Ternyata



Malam ini akan berbeda cerita jika aku tak sedang di rumah. Mungkin sebuah kenyataan, jika air mata akhirnya sia-sia. Tak memandang kemarin maupun hari ini. 

Buka HP yang penuh kenangan itu, melihat hampir dua ribu sms. Beberapa aku masukkan dalam pesan tersimpan. Sudah sejak lama aku tak menghapus sms yang menyimpan kenangan. Dan kenangan setahun lalu menjadi kemarin sore. Tertawa dan sedih yang semakin terasa di sini. Sesak juga. Mau mengangis? Ah, bukankah sia sia saja?

“Semoga sehari, seminggu, setahun, seratus tahun lagi aku bisa menemanimu melewati hari hari kita.”

“Kata orang bijak, cinta datang bukan saat kita minta, tapi saat membutuhkan.”

“Perempuan Hujan.”

“Usai Hujan Reda.”

Ini bulan Oktober, bulan depan menjadi satu tahun. 

Kita sudah melewati sehari dan seminggu itu. Dengan janji menemani melewati hari-hari kita. Aku masih yakin sampai setahun dan beratus tahun kita akan melewati hari-hari itu. Namun kenyataan memang kita tak lagi berdua melewatinya. Entah suasana apa. Aku benar-benar merindukan setahun lalu. Bolehkah waktu kembali? Dan aku merasakan bahagia itu, takut itu.


Ternyata, yang kita sebut membutuhkan itu salah. Lebih tepatnya meminta, mungkin.

Ternyata, perempuan hujan dan usai hujan reda itu tak pernah selesai. Dan kisah di dalamnya yang telah selesai.
 


Sidobali, ternyata aku kembali ke jalan itu.