Ilmu Pengetahuan dan Sosiologi




PENGANTAR SOSIOLOGI

oooo.jpeg

DISUSUN

OLEH :
FAUZIL AMIDE PUTRA
NOVI ANDIKA YANI
SINDI DWIYANA PUTRI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
2012

Ilmu Pengetahuan dan Sosiologi
I. Ilmu Pengetahuan dan Sosiologi
A.                Pengertian ilmu pengetahuan
Ilmu adalah sekumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis yang menggunakan penalaran dan metode tertentu (ilmiah) agar kebenarannya dapat diuji secara kritis. Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indera atau segala sesuai yang kita ketahui dari berbagai sumber yaitu bernalar, pengalaman, wewenang, intursi. Jadi, ilmu pengetahuan yaitu kumpulan pengetahuan yang berasal dari kesan di dalam pikiran manusia yang dapat melalui langkah-langkah sistematis.
Ilmu Pengetahuan dapat juga diartikan sebagai suatu proses pemikiran dan analisis yang rasional, sistimatik, logik dan konsisten. Hasilnya dari ilmu pengetahuan dapat dibuktikan dengan percobaan yang transparan dan objektif.
B.                  Pengertian sosiologi
Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang masyarakat. Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi  mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya.Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.
Apabila sosiologi ditelaah dari sudut sifat hakikatnya, maka akan dijumpai beberapa petunjuk yang akan dapat membantu untuk menetapkan ilmu pengetahuan macam apakah sosiologi itu.

