Sapa Sebab Perkara





Aku merasa seperti dikejar-kejar meski tak mengambil apa-apa. Aku tak pernah menjanjikan apa-apa. Aku juga tak pernah mengambil hatimu. Kalaupun kamu menyerahkan setengahnya itu bukan salahku kan? Aku ingin mengakhiri semua ini.

Hari ini penuh kejutan. Datang ke sebuah acara dan bertemu dengan orang-orang yang sebenarnya aku tak mau bertemu. Siapa dia tak perlu kubicara di sini. Kalaupun ada yang membaca tulisan ini dan tau yang ku maksud, syukurlah.

Setelah duduk, melihat daftar isi. Eh, nemu sebuah nama yang bikin heboh.

“Eh, ku kira ini perempuan lho mbak.”

Mas, masa kamu dikira perempuan. Hahahah, tapi bagaimana pun kamu, orang mau bilang apa, aku tetap mencintaimu #hek!

Dan pada panggung-panggung lainnya. Melihat beberapa orang yang kukenal. Tergesa menyudahi semua dan aku merasa tersingkirkan. Mungkin memang harusnya seperti ini. Anggapan yang membuat moodku jelek sampai sore ini. Dan orang yang di seberang sana menerima kasarku. Aku salah? Mungkin.

Bertemu beberapa teman dengan waktu bersamaan dan munculnya seseorang. Pengen rasanya buat lubang dan masuk di dalamnya.

Jika sapa sebabkan perkara, maka diam adalah pilihan.

Pada sebuah ruangan kosong, derit pintu terbuka. Perempuan dengan jilbab merah menongolkan kepalanya. Ruangan yang cukup senyap. Kursi-kursi sudah rapi. Menengok pada arah meja sebelah kiri. Melihat orang duduk sendiri. Orang yang sejak awal sudah dijanjikan dalam hatinya untuk tak berbicara sedikitpun.

“Udah lulus? Selamat ya.”