Dialektologi



Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, yaitu:
1.      Pasar Kliwon, Karangan, Galur, Kulonprogo
2.      Pasar Ngasem, Yogyakarta
3.      Rumah Ibu Sri Rohyati, Bunder,Banaran, Galur, Kulonprogo
Sering terjadi transaksi jual beli kelapa karena Ibu Sri Rohyati memiliki banyak pohon kelapa yang dipanen setiap bulan.
4.      Pasar Pon, Jepitu, Girisubo, Gunung Kidul
5.      Pasar Pon-Adipala, Cilacap
6.      Pasar Giwangan, Yogyakarta
7.      Pasar Dekso, Kalibawang, Kulonprogo
Penelitian ini mulanya hanya dilakukan di tiga tempat, yaitu pasar Kliwon, pasar Ngasem, dan rumah Ibu Sri Rohyati. Untuk memperoleh persamaan dan perbedaannya, maka kami dari masing-masing anggota melakukan penelitian pula di pasar daerah asal kami masing-masing. Observasi yang kami lakukan, terdapat persamaan dan perbedaan. Lebih jelasnya telah kami uraikan sebagai berikut.
A.    Istilah-istilah yang digunakan pedagang dan pembeli.

1.      Carup
Contoh percakapan:
A: “Bu wonten klapa?
B: “Wonten, niki regine carup.

Istilah carup pada percakapan tersebut berarti kelapa yang besar dan kecil dijadikan satu atau disamakan harganya. Kata carup mengalami perbedaan semantik. Carup yang dikenal selama ini mempunyai pengertian sesuatu yang dicampur menjadi satu, dan tidak harus berupa kelapa.


2.      Urip
Contoh percakapan:                    
A: “Bu, mundhut klapa
B: “Inggih niki kulo dagange urip
Istilah urip juga mengalami perbedaan semantik. Terjemahan bahasa Jawa ke bahasa Indonesia, kata urip berati hidup sedangkan pada istilah perdagangan berarti hitungan kelapa bukan per 10, namun per 11. Akan tetapi 11 biji tetap dianggap 10. Hal ini dikarenakan kelapa dibeli secara carub.
3.      Logis
Contoh percakapan:
A: “Bu, mboten angsal nopo, mundut setunggal?
B:  “Mboten mas, niki itunganne logis

Kata logis mempunyai arti sesuatu yang dapat diterima oleh nalar. Tetapi pada istilah perdagangan kata logis berarti hitungan 10 pas untuk kelapa. Maka, kata logismengalami perubahan semantik.

4.      Sejanjang
Contoh percakapan:
A: “Bu, mundhut klapane sejanjang.”
B: “Monggo, menopo badhe ngunduh mantu?

Kata sejanjang mempunyai pengertian untuk menyebut kelapa yang tidak dilepas dari dahannya. Kelapa diturunkan dengan dibiarkan tetap bersatu dengan dahannya (tempat bergantung) ketika dipohon. Kata tersebut tidak mengalami perubahan baik semantik, sintaksis, fonologi, morfologi, maupun leksikon.

5.      Gabug
Contoh percakapan:
A: “Bu, mundhut klapane
B: “Waduh, klapane lagi elek je mbak, gabug kabeh.

Kata gabug mempunyai arti untuk menyebut kelapa yang kosong (bentuk masih utuh tetapi isinya tidak ada). Kata gabugmengalami perubahan semantikpada tataran homonim. Pada daerah tertentu, kata gabugdipakai untuk menyebutperempuan yang sudah menikah tetapi tidak mempunyai anak atau mandul.

6.      Cengkir
Contoh percakapan:
A: “Oalah Bu, mboten sios mendhut klapane lha wong tasih cengkir.
B: ”Lha niki panene lagi kirang sae.

Cengkirdigunakan untuk menyebut kelapa yang masih muda, tetapi sudah ‘gabug. Hal ini hanya terjadi di daerah pengamatan Bunder, Banaran, Galur, Kulonprogo saja. Di Girisubo,Cilacap, Sorosutan, dan Kalibawang istilah cengkir berarti kelapa yang masih muda dan tidak gabug.

7.      Kopyor
Contoh percakapan:
A: “Bu, klapa kopyore setunggal.
B: “Nggih

Kata kopyor digunakan untuk menyebut kelapa yang segar jika dijadikan es kopyor(kelapa yang dapat dideteksi kopyor atau tidaknya adalah dengan cara digoyang-goyangkan). Hal ini hanya terjadi di daerah pengamatan Bunder, Banaran, Galur, Kulonprogo, Kalibawang dan Sorosutan . Di Girisubo dan Cilacap, istilah kopyor digunakan untuk menyebut kelapa yang sudah busuk dan tidak layak dikonsumsi.

8.      Degan
Contoh percakapan:
A: “Bu, wonten degan?
B: “Mundhut pinten?
A: “Kalih mawon

Degan adalah istilah untuk menyebut kelapa yang masih muda dan dapat dijadikan es.

