Angka-angka Lelaki-



“I don’t know, may be. Because you’re special.”
“Realy?”
“Love can be more dangerous than drugs...”

Langit biru, apa kabar? Ini musim hujan, kebanyakan langit mendung. Apakah kamu masih biru?
Sudah empat tahun. Sejak kejadian menangis dalam bus. Bukan. Bukan karena sedih meninggalkan rumah untuk melanjutkan sekolah, tapi bimbang untuk mengambil jurusan apa yang pas. Banyak mulut banyak pilihan dan banyak bingung. Itu adalah pelajaran. 

Kenapa harus PBSI? Mungkin karena kita berjodoh, mengusahakan berjodoh. 

Setelah kemarin menghadiri acara pelepasan wisuda, aku menyadari kalau kelompok P2K dulu rata-rata lulus bersama. Dulu, yang sunggung unyu dengan baju putih hitan itu. Kita sudah bertransformasi, berubah atau mungkin juga beruban.

Tapi langitku mendung, karena tak ada kamu Langit Biru. Bagaimanapun kita nanti pada akhirnya semoga bermanfaat. 

“Setelah lulus kamu masih di Jogja kan?”
“Ah, ternyata kamu begitu merindukanku.”

Ini terlalu banyak lelaki. Siapa lagi?

Dan cerita semester 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan sedikit 9. Ada cinta yang kandas dan terlupa, ada luka lara tersisa, ada dendam, ada duka, ada cinta yang belum sempat dimulai dan harus disudahi, ada cinta yang belum cergapai, ada cinta yang sudah dalam genggaman namun terlepas, dan ada cinta yang takkan mungkin terlupa. Aku memilih tidak melupakan semuanya. 

Jika aku tak masuk di sini, mungkin aku tak akan bertemu denganmu. Atau Tuhan bisa saja membelokkan cerita, dan mengharuskan kita bertemu, kita saling mencintai, saling membutuhkan, tak membenci, dan tetap berhubungan baik. 

Setiap orang mempunyai kenangan indah. Kamu, adalah yang terindah dan tersakit sampai hari ini. Langit Biru yang terlalu tinggi untuk kugapai, kita sepertinya hanya bisa saling pandang dan mengagumi. Kaca mata-kaca mata untuk cinta yang tak sempat kita mulai tapi ada letupan dalam dada kita. Letupan cinta.
Juga orang yang selalu dikhawatirkan kekasihnya. Kalian, hiduplah berbahagia. Aku tak berniat mengusik ketentraman kalian. Jangan terlalu berprasangka tentang siapa yang paling istimewa, karena pikiranmu itu yang membuat sakit sendiri dan itu menyimpang dari setiap tujuan tulisanku.

Exomut, Exotic Imut. Ingin rasanya menepuk-nepuk pipimu dengan tepukan sayang. Melihat tatanan rambutmu yang membuatmu bukan sekadar Exotic, tapi Exotic yang Imut. Istrimu sudah tambah lagi ternyata. Dia yang pundaknya kemarin malam kau buat untuk bersandar. Apa perduliku? Aih, kenapa mereka selalu cantik. Sepertinya magnetmu memilih orang-orang tertentu. Uhuk!

“Mau minum?”
“Silakan.”

Kubuka minuman, kusesap. Kau rebut dan juga kau sesap.

“Heh, bekas bibirku.”
“Manis.”

Nakal yang tetap sama. Kemudian kamu berlalu dengan gumam syair dan irama gitar. Kamu, bukan yang paling istimewa. 

Dia yang menemani waktu hujan sore menjelang malam ini adalah.

“Setelah tanggal 17 aku free.”

Angka 19 ada Exomut. Angka 22, bisakah melewatkan seharian bersamaku? Hanya bersamaku. Meski aku tak bisa mengucap ‘Happy Anniversary’. Tak apa.