Analisis Puisi

1.      Analisis Puisi dengan Pendekatan Semiotik Riffaterre

SRI WINTALA ACHMAD
MIMPI BURUK SEORANG PENYAIR

Sehabis lelah mengayuh waktu dalam kembara
padang karang
Belum juga sampai penyair pada pemahaman
rahasia masjid
Dimana keluh dan airmata tersuling sebagai air
wudlu
Melainkan semata mimpi buruk yang harus
dialpakan
Dengan semabuk ekstasian puisi, hingga
langit nampak memuntahkan gairah pelangi
Meskipun jauh dari rumah kecilnya yang awan
gumawan
Amat terasa kekasih menawar layu di depan pintu
: Merindukan seekor kupu bersayap biru

Yogyakarta, 16-05-2000

a.      Pembacaan Heuristik
Pembacaan heuristik dari sajak tersebut dapat dimaknai sebagai berikut:
ü  Judul
Mimpiadalah sesuatu yang dilihat, dirasakan,dan didengar dalam tidur , buruk adalah tidak baik, seorang adalah menunjuk pada orang, penyair adalah orang yang menciptakan/ menulis puisi.
ü  Baris 1
Sehabisberarti setelah selesai, lelah adalah capai/ penat/ payah/ lesu, mengayuhadalah mendayung/ berhubungan dengan sepeda, waktu adalah serangkaian saat ketika proses, dalam adalah jauh masuk ke bawah, kembara adalah berpetualang/ melakukan perjalanan jauh, padang adalah daerah yang bertanah luas dan datar tidak dijumpai pepohonan, kerangadalah batu kapur dilaut yang berbentuk dari zat- zat yang dikeluarkan oleh binatang renik.
ü  Baris 2
Belum adalah masih dalam keadaan tidak, jugaadalah sama halnya, sampai adalah datang ketempat yang dituju, penyairadalah pencipta puisi/ penulis puisi, padaadalah kata penghubung, pemahamanadalah cara memahami, rahasia adalah sesuatu yang tidak diketahui/ disembunyikan, masjid adalah tempat beribadah umat islam.
ü  Bait 3
Dimanaberarti menyatakan tempat, keluhadalah ungkapan mencerminkan penderitaan hati, dan adalah kata penghubung, air mata adalah air yang meleleh dari mata, tersulingadalah keadaan uap menjadi cairan,sebagai adalah kata penghubung, air wudlu adalah air untuk bersuci umat islam.
ü  Bait 4
Melainkanmerupakan kata hubung yang menyatakan pertentangan, semata adalah semata- mata/ halnya, mimpi adalah sesuatu yang dilihat, dirasakan,dan didengar dalam tidur, buruk adalah tidak baik, yang adalah kata hubung, harus adalah wajib/ tidak boleh tidak, dialpakan adalah dilupakan.
ü  Bait 5
Denganmerupakan kata penghubung yang menyatakan kemiripan, semabuk adalah melakukan sesuatu diluar kesadaran, ekstasian adalah keadaan di luar kesadaran/ seperti orang yang melayang- layang, puisi adalah bentuk sastra yang  bentuk bahasanya terikat oleh mantra, irama, rima serta penyusun larik dan bait, hingga adalah sehingga, langit adalah ruang luas yang terbentang di atas bumi, nampak adalah terlihat, memuntahkan adalah mengeluarkan kembali, gairah adalah hasrat yang kuat/ keinginan yang menggebu- gebu, pelangiadalah lengkung sepektrum warna dilangit pembiasan sinar matahari oleh titik- titik hujan atau embun.
ü  Bait 6
Meskipunadalah walau, jauh adalah tidak dekat, dari adalah kata hubung, rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal, kecil adalah tidak besar, yang adalah kata hubung, awan adalah uap air yang tampak bergumpal- gumpal dan melayang layang diudara karena ditiup angin, gumawan adalah indah.

ü  Bait 7
Amat adalah sangat, terasa adalah dapat dirasai, kekasih adalah orang yang dikasihi, menawar adalah mengadakan transaksi jual beli, layu adalah tidak segar lagi dan ada tanda- tanda kering, diadalah kata hubung, depan adalah muka, pintu adalah lubang untuk dilewati.
ü  Bait 8
Merindukanadalah menginginkan unntuk berjumpa,seekor adalah satu ekor, kupuadalah serangga bersayap lebar dan berbelalai/ pengisap madu, bersayap adalah mempunyai sayap, biru adalah warna seperti warna langit.

