LAPORAN - Praktikum FTS Steril - Larutan untuk Mata




LAPORAN PRAKTIKUM

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
MODUL VII
LARUTAN UNTUK MATA

Disusun Oleh:
Nama : Eldesi Medisa Ilmawati
NIM : K 100 110 038
Kelompok : B 4
Tanggal Praktikum    : 3 Oktober 2013
Korektor :


LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
 



I.                   TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mengetahui, memahami, menguasai, dan mampu mengimplementasikan teori, konsep, dan prinsip formulasi sediaan steril.

II.                DASAR TEORI
Obat mata ini pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga macam :
1.      Obat cuci mata (collyria)
2.      Obat tetes mata (guttae opthalmicae)
3.      Salep mata
Pada dasranya sebagai obat mata biasanya dipakai :
1.  Bahan-bahan yang bersifat antiseptika (dapat memusnahkan kuman-kuman pada selaput lender mata), misalnya asam borat, protargol, kloramfenikol, basitrasina, dan sebagainya.
2.     Bahan-bahan yang bersifat mengecutkan selaput lender mata (adstringentia), misalnya seng sulfat.
Untuk pembuatan obat mata ini perlu diperhatikan mengenai kebersihannya, pH yang stabil, dan mempunyai tekanan osmose yang sama dengan tekanan osmose darah. Pada pembuatan obat cuci mata tak perlu disterilkan, sedangkan pada pembuatan obat tetes mata harus disterilkan. (Anief, 1999)



Guttae Ophthalmicae
Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspense yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lender mata di sekitar kelopak mata dan bola mata.
Tetes mata harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan yaitu :
1.         Steril
2.         Sedapat mungkin isohidris
3.         Sedapat mungkin isotonis
Bila obatnya tidak tahan pemanasan, maka sterilitas dicapai dengan menggunakan pelarut steril, dilarutkan obatnya secara aseptis, dan menggunakan penambahan zat pengawet dan botol atau wadah yang steril. Isotonis dan pH yang dikehendaki diperoleh dengan menggunakan pelarut yang cocok.
Pelarut yang sering digunakan adalah :
1.   Larutan 2% Asam Borat (pH = 5)
2.   Larutan Boraks – Asam Borat (pH = 6,5)
3.   Larutan basa lemah Boraks – Asam Borat (pH = 8)
4.   Aquadestillata
5.   Larutan NaCl 0,9%
(Widjajanti, 1989)

Anatomi dan Fisiologi
Obat tetes mata yang digunakan harus diserap masuk ke dalam mata untuk dapat member wfwk. Larutan obat tetes mata segera campur dengan cairan lakrimal dan meluas di permukaan kornea dan konjungtiva, dan obatnya harus masuk melalui kornea menembus mata.
Mata terdiri dari kornea yang bening dan sclera yang tertutup oleh salut pelindung dan berserabut, berwarna putih, rapat, dan tidak ada saluran darah. Permukaan luas dari salut sclera terdapat membrane konjungtiva, membrane mukosa yang tipis ini merupakan exterior coatingyang kontinu pada bagian yang putih dari mata dan aspek dalam dari penutup. Jaringan konjungtiva mengandung banyak glandula mukosa yang uniseluler dan berguna untuk pemeliharaan mata umumnya.
Jaringan ini mengandung banyak saluran darah dan terutama kaya akan saluran limfe. Saluran darah ini kolap, dan melebar bila ada iritasi oleh zat asing, infeksi mikrobial atau lainnya.
Obat yang menembus ke dalam konjungtiva, sebagian dihilangkan oleh aliran cairan melalui konjungtiva darah, sistem limfe.
Di bawah ini terletak sclera yang berserabut dan rapat. Bagian kornea merupakan jaringan vaskuler, transparan, dan sangat tipis.
Sel-sel epitel pada permukaannya mengandung komponen lipoid. Pada kornea ini banyak sekali urat syarat sensoris yang bebas dan berakhir antara sel-sel epitel dan permukaan. Karena itu sangat peka terhadap stimuli dan penjamahan. (Anief, 2000)

