PERJUANGAN TOKOH PEREMPUAN MELAWAN KAPITALIS DALAM NOVEL PEREMPUAN JOGJA KARYA ACHMAD MUNIF Kajian Feminis Marxis



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Karya sastra  merupakan  suatu bentuk dan  hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Sebagai seni kreatif dengan menggunakan manusia dan segala macam kehidupannya, maka ia tidak saja merupakan media untuk menyampaikan ide, teori, atau sistem berpikir, tetapi juga merupakan media untuk menampung ide, teori, atau sistem berpikir manusia.
Karya sastra digunakan pengarang untuk menyampaikan pikirannya tentang sesuatu yang ada dalam realitas yang dihadapai. Gambaran itu sering menghadirkan kehidupan yang diwarnai oleh latar belakang dan keyakinan pengarang. Novel sebagai salah satu produk sastra yang memegang peranan penting dalam memberikan pandangan untuk menyikapi hidup secara imajinatif. Hal ini terjadi karena persoalan yang dibicarakan dalam novel adalah persoalan tentang manusia.
Novel-novel tersebut mempunyai bermacam tema dan isi, antara lain tentang masalah-masalah sosial yang terjadii di masyarakat, termasuk berhubungan dengan perempuan. Kedudukan dan peran perempuan dari zaman dahulu hingga sekarang tetap mendapat perhatian yang cukup luas. Hal ini dapat dibuktikan dengan munculnya berbagai permasalahan yang berkaitan dengan dunia wanita seperti masalah deskriminasi wanita di dalam masyarakat Jogjakarta. Sebagian masyarakat Jogjakarta menganggap remeh dengan perempuan, apalagi seorang wanita yang bekerja sebagai kupu-kupu malam. Tentunya masyarakat akan memandang sebelah mata. Seperti dalam novel Perempuan Jogja karya Achmad Munif.
Emansipasi perempuan telah ada sejak masa R.A Kartini hingga sampai sekarang banyak perempuan yang aktif mengikuti organisasi-organisai untuk memperjuangkan hak-hak mereka. Banyaknya perempuan yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga dan pelecehan seksual, menumbuhkan semangat kaum perempuan untuk memperjuangkan hak-hak mereka. Perjuangan tersebut dapat terlihat dengan adanya gerakan feminis.
Menurut Ratna (2007: 190-191) masalah-masalah mengenai perempuan pada umumnya dikaitkan dengan emansipasi gerakan kaum perempuan untuk menutut persamaan hak dengan kaum laki-laki, baik dalam bidang politik, ekonomi, maupuan gerakan sossial budaya pada umumnya. Kondisi fisik perempuan yang lemah secara alamiah hendaknya tidak digunakan sehingga alasan untuk menempatkan kaum perempuan dalam posisinya yang lebih rendah. Pekerjaan perempuan selalu dikaitkan dengan memelihara, pria selalu dikaitkan dengan bekerja.
Dalam karya sastra, perempuan juga tidak luput dari kekerasan yang dilakukan oleh kaum laki-laki. Kekerasan yang dialami oleh perempuan dalam karya sastra, contohnya dalam novel Perempuan Jogja karya Ahmad Munif yang membahas tentang perjuangan perempuan yang tidak mendapat keadilan dari kaum laki-laki. Dalam novel tersebut ketidakadilan antara laki-laki dengan perempuan terlihat pada tokoh Rumanti, Indri dan Popi.
Novel ini juga menceritakan tentang ketidakadilan terhadap perempuan karena kekuasaan kapitalis. Kapitalis adalah kaum bermodal, orang yang bermodal besar, golongan atau orang yang sangat kaya. Kapitalis terdiri dari birokrat yaituorang yang mempunyai kedudukan di dalam lembaga pemerintah atau di dalam organisasi politik yang menyalahgunakan kekuasaan dan kedudukan untuk memperkaya golongan atau diri sendiri dan  borjuis yaitu (golongan) orang bermodal dan bangsawan.
Ketidakadilan itu terjadi pada tokoh rumanti, Indri dan Popi. Alasan Penulis memilih judul “Perjuangan Perempuan Melawan Kapitalis dalam Novel Perempuan Jogja Karya Achmad Munif dengan Kajian Feminis Marxis” adalah untuk mengetahui posisi tokoh perempuan di dalam keluarga dan perjuangan tokoh perempuan dalam melawan kapitalis dalam novel Perempuan Jogjakarya Achmad Munif. Selain itu juga untuk mengetahui usaha yang dilakukan tokoh perempuan dalam memperjuangkan keinginannya. Feminis marxis melihat bahwa penindasan kaum perempuan adalah bagian dari penindasan kelas yang berkaitan dengan produksi dari struktur ekonomi, politik, dan sosial yang berkolaborasi dengan kapitalisme.
Teori feminis marxis digunakan pada penelitian ini karena dianggap cocok dalam kehidupan tokoh perempuan di dalam novel tersebut, yaitu adanya perjuangan tokoh perempuan untuk hidup mandiri.