Secara heuristik sajak ini dapat diartikan sebagai seorang yang terusik dengan masa lalunya yang kelam.

b.      Pembacaan hermeneutik
Pembacaan hermeneutik dari puisi “Mimpi Buruk Seorang Penyair” dapat dimaknai sebagai berikut.
Seorang yang telah lama menjalani hidup penuh dengan penderitaan (padang karang). Tetapi ketika ia kembali mengingat Allah, walaupun tidak bisa mengungkap setiap rahasia Allah yang telah ditakdirkan untuknya ( rahasia masjid), ia bisa merasa tenang. Dimana penderitaan hati (keluh) dan kesediahan (air mata) akan hilang karena kesejukkan yang suci oleh air wudlu dan melupakan segala masa lalu yang kelam (mimpi buruk yang harus dialpakan).
Kini setelah orang itu sudah merasakan dan mendapatkan kebahagiaan, ia merasakan seolah langit pun juga merasakan kebahagiaanya (gairah pelangi). Tetapi dari hatinya yang telah penuh dengan keindahan (awan gumawan), tetap saja ada sedikit perasaan sedih ketika mengingat penderitaan masa lalunya (menawar layu). Sehingga ia memerlukan seseorang yang dapat membawanya terlepas dan bebas dari penderitaannya (kupu bersayap biru).
Pengarang sengaja menggunakan kata ‘rahasia masjid’ untuk menafsirkan rahasia takdir Allah dan penggunaan /tersuling sebagai air wudlu// karena ketika seseorang akan beribadah kepada Allah harus mensucikan diri dengan berwudlu dan melupakan kegundahan hati atau hal apapun yang berurusan dengan duniawi.
Dengan demikian puisi tersebut memberikan pesan bahwa seburuk apapun masa lalu yang dilalui, setiap orang harus tetap menatap kehidupan masa depan.


c.       Matriks
Matriks dari puisi “Mimpi Buruk Seorang Penyair” adalah masa lalu yang kelam.
d.      Model
Model dari puisi adalah /melainkan semata mimpi buruk yang harus dialpakan//
e.       Intertekstual
Hipogram tentang cobaan dari Allah terdapat dalam QS. Al- Baqarah [2]:153 berikut.
Wahai orang- orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang- orang yang sabar.
Hubungan dari ayat tersebut dengan isi puisi adalah, ketika (aku) dalam puisi tersebut mendapat cobaan pada kehidupan masa lalunya dan kembali mengingat Allah, maka Allah memberikan pertolongan dengan memberikan kebahagiaan.
Intertekstual tentang mimpi dapat dilihat dalam novel “Sang Pemimpi” karya Andrea Hirata yang memceritakan tentang keberhasilan Ikal dan Arai dalam meraih mimpi mereka. Walaupun mereka berasal dari keluarga yang kurang mampu dan mendapat beberapa cobaan dalam menggapai mimpi mereka, tetapi dengan pertolongan Allah mereka dapat meraih mimpi melanjutkan sekolah S2 ke Universitas Sorbonne Perancis.











2.      Analisis Puisi dengan Pendekatan Hermeneutika Paul Recoeur

SIANI K.M.
PIDATO

Terimalah hati penyair, betapa pucat dan gemetar
pun ia
Rabalah dengan telapak perasaan dan kenalilah
dalamnya
denyut demi denyut cintamu yang habis- habisan
berjuang
melawan kebencian, keangkuhan,khianat dan
dengki

Airmata dan empedu dendam yang diam- diam
kaujatuhkan ke dalam kalbu
akan meluap hingga tenggorokan dan
menenggelamkan jiwa
Dengarlah suara hati-nuranimu yang mengepakkan
sayap
pada kata- kata penyair, menemukan kembali
saudara- saudaramu yang hilang

Wahai, kaum yang diceraikan oleh kepicikan dan
wasangka
tak ada tempat bertemu bagi kalian di dalam sajak:
sebuah hati, betapa pucat dan tercincang pun ia
adalah milikmu. Reguklah harapan dari nganga
lukanya