III.             ALAT DAN BAHAN
TETES MATA KHLORAMFENIKOL
Alat :
1.      Glassware
2.      Vial
3.      Timbangan
Bahan :
1.      Kloramfenikol
2.      Asam Borat
3.      Na Tetra Borat
4.      Nipagin
5.      Aqua destilata
6.      HCl 0,1 N – NaOH 0,1 N
INTRAOCULAR IRRIGATING SOLUTION
Alat :
1.      Glassware
2.      Vial
3.      Timbangan
Bahan :
1.      NaCl
2.      KCl
3.      CaCl dehydrate
4.      MgCl hexahidrate
5.      Na Acetate trihydrate
6.      Na Citrate dehydrate
7.      NaOH 0,1 N – HCl 0,1 N
8.      Aqua P.I

IV.             FORMULA
TETES MATA KHLORAMFENIKOL
R/              Kloramfenikol                            50 mg
                  Asam borat                             150 mg
                  Na Tetra Borat                         30 mg
                  Nipagin                                   100 µg

INTRAOCULAR IRRIGATING SOLUTION
R/              NaCl                                        0,64
                  KCl                                         0,075
                  CaCl dehydrate                       0,048
                  MgCl hexahidrate                      0,03
                  Na Acetate trihydrate                 0,39
                  Na Citrate dehydrate                  0,17
                  Aqua P.I                                  ad 100 mL






V.                   CARA KERJA
TETES MATA KHLORAMFENIKOL

1. Dilarutkan asam borat dan natri tetra borat dalam aquadest
2. Dilarutkan preservative dalam aquadest dan ditambahkan pada larutan 1
3. Dilarutkan kloramfenikol dalam larutan 2 dan ditambahkan sisa aquadest
4. Disterilkan menurut cara B
5. Dimasukkan wadah dan diberi etiket.

    INTRAOCULAR IRRIGATING SOLUTION
1. Dilarutkan semua bahan dalam aqua P.I
2. Diatur pH 7,2 – 7,6, jika kurang asam ditambahkan HCl 0,1 N, sedangkan bila kurang basa ditambahkan NaOH 0,1 N
3. Dimasukkan ke dalam vial dan ditutup
4. Disterilisasikan dengan autoclave 1200C selama 20 menit
5. Diberi etiket



VI.                   ANALISIS CARA KERJA
Tetes mata kloramfenikol dibuat dengan melarutkan asam borat dan natrium tetraborat terlebih dahulu dalam aquadest. Setelah larut semua baru ditambah preservative yang telah dilarutkan dalam aquadest. Hal ini dilakukan supaya kelarutan bahan yang didapatkan lebih sempurna dan optimal kemudian ditambahkan sisa aquadest. Larutan kloramfenikol dimasukkan dalam vial dan disterilkan dengan cara B, yakni direbus dalam air mendidih selama 30 menit.
Untuk larutan irigasi intraocular, semua bahan dilarutkan dalam aqua p.i, setelah larut pH diatur antara 7,2-7,6 HCl dan NaOH ditambahkan bila larutan belum mencapai pH yang diinginkan. Larutan selesai dibuat tinggal dimasukkan dalam wadah dan disterilkan dengan autoclave.

VII.                HASIL PERCOBAAN
1.      Tetes Mata Khloramfenikol
Hasil Evaluasi
No.
Evaluasi
Hasil
Keterangan
1.
pH
7,3
pH meningkat
2.
Partikel asing
Tidak ada
Bersih
3.
Kejernihan
Jernih
Karena sudah disaring dan ditutup rapat
4.
Kebocoran
Tidak bocor
Karena botol tertutup rapat

Kesimpulan : pH 7-8 yaitu pH netral. Untuk uji kebocoran didapat hasil tidak terjadi kebocoran dan pada uji kejernihan hasilnya jernih dan. Maka dapat disimpulkan tetes mata kloramfenikol ini layak pakai karena memenuhi syarat yang ada di buku yang dikarang ansel.