B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat di identifikasikan masalah yang muncul sebagai berikut.
1.      Kehidupan yang dihadapi tokoh perempuan dalam novel Perempuan Jogja karya Achmad Munif.
2.      Citra Perempuan dalam novel Perempuan Jogjakarya Achmad Munif.
3.      Posisi tokoh perempuaan di dalam keluarga dalam novel Perempuan Jogja karya Achamd Munif.
4.      Perjuangan tokoh perempuan melawan kapitalis dalam novel Perempuan Jogja karya Achmad Munif.
5.      Usaha-usaha tokoh perempuan mendapatkan keinginannya dalam novel Perempuan Jogja karya Achmad Munif.

C.    Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, penulis membatasi masalah yang akan dibahas. Pembahasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.      Posisi tokoh perempuaan di dalam keluarga dalam novel Perempuan Jogja karya Achamd Munif.
2.      Perjuangan tokoh perempuan melawan kapitalis dalam novel Perempuan Jogja karya Achmad Munif.
3.      Usaha-usaha tokoh perempuan mendapatkan keinginannya dalam novel Perempuan Jogja karya Achmad Munif.

D.    Rumusan Masalah
            Dari uraian pembatasan masalah dapat dirumuskan sebagai berikut.
1.      Bagaimanakah posisi tokoh perempuaan di dalam keluarga dalam novel Perempuan Jogja karya Achamd Munif.
2.      Bagaimanakah perjuangan tokoh perempuan melawan kapitalis dalam novel Perempuan Jogja karya Achmad Munif.
3.      Apa sajakah usaha-usaha tokoh perempuan mendapatkan keinginannya dalam novel Perempuan Jogja karya Achmad Munif.

E.     Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah, dapat diketahui tujuan penelitian sebagai berikut.
1.      Posisi tokoh perempuaan di dalam keluarga dalam novel Perempuan Jogja karya Achamd Munif.
2.      Perjuangan tokoh perempuan melawan kapitalis dalam novel Perempuan Jogja karya Achmad Munif.
3.      Usaha-usaha tokoh perempuan mendapatkan keinginannya dalam novel Perempuan Jogja karya Achmad Munif.

F.     Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah.
1.      Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dalam menerapkan kajian sastra menggunakan pendekatan feminis, khususnya feminis marxis. Selain itu hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai salah satu contoh kajian dalam rangka pemingkatan apresiasi sastra.
2.      Manfaat Praktis
Penelitiaan ini diharapkan dapat memberikan wawasan terutama arti penting sebuah keadilan untuk kaum perempuan. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi informasi referensi bagi penelitian berikutnya.












BAB II
KAJIAN TEORI

A.    Pengertian Kapitalis
Kapitalis adalah kaum bermodal, orang yang bermodal besar, golongan atau orang yang sangat kaya. Kapitalis terdiri dari birokrat yaitu orang yang mempunyai kedudukan di dalam lembaga pemerintah atau di dalam organisasi politik yang menyalahgunakan kekuasaan dan kedudukan untuk memperkaya golongan atau diri sendiri dan  borjuis yaitu (golongan) orang bermodal dan bangsawan.

B.     Pengertian Feminisme
Feminism adalah gerakan kaum perempuan yang menuntuk persamaan hak sepenuhnya antara kaum perempuan dan laki-laki (KBBI, 2005:315). Feminisme adalah teori antara persamaan antara laki-laki dan perempuan di bidadang politik, ekonomi, dan sosial atau kegiatan terorganisasi yang memperjuangkan hak-hak serta kepentingan perempuan.