9.      Cumplung
Contoh percakapan:
A: “Pak, tumbas klapane!”
B: “Miliyo dhewe
A: “Nek klapane cumplung, mangkeh kulo wangsulke malih

Istilah cumplung untuk menyebut kelapa yang masih terlihat bagus namun ternyata isinya sudah dimakan tupai.




B.     Istilah untuk jual beli kebutuhan sehari-hari di pasar

1.      Anget
Contoh percakapan:
A: “Berase sekilo, Yu”
B: “Nggih Bu, niki kulo angeti

Anget (bahasa Jawa) mempunyai arti hangat (bahasa Indonesia). Tetapi dalam transaksi jual beli kata anget digunakan untuk menyebut timbangan yang pas atau agak dilebihi sedikit (biasanya untuk beras). Maka kata anget mengalami perubahan semantik.

2.      Iso kurang
Contoh percakapan:
A: “Monggo Bu, teronge tigangewu sekilo iso kurang
B: “Rong ewu wae Yu, kene aku nempil sekilo”

Iso kurang adalah Istilah untuk menyetakan bahwa harganya bukan harga pas namun bisa ditawar.

3.      Nempil
Contoh percakapan:
A: “Bu, nempil jagunge telu
B: “Yo, njupuko dhewe

Kata nempil untuk mengantikan kata membeli. Hal ini hanya terjadi di daerah pengamatan Bubder, Banaran, Galur, Kulonprogo saja. Di Cilacap, menyebut nempildengan sebutan nyempil. Maka kata tersebut mengalami perubahan morfologi N menjadi Ny. Selain itu juga mengalami perunahan semantik, karena di daerah mengamatan lain yaitu di Girisubodan Cilacap, kata nempil atau nyempil berarti hanya mencoba atau mencicipi saja.

4.      Njaluk
Contoh percakapan:
A: “Njaluk beningane yu.”
B: “Yo, sewu wae.”

Kata njaluk dalam bahasa Indonesia artinya meminta, namun dalam dunia perdagangan di pasar artinya membeli. Maka kata njaluk mengalami perubahan semantik.

5.      Selirang
Contoh percakapan:
A: “Mbah, nyuwun gedhange selirang
B: “Iyo, milih dewe yo.”

Selirangmempunyai arti satuan untuk buah pisang. Dalam 1baris terdiri dari 12 buah. Sebutan lain kata selirang dalam bahasa Indonesia adalah setandan.

6.      Susuk
Contoh percakapan:
A: “Bu, niki wau kelong tigangewu.”
B: “Nggih, niki susuke kalihewu.”

Susukdalam istilah jual beli berarti uang kembali. Tetapi dalam bahasa Indonesia, susuk berarti  penyemat (dari kayu dan sebagainya) tusuk, pasak, susuh, jarum emas, intan, dan sebagainya yang dimasukkan ke dalam kulit, bibir, dahi, dan sebagainya disertai mantra agar tampak menjadi cantik, menarik, manis, dan sebagainya. Maka kata susuk mengalami perubahan semantik.

7.      Karo tengah
Karo tengah berarti seribu lima ratus.
Contoh percakapan:
A: “Njalukgedang e selirang kene Yu”
B: “Wolong ewu setengah Yu”
A: “Gedange kapok to?”
B: “ Ha-ah, ki susuk e karo tengah”

Percapakan di atas merupakan contoh dari keselurhan kata selirang, susuk, dan karo tengah, njaluk.


8.      Regane miring
Contoh percakapan:
A:“Toko sembako ngarep pasar kae cen regane miring”.
B: “Iyo, aku wis langganan mblonjo neng kono

Regane miringberarti harganya murah. Kata miring pada bahasa Indonesia  adalah berkenaan dengan sisi yang satu lebih tinggi dari sisi yang lain (tentang garis atau permukaan) rendah sebelah, tidak datar, landai. Maka kata miring mengalami perubahan semantik. Kata regane mengalami perubahan morfologis, yaitu berasal dari kata dasar regadan mendapat sufiks –ne maka menjadi regane.

9.      Pas e wae
Contoh percakapan:
A:“Wes pas e wae  kene Yu, akuselak arep nyumbang”
B: “Wah ra iso, kulake rung entuk

Kata pas e waeadalah istilah yang sering digunakan pembeli karena malas menawar atau belum ada kesepakatan harga setelah tawar menawar.

10.  Potongan
Contoh percakapan:
A: “Iki nek aku tuku sak kodi potongane piro mbak?”
B: “Ha nggih kalih doso Bu”

Potongandalam bahasa Indonesia adalah penggal; kerat. Tetapi, dalam istilah jual beli potongan berarti diskon. Maka kata potongan mengalami perubahan semantik dan morfologi dari kata dasar potong mendapat sufiks –an menjadi potongan.

11.  Jajan pasar
Contoh percakapan:
A: “Monggo jajan pasar e Bu”
B: “Kene njaluk utrine telung ewu wae”

Jajan pasar adalah istilah untuk menyebut aneka makanan tradisional. Kata jajan pasar di Cilacap mempunyai pengertian yang berbeda. Segala jajanan atau makanan yang ada di pasar baik tradisional maupun tidak.  Maka jajan pasar mengalami perubahan semantik. Tetapi di Girisubo, Sorosutan, Kalibawang menyebut jajan pasar dengan jajanan pasar. Jadi kata tersebut mengalami perubahan morfologis dari kata dasar jajan mendapat sufiks –anmenjadi jajanan.