2.      Intraocular Irrigating Solution
Hasil Evaluasi
No.
Evaluasi
Hasil
Keterangan
1.
pH
7,3
pH meningkat sedikit
2.
Partikel asing
Tidak ada
Bersih
3.
Kejernihan
Jernih
Karena sudah disaring dan ditutup rapat
4.
Kebocoran
Tidak bocor
Karena botol tertutup rapat

 Kesimpulan : Dari hasil evaluasi diperoleh hasil yaitu: untuk pH 7-8 diukur menggunakan stik pH, tidak terjadi kebocoran dan larutan jernih. Maka dapat disimpulkan intraocular irrigating solution layak pakai.
VIII.             PEMBAHASAN

Percobaan ini bertujuan agar mahasiswa mampu memahami dan mampu membuat sediaan tetes mata Kloramfenikol dan Intraocular Irrigating Solution. Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspense yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lender mata di sekitar kelopak mata dan bola mata (Widjajanti, 1989). Tetes mata disebut juga Guttae Opthalmitae. Tetes mata berair umumnya dibuat menggunakan cairan pembawa berair yang mengandung zat pengawet terutama fenil raksa (II) nitrat, benzalkonium klorida 0,01% b/v yang pemilihannya didasarkan atas ketercampuran zat pengawet terhadap obat yang terkandung di dalamnya selama waktu tetes mata itu dimungkinkan untuk digunakan. (FI III, 1979)
Obat tetes mata yang digunakan harus diserap masuk ke dalam mata untuk dapat memberi efek. Larutan obat tetes mata segera campur dengan cairan lakrimal dan meluas di permukaan kornea dan konjungtiva, dan obatnya harus masuk melalui kornea menembus mata. (Anief, 2000)
Untuk pembuatan obat mata ini perlu diperhatikan mengenai kebersihannya, pH yang stabil, dan mempunyai tekanan osmose yang sama dengan tekanan osmose darah. Pada pembuatan obat cuci mata tak perlu disterilkan, sedangkan pada pembuatan obat tetes mata harus disterilkan. (Anief, 1999)
Sediaan ini diteteskan ke dalam mata sebagai antibacterial, anestetik, diagnose, midratik, miotik, dan antiinflamasi. Obat tetes mata sering digunakan pada mata yang luka karena habis dioperasi atau karena kecelakaan. Syarat-syarat untuk tetes mata dikehendaki syarat-syaratnya yaitu obatnya harus stabil secara kimia, harus mempunyai aktivitas terpeutik yang optimal, harus tidak mengiritasi dan tidak menimbulkan rasa sakit pada mata, harus teliti dan tepat secara jernih, harus bebas dari mikroorganismeyg hidup dan tetap tinggal demikian selama penyimpanan yang diperlukan. Jadi pada prinsipnya obat tetes mata harus steril, jernih, dan bebas partikel asing. (Anief, 2000)
Obat biasanya dipakai pada mata untuk maksud efek local pada pengobatan bagian permukaan, mata, atau bagian dalamnya. Yang sering dipakai adalah larutan dalam air, akan tetapi juga biasa dipakai suspense cairan bukan air dan salep mata, karena kapasitas mata untuk menahan atau menyimoan cairan dan salep terbatas. Pada umumnya obat mata dibiarkan dalam volume yang kecil. Preparat cairan sering diberikan dalam bentuk sediaan tetes mata dan salep mata dengan mengoleskan salep yang tipis pada pelupuk mata. Volume sediaan cairan yang lebih besar dapat digunakan untuk menyegarkan dan mencuci mata. (Ansel, 1989)