C.    Aliran-aliran Feminisme
Menurut Fakih (2005:79-93) membagai aliran feminism menjadi dua aliran besar dalam ilmu sosial yakni status quo atau fungsionalisme melahirkan feminisme liberal, sedangan aliran konflik dikategorikan menjadi aliran feminisme radikal, feminism marxis dan feminism sosialis.
1.      Feminisme Liberal
Apa yang disebut feminisme liberal ialah pandangan untuk menempatkan perempuan yang memiliki kebasan secara penuh dan individual (Fakih, 2005:81-83). Aliran ini menyatakan bahwa kebebasan dan kebersamaan berakar pada rasionalitas dan pemisahan antara dunia privat dan public. Setiap manusia mempunyai kapasitas untuk berpikir dan bertindak secara rasional, begitu pula pada wanita. Akar ketertindasan dan keterbelakangan pada wanita adalah karena disebabkan oleh kesalahan perempuaan itu sendiri. Wanita harus mempersiapkan diri agar mereka dapat bersaingan di dunia dalam kerangka “persaingan bebas” dan punya kedudukan yang setara dengan laki-laki.
Akar dari teori ini sendiri bertumpu pada kebebasan dan kesetaraan rasionalitas. Wanita adalah makhluk rasional, kemampuaanya sama dengan laki-laki, sehingga harus diberi hak yang sama juga dengan laki-laki. Permasalahannya terdapat pada produk kebijakan negara yang bias gender. Oleh karena itu, pada abad 18 sering muncul tuntutan agar wanita mendapat pendidikan yang sama, di abad 19 banyak upaya memperjuangkan kesempatan hak sipil wanita, dan di abad 20 organisasi-organisasi wanita mulai dibentuk untuk menentang dikriminasi seksual dibidang politik, sosial, ekonomi, maupun personal.
2.      Feminisme Radikal
Feminism radikal muncul sejak pertengaahan tahun 1970-an dimana aliran ini menawarakan ideologi “perjuangan sparatisme wanita”. Pada sejarahnya, aliran ini muncul sebagai reaksi atas munculnya seksisme atau dominasi sosial berdasar jenis kelamin di Barat pada tahun 1960-an, utamanya melawan kekerasan seksual dan industri pornografi (Brownmiller dalam Fakih, 2005:84). Pemahaman penindasan laki-laki terhadap wanita adalah satu fakta dalam sistem masyarakat yang sekarang ada dan gerakan ini adalah sesuai namanya yang “radikal”.
Aliran ini bertumpu pada pandangan bahwa penindasan terhadap wanita terjadi akibat sistem partiarki. Tubuh wanita merupakan objek utama penindasan oleh kekuasaan laki-laki. Oleh karena itu, feminism radikal mempermasalahkan antara lain tubuh serta hak-hak reproduksi, seksualitas (termasuk lesbianisme), seksisme, relasi kuasa wanita dan laki-laki, dan dikotomi prival-publik.
3.    Feminis Marxis
Fenimisme marxis memandang bahwa masalah wanita dalam kerangka kritik kapitalisme. Asumsinya sumber penindasan wanita berdasarkan pada ekspoitasi kelas dan cara produksi (Fakih, 2005:86).  Friedrich Engels dikembangkan menjadi landasan aliran ini status wanita jatuh karena adanya konsep kekayaan pribadi  (pribate property). Kegiatan produksi yang semula bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri berubah menjadi keperluan pertukaran (exchange). Laki-laki mengontrol produksi untuk exchangedan sebagai konsekuensinya mereka mendominasi hubungan sosial, sedangkan wanita direduksi menjadi bagain dari property. Sistem produksi yang berorientasi pada keuntungan mengakibatkan terbentuknya kelas dalam masyarakat borjuis dan proletar. Jika kapitalisme tumbang maka struktur masyarakat dapat diperbaiki dan penidasan terhadap perempuan dihapus.
4.    Feminisme Sosialis
Aliran ini, menurut Jaggar (dalam Fakih, 2005:89), melakukan sintesis antara metode historis materialis Marx dan Engels dengan gagasan personal is political dari kaum fenimis radikal. Bagi banyak kalangan aliran ini dianggap lebih memiliki harapan di masa depan karena analisis yang ditawarkan lebih dapat diterapkan oleh umumnya gerakan perempuan.
Feminism sosialis ini merupakan pengembangan dari Marxisme (Fakih, 2005:90). Aliran ini mengatakan bahwa bahwa partiarki sudah muncul sebelum kapitalisme dan tetap tidak akan berubah jika kapitalisme runtuh. Kritik kapitalisme harus disertai dengan kritik dominasi atau wanati. Feminisme sosialis menggunakan analisis kelas dan gender untuk memahami penindasan wanita. Ia sepaham dengan feminis marxis bahwa kapitalisme meruapakan sumber penindasan wanita. Akan tetapi, aliran feminis sosialis ini juga setuju akan feminiseme radikal yang menganggap patriarkilah sumber penindasan itu. Kapitalisme dan partiarki adalah dua kekuatan yang saling mendukung.

D.    Teori Feminisme Marxis
Bagi penganut feminism Marxis, penindasan wanita merupakan kelanjutan dari sistem eksploitatif yang bersifat struktural. Oleh karena itu, mereka tidak menganggap patriarki ataupun kaum laki-laki sebagai permasalahan, akan tetapi sistem kapitalisme yang sesungguhnya merupkan masalahnya.
Wujud penindasan wanita yang terjadi yaitu berupa kekeraan yang dihadapi wanita. Kekerasan tersebut berupa kekerasan fisik yang mengakibatkan penderitaan fisik pada korbanya, kekerasan seksual yang dalam intensitasnya yang paling ringan disebut sebagai pelecehan seksual, dan kekerasan psikologis yang berakibat pada timbulnya trauma pada tokoh wanita terhadap hal-hal tertentu yang dialaminya. Dampak kekerasan yang terjadi pada tokoh wanita tidak semata-mata dilakukan oleh kaum pria, tetapi penindasan itu terjadi dilakukan oleh kaum wanita sendiri.
Kekerasan yang terjadi juga menyebabkan terbentuknya kepribadian yang membentuk seorang wanita. Kepribadian tersebut berupa kepribadian yang berorientasi pada perbaikan-perbaikan kualitas hidup yang dipengaruhi oleh faktor yang bersalah dari dalam dirinya, maupun bersal dari luar dirinya. Selain itu, kepribadian juga bisa bersifat kepada cenderung yang kurang baik.
Marxis melihat wanita sama dengan pria dalam menciptakan masyarakat yang “membentuk” mereka seperti sekarang, artinya Marxis tidak melihat bahwa wanita adalah bagian dari masyarakat yang “dibentuk” oleh pria dan masyarakat partiakal yang menyebabkan wanita teropsesi dari dunia kerja dan di dalam keluarga. Secara sosial, ekonomi dan politik, pria menyebabkan wanita teropsesi. Terobsesinya wanita menyebabkan wanita berlatih, belajar dengan baik dan melakukan apa saja yang membuat supaya wanita tidak merasa terdiskriminasi oleh kaum pria atau kaum yang lebih berkuasa.

