LAPORAN - Praktikum FTS Steril - Solutio Antikoagulan


LAPORAN PRAKTIKUM
FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
MODUL VI
SOLUTIO ANTIKOAGULAN

Disusun Oleh:
Nama : Eldesi Medisa Ilmawati
NIM : K 100 110 038
Kelompok : B 4
Tanggal Praktikum    : 3 Oktober 2013
Korektor :


LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013



MODUL VI
SOLUTIO ANTICOAGULANT
 

 

I.                   TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mengetahui, memahami, menguasai, dan mampu mengimplementasikan teori, konsep, dan prinsip formulasi sediaan steril.

II.                DASAR TEORI
Antikoagulansia (Lat.: coagulare = membeku) adalah zat-zat yang dapat mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat pembentukan fibrin. Antagonis-vitamin K ini digunakan pada keadaan dimana terdapat kecenderungan darah untuk membekuyg meningkat, misalnya pada thrombosis. Pada thrombosis koroner (infark), sebagian  otot jantung menjadi mati karena penyaluran darah ke bagian ini terhalang oleh thrombus di salah satu cabangnya. Obat-obat ini sangat penting untuk meningkatkan harapan hidup penderita.
Penggolongan : antikoagulansia dapat dibagi dalam dua golongan, yakni obat dengan kerja langsung dan kerja tak langsung.
Penggunaan : antikoagulansia digunakan pada trombo emboli, termasuk tromboflebitis (radang vena), setelah pembedahan di mana terdapat faktor-faktor yang memudahkan terjadinya thrombosis, terutama thrombosis koroner.
Secara preventif, antikoagulansia digunakan untuk mencegah terbentuknya trombi (darah beku) pada aterosklerosis misalnya pada gangguan sirkulasi akibat penyempitan pembuluh. Penggunaan secara profilaktis setelah infark jantung ternyata tidak mengurangi risiko serangan kedua, namun terjadinya trombose perifer dapat dicegah dengan efektif. (Rahardja, 2007)
Fase koagulasi pada hemostatis berperan dalam pembentukan klot darah. Obat ini bekerja dengan mempengaruhi fase koagulasi hemostatis, atau menghambat perkembangan dan perluasan pembentukan klot darah. Efek samping dari penggunakan antikoagulan tersebut adalah hemoragi atau perdarahan. Seperti obat antiplatelet, obat antikoagulan juga tidak efektif terhadap klot darah yang sudah terbentuk dan tidak dapat melarutkan atau melisis klot tersebut, sehingga penggunaannya hanya bersifat preventif. Obat antikoagulan mencegah atau memperlambat pembentukan klot darah yang terjadi. Obat ini digunakan pada terapi propilaksis thrombosis arteri maupun vena, dan pada pasien yang mengalami fabrilasi atrium bisa menurunkan risiko embolisme dan strok. Obat golongan ini dibagi menjadi dua berdasarkan cara pemberiannya yaitu antikoagulan injeksi dan oral.
1.  Antikoagulan injeksi : contohnya heparin, obat bekerja dengan mempengaruhi aktivitas faktor pembentuk klot, baik pada jalur intrinsic dan ektrinsik. Heparin beraksi dengan mengikat anti thrombin (AT) III (inhibitor enzim hemostatis), selanjutnya meningkatkan aktivitas ATIII. Komplek heparin dan ATIII dapat menghambat faktor pembentuk thrombin, dan selanjtnya menghambat pembentukkan klot darah. Ringkasnya, heparin (berikatan dengan ATIII) mempercepat proses pembentukan klot darah. Heparin sering dalam bentuk low-molecular-weight (LMW) heparin, digunakan secara akut dalam jangka pendek. Protamin merupakan antagonis heparin, digunakan pada kasus perdarahan yang disebabkan heparin.
2.    Antikoagulan oral : contohnya warfarin dan dikumarol. Warfarin merupakan antagonis vitamin K. vitamin K merupakan vitamin larut lemak yang berasal dari tanaman. Vitamin K sangat penting dalam pembentukan faktor pembentuk klot, dan dalam sintesis faktor tersebut membutuhkan vitamin Ksebagai co-faktor. (Nugroho, 2012)
Efek sampingnya : berupa perdarahan hebat, antara lain di lambung-usus, terutama pada over-dose. Juga reaksi kepekaan yang serius, karena heparin adalah suatu zat allergen, yakni suatu zat yang dapat menimbulkan reaksi alergi. Bila terjadi perdarahan, misalnya dari hidung, perlu segera diberikan zat penawar vitaminK1 secara oral (5-10 mg). pemberian vitamin K yang merupakan antagonis dari zat kumarin akan menormalkan kadar protrombin dalam darah, walaupun efek klinisnya baru tampak setelah beberapa jam. (Rahardja, 2007)
Antikoagulan Pengikat Ion Kalsium
Natrium sitrat dalam darah akan mengikat kalsium menjadi kompleks kalsium sitrat, bahan ini banyak digunakan dalam darah untuk transfusi, karena tidak toksik. Tetapi dosis yang terlalu tinggi umpamanya pada transfusi darah sampai 1.400 mL dapat menyebabkan depresi jantung.
Asam oksalat dan senyawa oksalat lainnya digunakan untuk antikoagulan di luar tubuh (in vitro), sebab terlalu toksis untuk penggunaan in vivo (di dalam tubuh). Natrium edetat mengikat kalsium menjadi kompleks dan bersifat sebagai antikoagulan.
Untuk pemilihan obat antikoagulan dan antitrombolitik yang tepat ada baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter. ( Mediastore, 2011 )

