Mimpi 1: Kekacauan bersenjata di kampus



    Ini adalah sebuah kisah yang aku dapatkan melalui mimpi, tokohnya adalah aku sendiri tapi aku merubahnya menjadi "Bam". Selain nama, kali ini aku tidak merubah (Menambah/mengurangi) cerita dari mimpi yang aku alami ini. Mungkin terlihat bodoh bagi orang lain karena aku mencatat mimpiku, tapi bagiku mengenang ini bisa menjadi salah satu sumber kesenangan.
    Suatu siang di sebuah kampus, Bam sudah tidak ada kuliah untuk hari ini. Akan tetapi ia dan teman-teman sekelasnya belum pulang, mereka bermain dan bercanda di dalam kelas. Tiba-tiba ada teriakan dari arah pintu “Semua cepat pulang!! Bahaya mendekat…” Semua orang menjadi panik, mereka bergegas mengambil tas mereka dan segera meninggalkan kelas. Hanya Bam yang terpaku di tempat memperhatikan kepanikan semua orang, ia tidak mengerti apa yang terjadi. Kemudian ia keluar kelas tanpa membawa tasnya. Bukannya berlari mengikuti yang lain, ia justru berlari ke arah di mana sumber ketakutan itu berasal.
    Saat berbelok di perkebunan kampus, ia melihat sekelonpok anak muda lengkap dengan senjata api berbagai jenis sedang bersiap di bawah sebuah pohon besar. Saat mereka melihat ke arah Bam, seketika itu pula Bam berlari mencoba untuk menyelamatkan diri. Ia berlari bersama para mahasiswa yang terlambat melarikan diri.
     Di tengah kepanikan, puluhan atau mungkin ratusan tentara berkostum lengkap datang dari arah depan. Dengan pakaian itu mereka lebih terlihat seperti robot. Tiba-tiba mereka menembaki para mahasiswa yang berusaha melarikan diri. Satu per satu mahasiswa di sekitar Bam jatuh tertembak, Bam tetap berlari sekuat tenaga dan pasrah jika peluru mengenainya. Entah hal ini disebut beruntung atau tidak, ia berhasil menghindari peluru namun justru ia berada di tengah para tentara yang sedang berlindung. Mereka terlihat cukup kuwalahan menghadapi para pemuda bersenjata tadi.
      Bam tidak tau apa yang harus ia lakukan, namun ia tau ia tidak mungkin mampu melawan mereka. Lagipula Bam tidak termasuk kelompok pemberontak sehingga ia berlutut dan mengangkat kedua tangannya sambil mengatakan ia bukan pemberontak. Bam kemudian ditangkap dan dijatuhkan ke tanah. Kemudian terdengar suara rentetan tembakan, para tentara jatuh satu per satu. Bam tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, ia langsung berlari untuk pulang. Namun saat menaiki bukit, ia masuk ke dalam basis pertahanan pemberontak. Ia langsung disuruh untuk memilih senjata. Ada berbagai macam senjata api mulai dari pistol, AK-47, M-16 dengan teropong, sampai sniper. Ia ingin memilih sniper namun tadi ia melihat seorang sniper tertembak saat sedang membidik, ia berpikir mungkin sniper akan menjadi sasaran paling pertama dan ia tidak mau mengambil resiko.
       Ia mengambil M-16 dan mulai menembak ke bawah bukit sambil berlindung di balik reruntuhan bangunan. Ia berhasil membunuh dua orang tentara, saat membidik target yang ketiga pelurunya habis dan ia melihat targetnya berbalik membidiknya. Dengan cepat ia melompat ke belakang sambil melihat peluru beterbangan secara lambat di sekitarnya dan benar seseorang di sebelahnya tadi tertembak dan mati. Ia kemudian pergi mengambil amunisi namun ia hanya menemukan amunisi senjata lain. Tiba-tiba ia teringat ibunya yang mengharapkan ia segera menjadi sarjana. Ia berpikir sejenak lalu mengambil senjata jadul beserta pelurunya dan berlari ke lubang besar tempat pembuangan sampah. Ia melompat ke tempat itu dan menunggu sampai situasi terkendali sambil siaga penuh dengan senjatanya. Tiba-tiba ia mendengar suara langkah kaki sekelompok orang mendekat, ia berpikir kemungkinan besar itu adalah tentara Negara namun ia tidak berani menggerakkan tubuhnya, ia berusaha tidak terlihat.
Terbangun...