E.     Usaha yang Dilakukan Wanita
Meskipun feminism sebagai gerakan sudah tua, namun baru tahun 60-an dianggap sebagai lahirnya gerakain itu. Secara kuantitatif, dampak feminisme memang nyata dalam waktu 20 tahun banyak terjadi perubahan dan perkembangan yang menyangkut nasib kaum wanita. Setelah pada tahun 1975 PBB mengumunkan International Decade of Women, terjadi beberapa peristiwa penting bagi kaum wanita. Tahun 1977 PBB mengeluarkan resolusi untuk menghentikan segala bentuk disriminasi terhadap wanita. Kini, hampir setiap negara memiliki perundang-undangan anti diskriminasi, yang menguntungkan kaum wanita terutama bagi wanita kelas menengah dan yang berpendidikan (Fakih, 2005:106-107).
Untuk menghentikan masalah kekerasan, pelecehan dan pelbagai stereotipe tehadap kaum wanita, suatu aksi jangka pendek dan jangka panjang perlu mulai digalakkan. Termasuk ke dalam kegiatan praktis jangka pendek adalah memperlajari pelbagai teknik oleh kaum wanita sendiri guna menghentikan kekerasan, pemerkosaan, dan pelecehan. Misalya mulai membiasakan diri dan response yang diterima, secara jelas dan kapan dan dimana catatan ini kelak akan berguna jika peristiwa tersebut ingin diproses secara hukum (Fakih,2005:155-156).
Usaha perjuangan strategis jangka panjang juga perlu dilakukan untuk memperkokoh usaha praktis tersebut. Bentuk perjuangan tersebut misalnya dengan melancarakan kampanye kesadaran kritis dan pendidikan umum masyarakat untuk menghentiakan pelbagai bentuk ketidakadilan gender. Upaya strategis itu perlu dilakukan degan berbagai langkah pendukung, seperti melakukan studi tentang pelbagai bentuk ketidakadilan gender dan memanifestasionya baik di masyarakat, negara maupun dalam rumah tangga. Bahkan kajian ini selanjutanya dapat dipakai untuk melakukan advokasi guna mencapai perubahan kebijakan, hukum dan aturan-aturan pemerintah yang dinilai adil terhadap kaum wanita (Fakih, 2005:157).





















BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah hal yang dikaji, di dalamnya terangkum gejala atau variable yang menjadi problem penelitian (Siswantoro, 2005: 125). Subjek dalam penelitian ini adalah Perempuan Jogja  karya Ahmad Munif. Novel yang ditulis Ahmad Munif ini terdiri atas 304 halaman dan mempunyai 8 bab. Novel Perempuan Jogja  diterbitkan oleh Mahaka Publishing novel ini mengalami  dua kali cetakan, cetakan pertama I Juni 2001 dan cetakan kedua Juni 2004.
Objek penelitian adalah sebagian atau wakil dari subjek yang diteliti. Dengan kata lain objek penelitian merupakan anggota-anggota dari subjek penelitian. Objek penelitian berupa posisi tokoh perempuan di dalam keluarga, perjuangan tokoh perempuan melawan kapitalis dan usaha tokoh perempuan mendapatkan keinginannya novel Perempuan Jogja  karya Ahmad Munif.

B.     Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan serangkaian aktivitas yang saling berhubungan dengan membentuk siklus yang tidak terputus (Siswantoro, 2005: 126). Metode yang digunakaan dalam penelitian ini yaitu studi kepustakaan dan teknik baca catat. Metode kepustakaan adalah metode yang digunakan dalam penelitian dengan cara mencari, menemukan, dan menelaah berbagai buku sebabai sumber tertulis penelitian, serta mencari berbagai buku sebagai referensi yang tepat dan mendukung penelitian. Teknik baca catat yaitu metode yang digunakan dengan cara membaca berulang-ulang novel Perempuan Jogja  karya Ahmad Munif, dan mencatat poin-poin penting dalam kartu data yang dapat dijadikan hasil penelitian.

C.    Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menunjuk pada alat pegumpul data (Siswantoro, 2005: 133). Instrumen digunakan dalam penelitian ini berupa kartu data. Kartu data digunakan untuk mencatat dan mengklasifikasikan hasil studi pustaka atau kumpulan data sesuai dengan jenis data yang telah ditentukan. Penggunaan kartu data sebagai upaya pemindahan poin-poin penting dalam penelitian, sehingga mudah dilihat kembali. Instrument lain yang digunakan berupa alat tulis dan komputer untuk menulis keseluruhan hasil penelitian.

D.    Metode Analisis Data
Metode dapat diartikan sebagai prosedur atau tata cara yang sistematis yang dilakukan seorang peneliti dalam upaya mencapai tujuan seperti memecahkan masalah atau menguak kebenaran atas fenomena tertentu (Siswantoro, 2005: 55). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif menganalisis menggunakan kata-kata, gambar-gambar atau simbol-simbol. Penggunaan kutipan-kutipan dalam novel juga diikutsertakan untuk mempermudah deskripsi data.
Langkah-lagkah analisis data yang digunakan sebagai berikut.
1.      Membaca novel yang bersangkutan secara berulang-ulang.
2.      Mencatat data-data penting dalam novel yang dibaca dan dimasukkan dalam kartu data
3.      Mengidentifikasi data ke dalam kategori-kategori yang sejenis sesuai dengan permasalahan yang akan dianalisis.
4.      Menyajikan data dalam bentuk table dari hasil klasifikasi.
5.      Menginterpretasikan hasil perolehan data yang telah di klasifikasikan.
6.      Membuat kesimpulan data yang telah di analisis ke dalam penelitian.