III.             ALAT DAN BAHAN

Alat :
1.      Timbangan
2.      Glassware
3.      Botol bening
4.      Autoclave
Bahan :
1.      Acidum Citricum 1 H2O
2.      Na Citrat Tribacicum 5 H2O
3.      Glukosa p.i. anhydrous
4.      Aqua p.i
5.      HCl 0,1 N
6.      NaOH 0,1 N
7.      Karbo adsorben

IV.             FORMULA
R/              Acidum Citricum 1 H2O                     4,7
                  Na Citrat Tribacicum 5,5 H2O            16
                  Glukosa p.i anhydrous                        25
                  Aqua p.i ad                                         1000 mL
 

V .                   CARA KERJA
Dicek apakah larutan isotonis atau tidak isotonis
Dididihkan aqua, dilarutkan gula dalam keadaan panas
Dilarutkan bahan lainnya dalam keadaan dingin
Dicampur larutan gula dengan no. 3 ditambahkan sisa aquanya
Diatur pH 5 – 6, jika kurang asam ditambahkan HCl 0,1 N, sedangkan bila kurang basa ditambahkan NaOH 0,1 N
Digojok larutan dengan karbo adsorben 0,1% didiamkan, kemudian disaring hingga jernih
Dimasukkan ke dalam botol yang sesuai dan ditutup
Disterilisasikan dengan autoclave 1200C selama 20 menit
Setelah dingin di cek/uji larutan: pH, kebocoran, partikel asing, kejernihan
Diberi etiket

  
VI.                   ANALISIS CARA KERJA
Tonisitas berhubungan dengan tekanan osmose yang diberikan oleh suatu larutan dari zat padat yang terlarut. Jika yang digunakan adalah larutan isotonis, tidak akan terjadi pertukaran cairan melalui membran. Larutan hipotonis dapat menjadi isotonis melalui penambahan senyawa yang cocok. Sedangkan pada larutan hipertonis tidak perlu dilakukan penambahan larutan isotonis. Dari hasil perhitungan yang didapat bahwa larutan bersifat hipotonis maka perlu diberi penambahan larutan pengisotonis untuk menaikkan tonisitas agar larutan dapat bersifat isotonis.
Pendidihan aqua digunakan untuk melarutkan gula. Karena gula memiliki kelarutan yang sukar pada air dingin. Pelarutan Acidum Citricum 1 H2O dan Na Citrat Tribacicum 5,5 H2O menggunakan air dingin karena memiliki kelarutan yang mudah pada air dingin/biasa. Pengaturan pH dilakukan  disesuaikan dengan pH tubuh manusia. Penggojokan menggunakan karbo adsorben 0,1% untuk menangkap partikel asing dan pirogen sehingga larutan menjadi jernih. Penyaringan dimaksudkan untuk menghilangkan karbo adsorben yang ada dalam larutan. Perlakuan sterilisasi dengan cara pemanasan basah. Setelah perlakuan sterilisasi dilakukan cek/uji larutan apakah larutan koagulan tersebut memenuhi syarat atau tidak.

