dalam waktu singkat pula, keberadaan Kampung Belajar mampu menyedot animo masyarakat sekitar, anggotanya kini mencapai ribuan orang. Setiap muncul buku-buku baru, mesti itu laris dipinjam. Buku-buku koleksinya pun terus bertambah, kini mencapai lebih dari 4.000 buah



Analisis
Dari artikel ini, dapat diketahui bahwa Roni Tabroni dan rekan- rekannya mendirikan sebuah kampung belajar  bagi masyarakat daerah terpencil. Dengan tujuan untuk membantu mereka belajar dan memberikan ketrampilan-ketrampilan yang dapat dikembangkan sehingga bisa menambah masukan keuangan bagi mereka.
Pemuda ini mendirikan kampung belajar ini dengan alasan karena semakin banyaknya jumlah anak putus sekolah serta factor biaya pendidikan yang tidak sedikit. Mendekatkan sekolah atau pembebasan biaya pendidikan bukan solusi yang tepat untuk mengatasi kenyataan ini. Oleh karena itu diperlukan pendidikan non-formal agar dapat membantu dalam mengatasi kasus-kasus seperti ini.
Program- program yang diberikannya yaitu : kegiatan kepustakaan, pendampingan belajar, pemberantasan buta huruf latin dan Al Quran, hingga pembekalan keterampilan bagi ibu-ibu rumah tangga. Dengan program non formal ini diharapkan dapat membantu generasi muda serta ibu- ibu rumah tangga agar mampu mengembangkan potensi- potensi yang dimilikinya sehingga juga dapat membantu perekonomian mereka.

Implikasi Dalam Pengembangan Program PLS.

Sekarang ini, banyak terjadi kasus- kasus dalam pendidikan. seperti : banyaknya anak-anak putus sekolah, buta huruf, serta kurangnya ketrampilan yang dimiliki pemuda tersebut. sehingga menyulitkan mereka untuk bersaing di masa depan. Tindakan yang dilakukan pemuda diatas sangat menarik perhatian kita. karena program yang dibuatnya sangat membantu warga dan anak- anak di daerah tersebut.
Sayangnya, sekarang ini kurangnya inisiatif dan kemauan yang dimiliki oleh pemuda, masyarakat serta tenaga PLS untuk mengembangkan kegiatan- kegiatan seperti itu. oleh sebab itu, masih banyak masyarakat yang berada dalam kondisi memprihatinkan, khususnya dalam hal pendidikan.
Seharusnya kita sebagai tenaga PLS mampu melakukan hal yang sama ataupun lebih. agar kita dapat mengembangkan PLS ini dan lebih memperkenalkan apa PLS itu sebenarnya. sehingga kita bersama dengan masyarakat dapat membangun pendidikan di negara ini agar lebih baik lagi. dan lebih mengembangkan pendidikan non formal ini, agar tidak ada lagi alasan pemuda putus sekolah, buta huruf dan yang lainnya. karena pendidikan tidak hanya di sekolahan saja tapi di luar sekolah (non formal) juga bisa.


Tugas B.Ing PLS
Artikel tentang PLS
oooo.jpeg
Oleh

Sindi Dwiyana Putri
NIM : 1204715







PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013