BAB IV
PEMBAHASAN

A.    Posisi Tokoh Perempuaan di dalam Keluarga dalam Novel Perempuan Jogja Karya Achamd Munif
1.      Tokoh Rumanti
Dalam novel Perempuan Jogja karya Achmad Munif posisi tokoh Rumanti di dalam keluarga adalah sebagai istri dari Raden Mas Danu. Raden Mas Danu adalah anak dari Raden Mas Sudharsono yang masih keturunan bangsawan. Jadi Rumanti adalah menantu dari keluarga Raden Mas Sudharsono.
Awalnya, Rumanti hanyalah perempuan biasa. Ia anak dari seorang penunggu villa di kawasan kaliurang milik keluarga Raden Mas Sudharsono. Setiap akhir pekan keluarga mereka berkunjung ke villa dan mempertemukan RM Danu dengan Rumanti. Saat itu RM Danu sedang patah hati ditinggalkan oleh kekasihnya yang lebih memilih menikah dengan laki-laki lain. RM Sudharsono menikahkan Rumanti dengan RM Danu agar anaknya tersebut segera terlepas dari frustasi karena ditinggal kekasihnya.
Sejak saat itu, Rumanti yang awalnya hanya orang biasa menjadi seorang bangsawan. Rumanti adalah cerminan dari perempuan Jogja pada zaman dahulu hanya menurut, tunduk dan patuh pada suaminya, ia rela berkorban atau sakit hati demi kebahagiaaan Raden Mas Danu. Seperti pada kutipan berikut.
 “Dia terlalu penurut. Di rumah aku seperti Raja. Semua takut kepadaku. Istriku dan anak-anakku. Tidak ada tantangan sama sekali.”(hlm. 28)
Rumanti memang merasa sedih karena RM Danu menikah dengan Norma, mantan kekasihnya dulu, namun ia tidak melakukan perlawanan. Ia menyadari bahwa posisinya sebagai menantu di dalam keluarga RM Sudharsono telah mengangkatnya dari orang biasa menjadi bangsawan, seperti dalam kutipan berikut.
“Gending Kebogiro berkumandang mengiringi kedatangan tamu undangan. Gending itu begitu merdu di telinga Danu dan Norma, tetapi sangat menyakitkan di telinga Rumanti. Sebab setelah ganding itu berhenti di tabuh nanti sore, saat itu Mas Danudirdjo bukan lagi menjadi miliknya sendiri. Ia haruss berbagai cinta dan kasih sayang dengan perempuan lain yang bernama Normaa. Suara gending terasa begitu menyayaat-nyayat hati Rumanti.” (hlm.182)
2.      Tokoh Indri
Posisi Indri di dalam keluarga dalam novel Perempuan Jogja karya Achmad Munif adalah sebagai anak dari RM Sudharsono, seorang ningrat berdarah biru. Indri adalah adik dari RM Danu.
Berbeda dengan tokoh Rumanti yang tunduk dan patuh. Indri mempunyai sifat perempuan Jogja pada zaman sekarang. Indri merupakan tokoh yang pintar, pemberani, dan tegas.  Hal itu bisa dilihat dari perlawanan Indri terhadap RM Danu. Indri menolak dengan tegas akan dijodohkan dengan Suwito dan memperjuangkan hubungannya dengan Ramadhan. Seperti pada kutipan berikut.
“Itu karena kamu tidak menuruti nasehatku. Berkali-kali aku sudah bilang, kamu calon istrinya Mas Wit, Raden Mas Suwito Laksono.” (hlm. 179)

Sikap Indri dalam melawan RM Danu bukanlah tanpa alasan. Posisinya di dalam keluarga adalah adik RM Danu dan harus menghormati kakaknya, namun ia mampu memberontak keinginan tersebut karena paksaan RM Danu tidak sesuai dengan keinginannya.

3.      Tokoh Popi
Popi adalah anak yang terlahir dari kondisi keluarga yang amburadul. Ibunya selalu merasa kekurangan dengan uang yag dihasilkan ayah Popi. Ibu Popi berselingkuh dengan laki-laki lain dan berharap akan mendapatkan banyak uang dan merubah kehidupannya yang miskin.
Posisi dalam keluarga yang tidak harmonis ini mempengaruhi sifat Popi. Tidak berbeda jauh dengan Indri, tokoh Popi dalam novel Perempuan Jogja karya Achmad Munif mencerminkan pada perempuan pada masa sekarang. Perbedaannya adalah ia berani memberontak karena keberanian yang didasari rasa kecewa terhadap kelakuan ibunya.
Popi dulu pernah ditiduri oleh laki-laki tetapi ia mempunyai sifat tegas yaitu dengan menolak dengan tegas laki-laki yang menawar dia. Seperti pada kutipan berikut.
“Aku tidak mau. Dia bukan seleraku. Mukanya jelek!” (hlm 45)