1965


a dan b. Simbol dan Pemberian makna
ü  Bait 1
Terimalahadalah menyerahkan sesuatu kepada orang lain, hati adalah bagian organ tubuh yang berfungsi mengambil sari makanan dari darah dan menghasilkan empedu,pucat adalah putih pudar, gemetaradalah bergerak- gerak anggota tubuh karena takut atau kedinginan, rabalah adalah menyuruh seseorang menyentuh dengan  telapak tangan, telapak adalah tapak tangan/ kaki, perasaan adalah rasa atau keadaan batin sesuatu menghadapi sesuatu, kenalilahadalah menyuruh orang lain untuk  mengenal sesuatu,  dalamnya adalah jauh masuk ke bawah, denyut adalah gerakan pada urat nadi/ ubun- ubun, habis- habisan adalah sudah sampai pada waktu akhir yang ditentukan, berjuangadalah memperebutkan sesuatu dengan mengadu tenaga, kebencian adalah perasaan benci, keangkuhan adalah tabiat angkuh, khianat adalah perbuatan pengingkaran janji, dengki adalah merasa tidak suka jika orang lain mendapatkan kebahagiaan dan ingin kebahagiaan itu berpindah kepada dirinya.
ü  Bait 2
Air mataadalah air yang meleleh dari mata, empeduadalah zat yang dihasilkan hati yang berguna untuk mencerna lemak, dendam adalah keinginan untuk membalas suatu kejahatan, diam- diam adalah tidak bergerak- gerak, kaujatuhkanadalah menjatuhkan kebawah dengan cepat, kalbu adalah hati, meluap adalah tumpah, tenggorokan adalah bagian saluran napas atas, menenggelamkanadalah membuat tenggelam, jiwa adalah maksud yang sebenarnya, dengarlahadalah menyuruh orang lain untuk mendengar, mengepakkanadalah membuat berkepak- kepak, sayapadalah bagian tubuh beberapa binatang yang berfungsi untuk terbang, kata- kata adalah ujaran, penyair adalah orang yang meciptakan/ menulis puisi, saudara adalah orang yang bertalian keluar, hilang adalah tidak dijumpai lagi/ lenyap.
ü  Bait 3
Diceraikanadalah dipisahkan, kepicikkan adalah sempit pengetahuan, wasangka adalah kebimbangan hati/ keragu- raguan, sajakadalah pantun/ puisi, sebuah hatiadalah satu hati, pucat adalah putih pudar, tercincang adalah terpotong kecil- kecil, milikmu adalah punyamu, reguklah adalah menyuruh seseorang untuk meminum air dan menelannya, ngangaadalah terbuka lebar- lebar, lukanya adalah cedera pada kulit karena terkena benda tajam.

c. Filosofi
Filosofi dari puisi ini adalah Kekecewaan. Kecewa karena keangkuhan dan penghianatan, kecewa karena kehilangan kerabat, kecewa karena ulah kepicikkan, kecewa tentang pemalsuan sejarah.
Tahun 1965 yaitu ketika puisi ini diciptakan, di indonesia sedang terjadi peristiwa sejarah tragedi kemanusiaan yang dikenal dengan Gerakan 30 September atau yang sering disingkat G 30 S PKI, G-30S/PKI, Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh), atau Gestok (Gerakan Satu Oktober). G-30S/PKI adalah sebuah peristiwa yang terjadi pada tanggal 30 September 1965 di mana enam pejabat tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha pemberontakan yang disebut sebagai usaha Kudeta (perebutan kekuasaan dalam pemerintah yang dilakukan secara kekerasan) yang dituduhkan kepada anggota Partai Komunis Indonesia.
Di akhir 1964 dan permulaan 1965 ribuan petani bergerak merampas tanah yang bukan hak mereka atas hasutan PKI. Bentrokan-bentrokan besar terjadi antara mereka dan polisi dan para pemilik tanah.Bentrokan-bentrokan tersebut dipicu oleh propaganda PKI yang menyatakan bahwa petani berhak atas setiap tanah, tidak peduli tanah siapa pun (milik negara adalah milik bersama).
Sesudah kejadian tersebut, 30 September diperingati sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September. Hari berikutnya, 1 Oktober, ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
Hubungannya dengan kekecewaan adalah, puisi “Pidato” tersebut merupakan suatu seruan kekecewaan seorang penyair mengenai peristiwa yang terjadi pada tahun 1965. Di mana banyak sekali korban yang berjatuhan akibat rasa saling curiga, pembunuhan masal, penangkapan orang-orang tak bersalah tanpa pengadilan yang berujung pada kematian atau menjadi tahanan politik, itu pun bila masih hidup setelah dipenjara bertahun-tahun tanpa pengadilan atas kejahatan yang tak pernah dilakukan.
Sampai sekarang, kejelasan sejarah mengenai tragedi G-30S/ PKI belum terungkap. Para korban adalah yang paling menderita. Bagi orang- orang yang terlahir pada zaman tersebut pasti merasakan perjuangan melawan penindasan (kebencian, keangkuhan, khianat, dan dengki). Dan bagi orang- orang yang kehilangan anggota keluarganya karena dibunuh tanpa alasan yang jelas akan merasa sangat kehilangan. Setelah 46 tahun dilalui mereka para korban hanya dapat merasakan kekecewaan (nganga lukanya) karena ulah beberapa orang yang sebenarnya mengetahui tentang kejadian dan siapa yang bersalah dalam peristiwa tersebut, tetapi mereka tetap bungkam sehingga memburamkan sejarah yang sebenarnya.