12.  Tuna
Contoh percakapan:
A: “Nggih ditambahi kalih tengah Bu, tuna nek naming sedoso pas”
B:  “Yowis kene nempil rong kilo”

Tunadalam bahasa Indonesia berarti salah satu jenis ikan, tetapi dalam istilah jual beli kata tuna digunakan untuk pedagang yang mengalami kerugian. Kata tuna mengalami perubahan fonologi dari a menjadi o pada pengucapannya.

13.  Bathi
Contoh percakapan:
A: “Mbok dibathini sithik, to Mbak
B: “Yawis lah Bu, dadose kulo mendhet kalih

Kata bathi berarti mengalami keutungan.

14.  Peres
Contoh percakapan:
A: “Bu, nyuwun berase patang peres.
B: “Yo, enteni dilit yo mbak
Hitungan beras yang rata sesuai dengan tinggi takarannya.


15.  Moncar
Contoh percakapan:
A: “Yo, tak moncari sitik yo Mbak
B: “Ngiih matur nuwun, Bu

Moncar adalah hitungan beras yang tidak rata (melebihi tinggi penakarnya).

16.  Baul
Contoh percakapan:
A: “Mbak, ngko aku baul
B: “Yowis, dadose pinten?

Kata baulmempunyai arti pedagang yang tidak untung dan tidak rugi.

17.  Sejinah
Contoh percakapan:
A: “Bu, nyuwun tempene sejinah
B: “Ra kurang po?
A: “Mboten, pun pas etung batih

Sejinah  adalah hitungan 10biji.

18.  Karo tenagah
Contoh percakapan:
A: “Bu, tahune sebuntel, pinten?
B: Karo tengah Mbak

Karo tengah dalam bahasa Indonesia berarti satu setengah.

19.  Gembhel
Contoh percakapan:
A: “Yu, kok tempene isih gembhel e
B: “Iyo, wong lagi gawe wingi sore.”

Tempe yang belum jadi secara sempurna. Di Cilacap untuk menyebut gembhel adalah mondol, dan di Girisubo menyebut tempe yang belum jadi sempurna dengan sebutan cempeh.Maka kata tersebut mengalami perubahan semantik.

20.  Semangit
Contoh percakapan:
A: “Yu, ono tempe semangit ra?
B: “Ono, arep dienggo ngopo?
A: “Arep nggo nyambel e

Semangit adalah tempe yang sudah mulai membusuk.

21.  Setangkep
Contoh percakapan:
A: “Yu, tuku gulane setanggkep
B: “Yo, ora rong tangep wae?
A: “Ora Yu, kakean

Gula jawa yang terdiri dari 2 sisi yang ditempelkan. Di Girisubo untuk menyebutnya bukan setangkeptapi segendel. Maka kata tersebut mengalami perubahan semantik.

22.  Iwak
Contoh percakapan:
A: “Pak, tuku iwak sapi
B: “Piro?
A: “Sepuluh kilo, Pak
Dalam bahasa Indonesia artinya ikan, tetapi ‘iwak’ dalam bahasa jawa digunakan untuk menyebut semua jenis daging.

C.    Kata sapaan

1.      Den Nganten : sebutan untuk orang yang terlihat seperti priyayi atau orang yang berdarah biru.
Contoh percakapan:
A: “Anggenipun tindak mriki nitih menopo Den Nganten?”
B: “Niki, nitih becak

Kata nganten mengalami Aferesis yaitu penghilangan kata peng- dari kata penganten menjadi nganten.

2.      Jeng : sapaan untuk orang yang terlihat seperti orang biasa.
Contoh percakapan:
A: “Monggo Jengmampir?
B: “Ngapunten Bu, nembe keseso niki.

Kedua kata sapaab tersebutterjadi di pasar Ngasem. Hal ini hanya terjadi di pasar Ngasem dikarenakan pasar Ngasem terletak di lingkungan kraton (jero beteng) sehingga untuk keluarga keraton identik dengan sopan dan mriyayeni.
Pertanyaan khas ini ditunjukkan kepada calon pembeli bukan maksud untuk benar-benar ingin mengetahui denganapa pembeli datang, akan tetapi maksudnya adalah apabila pembeli datang dengan becak tentu saja orang jauh dan diberi harga lebih tinggi karena sang pedagang harus memberipersenan  kepada si tukang becak yang telah membawa pembeli, namun apabila pembeli datang dengan sepeda motor maka pembelinya bukan orang jauh dan diberi harga sedang atau murah.

















MAKALAH DIALEKTOLOGI
ISTILAH DALAM TRANSAKSI JUAL BELI
Disusun oleh :
Wihana Nuraini           (09003206)
Rakhmadani Aprilia    (09003225)
Erlita Diansari             (09003228)
Utami Pratiwi              (09003230)
Fatma Nur Widyasari (09003268)

PENDIDIKAN STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2011