B.     Perjuangan Tokoh Perempuan Melawan Kapitalis dalam Novel Perempuan Jogja Karya Achmad Munif
Tokoh Rumanti sebagai perempuan Jogja melakukan perjuangan dalam melawan kapitalis dengan cara tidak melakukan perlawanan. Maksudnya adalah Rumanti tidak melarang RM Danu menikah lagi dengan perempuan yang ia cintai. Ia  yakin bahwa suaminya suatu saat akan menyadari bahwa hal yang dikaukan itu salah.
Di sisi lain, RM Danu ingin melakukan poligami karena merasa tidak pernah mencintai Rumanti. Pernikahannya dengan Rumanti adalah atas kemauan ayahnya. RM Danu yang merasa mempunyai kedudukan karena terlahir dari keluarga bangsawan berdarah biru meyakini bahwa tindakannya untuk berpoligami adalah benar.
Rumanti jelas tidak bisa melakukan hal banyak kecuali menerima keputusan RM Danu. Selain karena sifat Rumanti mencerminkan perempuan Jogja yang lemah lembut, tapi hal itu juga tidak terlepas dari posisi Rumanti di dalam keluarga besar Raden Mas Sudharsono, seperti dalam kutipan berikut.
“Bagi hidup saya ini adil kok, Dika. Adil karena Mbak selalu teringat dari mana asal Mabk. Mas Danu telah mengangkat derajat Mbak, memberikan kesenangan hidup, memberikan dua anak yang baik. Kalau toh kemudian Mas-mu menikah lagi dengan Norma bagi saya hidup masih tetap adil.” (hlm. 21)
Kutipan di atas jelas menunjukkan bahwa Rumanti memilih tidak memperjuangkan keinginnanya. Ia tidak bisa melawan kapitalis karena yang bisa merubah kehidupannya lebih baik karena ada bantuan dari kaum kapitalis seperti Raden Mas Sudharsono. 
Berbeda dengan tokoh Indri. Indri berjuang untuk melawan kapitalis dengan cara meyakinkan orang-orang di sekelilingnya. Indri adalah salah satu orang yang menentang kakaknya, RM Danu untuk menikah lagi dengan Norma. Ia ingin memperjuangkan keutuhan keluarga Rumanti, namun keinginan tersebut tidak dapat terwujud karena Rumanti lebih memeilih menerima keputusan RM Danu.
“Tidak adil Mbak, tidak adil sama sekali. Mbak tahu siapa Norma itu. Perempuan itu pernah membut mas Danu frustasi dan hampir gendheng, karena ditinggal kawin dengan orang lain. Lha kok sekarang, ia kembali kepada mas Danu setelah bercerai dengan suaminya. Punya malu tidak sih perempuan itu? Ini sungguh tidak adil bagi mbak Rum.” (hlm 21)
Selain berusaha melawan kekuatan kapitalis yang membelenggu keluarga Rumanti, Indri juga memperjuangkan penolakan atas perjodohan yang dilakukan oleh RM Danu. RM Danu menjodohkan Rumanti dengan temannya yang bernama Suwito. Suwito seumuran dengan Danu. Hal itulah yang menjadi penyebab Indri tidak mau dijodohkan dengan Suwito. Namun alasan sebenarnya penolakan tersebut karena Indri sudah mencintai laki-laki lain bernama Ramadan, seperti dalam kutipan berikut.
“Kalau Romo suka si Ramadan itu, belum tentu Indri suka seperti Mas Danu suka Mas Suwito, tapi Indri tidak menyukainya.” (hlm. 90)
Alasan RM Danu menjodohkan Indri dengan Suwito karena mereka mempunyai perusahaan yang besar. Suwito adalalah pembisnis bertangan dingin, jadi jika Indri menikah dengan Suwito akan memajukan perusahaan sekaligus membuat citra keluarga yang semakin meningkat dengan kekayaan yang mereka miliki.
Indri sangat mencintai Ramadan. RM Danu jelas tidak menyetujui hal tersebut karena Ramadan hanyalah seorang wartawan miskin dan tidak mempunyai kedudukan. Namun Indri tetap berusaha meyakinkan bahwa Ramadan adalah orang yang baik, dan orang yang kaya belum tentu dapat membuat hidup bahagia, seperti dalam kutipan berikut.
“Kalau direnungkan, Mas Danu ada benarnya. Calon suaminya yang baik harus sudah punya kejelasan. Punya pekerjaann jelas, penghasilan jelas, rumah mobil. Mas Wit memiliki semua itu. Sedang Ramdhan ini apa?”
Indri menghentikan langkah mendengarkan perkataan Ramadhan. Wajah Indri berubah jadi masam.
“Kok berhenti?”
“Kalau Mas Ramadhan nggak serius, bilang saja, nggak perlu membawa-bawa kekayaan segala. Memangnya aku menikah untuk mendapatkan kekayaan.” (hlm. 168)

Selain Suwito, ada laki-laki lain yang mengejar cinta Indri, yaitu Ibram. Ibram juga berasal dari keluarga kaya. Ia selalu membanggakan mobilnya yang dibawa ke kampus. Mobil mewah tersebut digunakan untuk menarik perhatian perempuan agar mau menjadi pacarnya. Namun berbeda dengan Indri. Ketika Ibram mendekatinya, secara tegas Indri menolak. Watak indri ini mencerminkan bahwa kekuasaan kapitalis tidak mempengaruhi pilihannya. Hatinya tetap memilih laki-laki sederhana yaitu Ramadan, seperti dalam kutipan berikut.
“Beberapa hari ini Ibram terus mengejar-ngejarnya. Lama kelamaan Indri merasa bosan dengan pembicaraan Ibram yang tidak berubah. Hanya melulu soal itu-itu saja, soal bisnis besar keluarganya, soal liburan ke Eropa atau Amerika dan soal-soal lain yang semuanya serba materi.” (hlm. 135)

