Kepastian



“Yang dibutuhkan perempuan itu hanya kepastian. Mungkin aku tidak bisa memberikan itu buat dia makanya dia memilih yang lain. Tidak ada hal lain selain iklas untuk menerima semua ini. Hahhaha padahal aku bilang seperti ini sambil menitikkan air mata. Semoga mereka berdua dapat menghasilkan keturunan yang lucu-lucu dan unik.”

Itu setahun lalu, setahun kemudian.

“Aku tidak pernah tidak mencintai dia.”

Jika alur jodoh harus seperti ini, aku menerimanya. Sungguh.

Karena aku merasa tidak bisa menuruti kemauanmu yang rumit, memenuhi tuntutan-tuntutanmu, menerima perkataan yang kadang menyingung, tidak bisa menuruti gaya hidupmu, tidak bisa sabar menghadapi tingkahmu. 

Terima kasih untuk pengakuan bahwa kamu tak pernah tak mencintainya. Mungkin ketika bersanding bersamaku dulu juga seperti itu. Tak apalah...

Semoga kamu yang sekarang bisa mempersembahkan sebuah kepastian.

“Sebenarnya kami saling mencintai. Kami saling tahu tapi tak pernah saling bicara.”