Sifat-sifat hakikatnya adalah sebagai berikut :
a. Sosiologi merupakan suatu ilmu sosial dan bukan merupakan ilmu pengetahuan alam ataupun ilmu pengetahuan kerohanian.
b. Sosiologi bukan merupakan disiplin yang normatif tetapi merupakan suatu disiplin yang kategoris, artinya sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi dewasa ini dan bukan mengenai apa yang terjadi atau seharusnya terjadi.
c. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang murni (pure science) dan bukan merupakan ilmu pengetahuan terapan atau terpakai (applied science).
d. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak dan bukan merupakan ilmu pengetahuan yang kongkret.
e. Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola umum.
f. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional.
g. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang umum dan bukan merupakan ilmu pengetahuan yang khusus.
C.                 Objek sosiologi
Sebagai mana halnya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya, objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia didalam masyarakat.
II. Sejarah Teori-teori Sosiologi
A.                Perhatian terhadap masyarakat sebelum Comte
Masa Auguste Comte dipakai sebagai patokan, oleh karena sebagaimana dinyatakan dimuka Comte yang pertama kali memakai istilah atau pengertian “sosiologi”. Dapat dikatakan bahwa sosiologi itu merupakan ilmu pengetahuan yang relatif muda karena baru berkembang sejak masanya Comte.
B.                 Sosiologi Auguste Comte (1798-1853)
Auguste Comte merupakan orang pertama yang menggunakan istilah sosiologi dan membedakan ruang lingkup serta isi sosiologi dari ilmu pengetahuan yang lain. Menurut Auguste Comte, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan kemasyarakatan umum yang merupakan hasil terakhir daripada perkembangan ilmu pengetahuan[1]
Menurut Comte, ada tiga tahap pengembangan intelektual yang masing masing merupakan perkembangan dari tahap sebelumnya.Suatu tahap dimana manusia menafsirkan gejala-gejala disekelilingnya secara theologis.Manusia menganggap bahwa didalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan.Tahap dimana manusia mulai berfikir secara ilmiah.
Selanjutnya Comte pun membedakan antara sosiologi statis dengan sosiologi dinamis. Sosiologi statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis, yang menjadi dasar dari adanya masyarakat. Sedangkan sosiologi dinamis merupakan teori tentang pengembangan masyarakat dalam arti pembangunan.
C.                 Teori-teori Sosiologi Sesudah Comte
Beberapa mazhab yang muncul sesudah era Comte. Diantaranya adalah:
Yang pertama yaitu Edward Buckle dari Inggris (1821-1862). Karyanya History of Civilization in England (yang tidak selesai).Di dalam analisisnya, dia telah menemukan beberapa keteraturan hubungan antara keadaan alam dengan tingkah laku manusia. Misalnya, terjadinya bunuh diri adalah sebagai akibat rendahnya penghasilan, dan tinggi rendahnya pengahasilan tergantung keadaan alam. Taraf kemakmuran suatu masyarakat juga sangat tergantung pada keadaan alam di mana masyarakat hidup.
Yang kedua adalah Herbert Spencer (1820-1903). Dia menyatakan bahwa Suatu organisme akan bertambah sempurna apabila bertambah kompleks dan dengan adanya diferensiasi antara bagian-bagiannya. Hal ini berarti adanya organisasi fungsi yang lebih matang antara bagian-bagian organisme tersebut, dan integrasi yang lebih sempurna pula.
Ahli-ahli pemikir yang menonjol dari mazhab ini kebanyakan adalah ahli-ahli pemikir dari jerman yang sangat terpengaruh oleh ajaran-ajaran dan falsafahnya Immanuel Kant. Diantaranya adalah George Simmel (1858-1918). Menurutnya, seseorang menjadi warga masyarakat untuk mengalami proses individualisasi dan sosialisasi. Tanpa menjadi warga masyarakat tak akan mungkin seseorang mengalami proses interaksi antara individu dengan kelompok. Dengan perkataan lain, apa yang memungkinkan masyarakat berproses adalah bahwa setiap orang mempunyai peranan yang harus dijalankannya. Maka, interaksi individu dengan kelompok hanya dapat dimengerti dalam kerangka peranan yang dilakukan oleh individu.
Yang ketiga adalah Gabriel Tarde (1843-1904). Dia memulai dengan suatu dugaan atau pandangan awal bahwa gejala sosial mempunyai sifat psikologis yang terdiri dari interaksi antara jiwa-jiwa individu, dimana jiwa tersebut terdiri dari kepercayaan-kepercayaan dan keinginan-keinginan. Bentuk-bentuk utama dari interaksi mental individu-individu adalah imitasi, oposisi danadaptasi atau penemuan baru. Imitasi seringkali berhadapan dengan oposisi yang menuju pada bentuk adaptasi baru. Dengan demikian mungkin terjadi perubahan sosial yang disebabkan oleh penemuan-penemuan baru. Hal ini menimbulkan imitasi, oposisi penemuan-penemuan baru, perubahan-perubahan dan seterusnya. Tarde berusaha untuk menjelaskan gejala-gejala sosial di dalam kerangka reaksi-reaksi psikis seseorang.
Keempat, adalah Karl Marx (1818-1883). Menurutnya, selama masyarakat masih terbagi atas kelas-kelas, maka pada kelas yang berkuasalah akan terhimpun segala kekuatan dan kekayaan, Hukum, filsafat, agama, dan kesenian merupakan refleksi dari status ekonomi kelas tersebut. Namun demikian, hukum-hukum perubahan berperanan dalam sejarah, sehingga keadaan tersebut dapat berubah baik melalui suatu revolusi maupun secara damai.
Yang kelima adalah Emile Durkheim.Menurutnya hukum adalah kaidah-kaidah yang bersanksi yang berat ringannya tergantung pada sifat pelanggaran, anggapan-anggapan serta keyakinan masyarakat tentang baik-buruknya suatu tindakan.Lalu berikutnya adalah Max Webber. Webber mempunyai latar belakang pendidikan hukum. Dia mempelajari pengaruh faktor-faktor politik, agama dan ekonomi terhadap perkembangan hukum.

Mazhab-mazhab dan Spesialisasi dalam Sosiologi
Pitirim Sorokin didalam bukunya yang berjudul Contemporary Sociological Theoriesmengadakan klasifikasi mazhab-mazhab sosiologi dengan cabang-cabangnya.
v  Social physics
v  Social energitics
v  Mathematical sociology pareto
v  Bio-organismic branch
v  Racialist, hereditarist and selectionist branch
v  Sociological darwism and struggle for existence theories
v  Neo-pisitivist branch
v  Durkheim’s branch
v  Gumplowicz’s branch
v  Formal sociology
v  Economic interpretation of history
v  Behaviorists
v  Instinctivists
v  Instospectivists of various types
v  Various interpretations of social phenomena in terms of culture, religion, law, public opinion, folkways, and other “psycho-social factors”