Tokoh Popi berbeda dengan tokoh perempuan lainnya dalam novel Perempuan Jogja karya Achmad Munif. Popi adalah perempuan korban dari sistem kapitalis. Ibunya menjadi seorang pelacur untuk memenuhi kebutuhan materi. Ayah Popi hanyalah seorang yang mempunyai penghasilan rendah dalam pekerjaannya. Terlahir dari keluarga yang amburadul membawa Popi ke dalam pekerjaan menjadi pelacur.
Perjuangan melawan kapitalis yang dilakukan tokoh Popi adalah secara perlahan meninggalkan dunia pelacur dan menekuni tari di rumah Raden Mas Sudharsono. Popi tidak ingin selamanya diperalat oleh orang-orang kaya untuk melayani nafsu mereka, seperti dalam kutipan berikut.
“Aku tahu Dik Popi. Aku tahu kamu bukan pelacur. Tapi sesekali apa salahnya? Di dunia ini tidak ada manusia yang bersih kok. Bukan pelacurpun banyak yang kotor.”
“Gila!”
“Bagaimana, Dik Popi/”
“Tutup matamu rapat-rapat. Bayangkan saja uangnyaa.”
“Gombal!”
Popi cepat-cepat meninggalkan perempuan pemilik kios. Yang ditingkalkan hanya menggeleng-gelengkan  kepala.” (hlm.45)

C.    Usaha-usaha Tokoh Perempuan Mendapatkan Keinginannya dalam Novel Perempuan Jogja Karya Achmad Munif
Sifat Rumanti yang penurut dan diam menyaksikan RM Danu menikah lagi dengan Norma ternyata membuahkan hasil. RM Danu baru menyadari bahwa keputusannya menikah dengan Norma salah karena Norma hanya menginginkan harta dan kedudukan di dalam keluarga RM Sudharsono. Usaha Rumanti ini mendapatkan jawaban. Keluarga mereka kembali bersatu setelah Norma yang berusaha membunuh RM Danu terbongkar rahasiannya, seperti dalam kutipan berikut.
“Sejak dulu ibumu juga pernah bilang, Rum itu perempuan baik, jangan disia-siakan. Romo ini kurang yakin kamu masih mencintai Norma. Kamu hanya ingin punya istri dua agar dikatakan sebagai lelaki sejati. Lelaki sejati itu tidak ditentukan berapa jumlah istrinya.” (hlm 277)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Rumanti mendapat pembelaan dari keluarga RM Sudharsono. Ketulusan Rumanti untuk tunduk patuh kepada keluarga yang telah mengangkat derajatnya mengembalikan lagi kebahagiaan yang pernah hilang.
Usaha Indri menolak perjodohan dengan cara menunjukkan kejelekan Suwito kepada RM Danu. Indri mencari beberapa bukti bahwa Suwito tidak sebaik yang diceritakan RM Danu selama ini. Ternyata Suwito adalah laki-laki yang sering melampiaskan nafsu terhadap perempuan. Salah satunya adalah Popi. Kaki popi terdapat beberapa bekas rokok hasil siksaan Suwito, seperti dalam kutipan berikut.
“Indri merasa ngeri dan bulu-bulu tubuhnya berdiri. Ia mencoba membayangkan apa yang terlah dilakaukan Suwito terhadap Popi. Ia pernah membaca tentang laki-laki yang punya kelainan dan suka menyiksa istrinya sebelum melakukan hubunngan intim. Dari keadaan Popi, Indri sudah bisa menyimpulkan apa yang pernah dilakukan Suwito terhadap gadis itu.” (hlm. 165-166)
Indri juga bisa membuktikan bahwa Ibram ingin berbuat jahat terhadap dirinya. Ibram berusaha menculik Indri. Ia melakukan hal itu karena harga dirinya merasa terusik dengan kehadiran Ramadan. Ibram tidak bisa menerima kenyataan bahwa Indri lebih memilih Ramadan yang hanya seorang wartawan miskin dan menolaknya yang jelas-jelas anak konglomerat, seperti dalam kutiapn berikut.
“Ibram hanya diam. Dan menunduk. Ia kembali ke mobilnya membawa kekalahannya. Aku telah kalah, kalaaaaah! Dengan cepat Ibram memasuki mobil, menghidupkan mesin, berputar dan menggeblas kembali ke selatan. Dalam hati terngiang kata-kata ayahnya, ia membenarkan apa yang yang dikatakan ayahnya bahwa ia harus melukai hati gadis-gadis. Tidak selamanya ia menjadi pemenang. Pada suatu saat pasti akan merasakan jadi manusia kalah. Jadi pecundang.” (hlm.229)

