Analisis Semiotik Riffaterre Puisi “Keadilan” Karya KH. Mustofa Bisri



KEADILAN
Hampir Tertangkap mimpi.
[1411/1991]
a.      Pembacaan Heuristik
Pembacaan heuristik dari sajak tersebut adalah sebagai berikut.
Keadilanberasal dari kata dasar adil yang berarti tidak memihak, tidak berat sebelah, atau tidak sewenang- wenang. Jadi keadilan adalah sifat yang adil. Hampir berarti sebentar lagi atau mendekati, tertangkap adalah memegang dengan tangan terhadap sesuatu yang bergerak cepat, mimpi adalah sesuatu yang dilihat, dirasakan,dan didengar dalam tidur.
Parafrase dari puisi ini adalah hampir saja keadilan terungkap oleh mimpi.
Puisi ‘Keadilan’ dapat diartikan secara heuristik seorang yang mencari keadilan, tetapi keadilan itu hanya hampir terungkap oleh mimpi.

b.      Pembacaan Hermeneutik
Pembacaan hermeneutik dari puisi “Keadilan” dapat dimaknai sebagai berikut. Setiap orang sudah pantasnya mendapatkan keadilan. Tetapi dalam puisi ‘Keadilan’ ini sebenarnya bermakna ‘ketidakadilan’. Karena masih banyak kenyataan yang menunjukkan tidak setiap manusia mendapatkan keadilan.
Untuk saat ini rakyat kecil/ miskin sangat sulit mendapatkan keadilan, sehingga keadilan perlu ditegakkan. Maka dalam puisi ini dinyatakan dengan /hampir terungkap mimpi// karena suatu kekecewaan yang seharusnya keadilan itu diperoleh tapi tidak dapat dirasakan. Sehingga ditegaskan mereka hanya hampir mendapatkan (tertangkap) dan itupun hanya dalam mimpi yang artinya tidak dalam kehidupan nyata.
Dengan demikian puisi tersebut memberikan pesan bahwa masih banyak orang yang sangat sulit mendapatkan keadilan.


c.       Matriks
Matriks dalam puisi ini adalah ketidakadilan.
d.      Model
Model dalam puisi ini adalah /hampir tertangkap//
e.       Intertekstual
Hipogramnya dari puisi “Keadilan”  berasal dari Al-Quran. Tentang keadilan berasal dari QS. An- Nisa [4]:135 berikut.
Wahai orang – orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata- kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Mahateliti terhadap segala apa yang kamu kerjakan.
Intertekstual tentang keadilan juga dapat dilihat dalam Pancasila sila kedua yang berbunyi “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”.