Dalam percobaan ini bahan obat yang digunakan sebagai zat aktif adalah Kloramfenikol yang mempunyai daya sebagai antimikroba yang kuat melawan infeksi mata dan merupakan antibiotika spectrum luas bersifat bakteriostatik. Kloramfenikol juga mengandung tidak lebih 103,0% dan tidak kurang dari 97,0% C11H12Cl2N2O5, dihitung dari zat yang telah dikeringkan. Selain kloramfenikol digunakan asam borat sebagai buffer, Na tetra borat sebagai antiseptic eksternal, Nipagin sebagai preservative, dan aquadest sebagai pelarut. Digunakan Nipagin sebagai karena zat tersebut dapat larut dalam air  dan biasanya mudah diumbuhi mikroba. Asam borat merupakan asam lemah dan Na tetraborat merupakan garam, yang keduanya berfungsi sebagai pelarut yang isotonis dan larutan dapar. Larutan dapar ini menetralkan pH dan tetes mata agar sesuai cairan mata sehingga mencegah dari ketidaknyamanan, mengurangi rasa sakit, menjaga stabilnya obat dalam larutan, dan juga sebagai kontrol aktivitas terapeutik. Larutan dapar merupakan larutan yang digunakan untuk meniadakan perubahan pH dengan penambahan sedikit asam atau basa.
Yang dilakukan pertama kali adalah melarutkan asam borat denga Na tetra borat dalam aquadest, kemudian nipagin dilarutkan dalam sebagian aquadest dan ditambahkan pada larutan asam borat dan Na tetraborat. Lalu kloramfenikol dilarutkan dalam aquadestdan semua larutan dicampur. Asam borat dan Na tetraborat digunakan sebagai pelarut yang isotonis dan pH6,5 sesuai dengan cairan mata, nipagin digunakan untuk mempertahankan sterilitas karena dikhawatirkan masih ada kontaminannya. Kemudian larutan dimasukkan ke dalam vial dan disterilkan menurut cara B, yaitu dengan dididihkan dala  suhu 980 – 1000C selama 30 menit. Jika disterilisasi dengan autoklav akan merusak kloramfenikol dan nipagin. Wadah ditutup rapat dan obat diberi label untuk pemakaian luar dan tidak boleh digunakan lebih dari 1 bulan setelah tutupnya dibuka. Digunakan suhu 980– 1000C karena dengan suhu tersebut dapat lebih efektif membunuh mikroorganisme.
Pada hasil percobaan didapatkan hasil pH 7-8 yaitu pH netral diukur menggunakan stik pH. Untuk uji kebocoran didapat hasil tidak terjadi kebocoran dan pada uji kejernihan hasilnya jernih dan. Maka dapat disimpulkan tetes mata kloramfenikol ini layak pakai karena memenuhi syarat yang ada di buku yang dikarang ansel.
Sedangkan untuk pembuatan Intraocular Irrigating Solution, yaitu mencampur semua bahan yang telah ditimbang dengan pelarut aquadest pi. Setelah itu diatur kemudian diatur pH 7,2-7,6. Hal ini dimaksudkan pH tersebut sesuai dengan pH air normal. Pengaturan pH dengan menambahkan NaOH 0,1 N jika larutan kurang basa dan menambahkan HCl 0,1 N. Lalu larutan tersebut dimasukkan ke dalam vial dan ditutup, setelah itu disterilkan dengan menggunakan autoklav pada suhu 1200C selama 20 menit agar larutan tetes mata bebas dari mikroorganisme. Terakhir kita letakkan dalam wadah dan beri etiket untuk pemakaian luar (biru) dan kita lakukan evaluasi yang meliputi pH, kebocoran, kejernihan, keseragaman, volume.
Dari hasil evaluasi diperoleh hasil yaitu pH 7-8 diukur menggunakan stik pH, tidak terjadi kebocoran, dan larutan jernih. Maka, Intraocular Irrigating Solution layak dipakai.

IX.             KESIMPULAN
1.   Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspense yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lender mata di sekitar kelopak mata dan bola mata
2.   Tetes mata kloramfenikol ini layak pakai karena memenuhi syarat karena memenuhi syarat yaitu pH 7-8, tidak ada kebocoran, dan larutan jernih.
3.      Intraocular Irrigating Solution layak dipakai karena memenuhi syarat karena memenuhi syarat yaitu pH 7-8, tidak ada kebocoran, dan larutan jernih.

X.                DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta
Anief, Moh. 1999. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Anief, Moh. 2000. Farmasetika. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Sutedjo, R.Y. 2008. Mengenal Obat-Obatan secara Mudah dan Aplikasinya dalam Keperawatan. Amara Books. Jakarta
Widjajanti, Nuraini. 1989. Obat-Obatan. Kanisius. Jakarta