Lain lagi dengan usaha yang dilakukan Popi. Untuk mendapatkan keinginannya, yaitu terlepas dari dunia pelacur, Popi tekun belajar tari di rumah RM Sudharsono. Akhirnya usaha itu membuahkan hasil, Popi bisa kembali sekolah dan diangkat anak oleh keluarga RM Sudharsono. Sejak saat itu Popi tidak pernah lagi kembali ke dalam kehidupannya dulu, seperti dalam kutipan berikut.
“Sejak saat itu, Romo Sudharsono memutuskan mengangkat anak Popi, disekolahkan, diajari tari dan melukis. Niat RM Sudharsono itu mendapat dukurangan sepenuhnya dari RA Niken dan Indri Astuti. Pada awalnay Danu menentang niat itu. Tapi ia tidak bisa apa-apa karena siapa yang berani menentang kehendak Romo Sudharsono dan penentangan Danu setelah mendengar cerita Popi tentang Suwito.” (hlm 285)





BAB V
PENUTUP
A.    Posisi Tokoh Perempuaan di dalam Keluarga dalam Novel Perempuan JogjaKarya Achamd Munif
Dalam novel Perempuan Jogja karya Achmad Munif posisi tokoh Rumanti di dalam keluarga adalah sebagai istri dari Raden Mas Danu. Raden Mas Danu adalah anak dari Raden Mas Sudharsono yang masih keturunan bangsawan. Jadi Rumanti adalah menantu dari keluarga Raden Mas Sudharsono.
Posisi Indri di dalam keluarga dalam novel Perempuan Jogja karya Achmad Munif adalah sebagai anak dari RM Sudharsono, seorang ningrat berdarah biru. Indri adalah adik dari RM Danu.
Posisi dalam keluarga yang tidak harmonis ini mempengaruhi sifat Popi. Tidak berbeda jauh dengan Indri, tokoh Popi dalam novel Perempuan Jogja karya Achmad Munif mencerminkan pada perempuan pada masa sekarang. Perbedaannya adalah ia berani memberontak karena keberanian yang didasari rasa kecewa terhadap kelakuan ibunya.

B.     Perjuangan Tokoh Perempuan Melawan Kapitalis dalam Novel Perempuan Jogja Karya Achmad Munif
Tokoh Rumanti sebagai perempuan Jogja melakukan perjuangan dalam melawan kapitalis dengan cara tidak melakukan perlawanan. Maksudnya adalah Rumanti tidak melarang RM Danu menikah lagi dengan perempuan yang ia cintai. Ia  yakin bahwa suaminya suatu saat akan menyadari bahwa hal yang dikaukan itu salah.
Berbeda dengan tokoh Indri. Indri berjuang untuk melawan kapitalis dengan cara meyakinkan orang-orang di sekelilingnya. Indri adalah salah satu orang yang menentang kakaknya, RM Danu untuk menikah lagi dengan Norma. Ia ingin memperjuangkan keutuhan keluarga Rumanti, namun keinginan tersebut tidak dapat terwujud karena Rumanti lebih memeilih menerima keputusan RM Danu. Watak indri ini mencerminkan bahwa kekuasaan kapitalis tidak mempengaruhi pilihannya. Hatinya tetap memilih laki-laki sederhana yaitu Ramadan dari pada Suwito maupun Ibram.
Perjuangan melawan kapitalis yang dilakukan tokoh Popi adalah secara perlahan meninggalkan dunia pelacur dan menekuni tari di rumah Raden Mas Sudharsono. Popi tidak ingin selamanya diperalat oleh orang-orang kaya untuk melayani nafsu mereka.

C.    Usaha-usaha Tokoh Perempuan Mendapatkan Keinginannya dalam Novel Perempuan Jogja Karya Achmad Munif
Rumanti yang melakukan usaha mendapatkan keinginannya dengan diam ternyata mendapat pembelaan dari keluarga RM Sudharsono. Ketulusan Rumanti untuk tunduk patuh kepada keluarga yang telah mengangkat derajatnya mengembalikan lagi kebahagiaan yang pernah hilang.
Usaha Indri menolak perjodohan dengan cara menunjukkan kejelekan Suwito kepada RM Danu. Indri mencari beberapa bukti bahwa Suwito tidak sebaik yang diceritakan RM Danu selama ini. Indri juga bisa membuktikan bahwa Ibram ingin berbuat jahat terhadap dirinya. Ibram berusaha menculik Indri. Ia melakukan hal itu karena harga dirinya merasa terusik dengan kehadiran Ramadan. Ibram tidak bisa menerima kenyataan bahwa Indri lebih memilih Ramadan yang hanya seorang wartawan miskin dan menolaknya yang jelas-jelas anak konglomerat.
Lain lagi dengan usaha yang dilakukan Popi. Untuk mendapatkan keinginannya, yaitu terlepas dari dunia pelacur, Popi tekun belajar tari di rumah RM Sudharsono. Akhirnya usaha itu membuahkan hasil, Popi bisa kembali sekolah dan diangkat anak oleh keluarga RM Sudharsono. Sejak saat itu Popi tidak pernah lagi kembali ke dalam kehidupannya dulu.













DAFTAR PUSTAKA

Fakih. Manour. 2010. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Munif. Achmad. 2004. Perempuan Jogja. Yogyakarta: Navila.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Siswantoro. 2005. Metode Penelitian Sastra: Analisis Psikologis. Surakarta: Muhammadiyah University Press.