VII.                HASIL PERCOBAAN
Perhitungan Tonisitas
Diketahui :
BM asam sitrat      = 210,14
BM Na sitrat         = 294,1
BM glukosa           = 198,17


 
                       
                   × 2,35 +  × 8 +   × 12,5       =  0,0168 + 0,04896 + 0,0631
             = 0,129 < 0,28 (tidak isotonik / hipotonik)
NaCl          = 32 × (0,28 – 0,129)
                  = 32 × 0,151
                  = 4,832 g/L

Hasil Evaluasi
No.
Evaluasi
Hasil
Keterangan
1.
pH
5
pH tidak berubah
2.
Kebocoran
Tidak
Botol tertutup rapat
3.
Partikel asing
Ada sedikit
Penyaringan kurang maksimal
4.
Kejernihan
Kurang jernih
Karena tutup botol terbuka dan kurang rapat

 Kesimpulan : Larutan antikoagulan yang dibuat tidak memenuhi persyaratan karena terjadinya terdapat sedikit partikel asing dan larutan kurang jernih.
VIII.             PEMBAHASAN
Pada percobaan ini membuat sediaan solutio antikoagulan yang merupakan suatu obat anti penggumpalan darah dengan jalan menghambat pembentukan fibrin. Antagonis-vitamin K ini digunakan pada keadaan dimana terdapat kecenderungan darah untuk membekuyg meningkat, misalnya pada thrombosis. Pada thrombosis koroner (infark), sebagian  otot jantung menjadi mati karena penyaluran darah ke bagian ini terhalang oleh thrombus di salah satu cabangnya. Obat-obat ini sangat penting untuk meningkatkan harapan hidup penderita. antikoagulansia digunakan untuk mencegah terbentuknya trombi (darah beku) pada aterosklerosis misalnya pada gangguan sirkulasi akibat penyempitan pembuluh. Penggunaan secara profilaktis setelah infark jantung ternyata tidak mengurangi risiko serangan kedua, namun terjadinya trombose perifer dapat dicegah dengan efektif. (Rahardja, 2007)
Mekanisme terjadinya pembekuan darah adalah adanya aktivator tromboplastin yang terbentuk akibat adanya pembuluh darah yang sobek, yang mengubah fibrinogen menjadi benang-benang fibrin yang akan mengikat sel darah merah plasma sehingga darah membeku. Pada perubahan protombin menjadi trombin. Ion Ca memiliki peranan penting, adanya Na sitrat dalam solutio antikoagulan berfungi mengikat ion Ca dan membentuk kompleks Ca sitrat sehingga tidak terjadi pembekuan darah.
Dari hasil perhitungan tonisitas didapatkan nilai isotonis 0,129 < 0,28, yang artinya solutio antikuagulan ini bersifat hipotonis. Hal ini akan berbahaya bagi pasien karena akan terjadi hemolisis. Maka larutan antikoagulan perlu ditambahkan zat pengisotonis berupa glukosa agar larutan bersifat isotonis (tekanan osmose larutan sama dengan tekanan osmose cairan tubuh).
Dari hasil evaluasi percobaan bisa dilihat bahwa larutan antikoagulan yang dibuat tidak memenuhi persyaratan karena disebabkan oleh larutan yang tidak jernih dan adanya sedikit pasrtikel asing pada larutan. Hal ini mungkin disebabkan karena penyaringannya yang kurang sehingga menyebabkan masih adanya partikel asing yang tersisa pada larutan dank arena tutup botol yang kurang rapat. Sedangkan untuk evaluasi pH tidak ada perubahan, dan tidak terjadi kebocoran pada evaluasi kebocoran. Pada percobaan ini juga dilakukan proses sterilisasi sebagai syarat suatu sediaan parenteral yaitu steril. Proses sterilisasi dilakukan setelah pembuatan larutan antikoagulan di dalam autoclave selama 1200C selama 20 menit agar larutan terbebaskan dari mikroorganisme.

IX.             KESIMPULAN
1.  Larutan solutio antikuagulan yang kami buat tidak memenuhi persyaratan karena adanya partikel asing dan larutan tidak jernih.
2. Pada tahap evaluasi pH dan kebocoran memenuhi persyaratan karena tidak terjadi kebocoran.
3.  Dari hasil perhitungan tonisitas, larutan antikoagulan diketahui bersifat hipotonis dari hasil perhitungan yang didapatkan, maka diperlukan penambah zat pengisotonis yaitu glukosa.


X.                DAFTAR PUSTAKA
Endro Nugroho, Agung. 2012. Farmakologi. Pustaka Pelajar. Jakarta
Rahardja, Kirana. 2007. Obat-Obat Penting. PT Elek Media Komputindo. Jakarta