Reportase



Pameran Seni Kriya Islami
Untuk pertama kalinya jurusan Kriya, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta bekerjasama dengan PP Muhammadiyah dalam menyelenggarakan pameran seni rupa dalam tajuk “Pameran Seni Kriya Islami”. Pameran merupakan media penting dalam kegiatan seni rupa, karena dengan pameran para seniman dapat menunjukkan karyanya kepada masyarakat.
Pameran yang diselenggarakan dari tanggal 29 Desember 2010 sampai tanggal 2 Januari 2011 ini mengusung tema islami karena diadakan dalam rangka menyambut bulan muharom. Untuk menyelenggarakan pameran, ISI Yogyakarta bekerjasama dengan Lembaga Seni Budaya dan Olah Raga PP Muhammadiyah, Asri Medical Center (AMC), dan Lembaga Kebudayaan PP Aisyiyah.
Karya yang dipamerkan antara lain adalah Kriya Kayu, Logam, Tekstil, Keramik, dan Kulit, serta tak ketinggalan koleksi dari jurusan. Yang berpartisipasi memamerkan karyanya adalah mahasiswa ISI Yogyakarta, dosen serta Alumni ISI Yogyakarta.
Selain pameran, juga terdapat bazar. Pembukaan pameran Kriya dan bazar dilakukan pada tanggal 29 Desember 2010 pukul 08.00 WIB dan dimeriahkan penampilan musik dan gitar. Pembukaan ini dilaksanakan di lantai 1, yang kini dijadikan bazar. Untuk lantai 2 dan lantai 3 dikhususkan pameran seni Kriya.
Dari banyak kriyawan yang memamerkan karyanya, Gandar Setiawan adalah salah satunya. Mahasiswa Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta ini memberi judul karyanya “Hanya Satu yang Kuingat” yaitu berupa kriya kaligarafi yang berlafalkan “laa ilaha ilaullah” yang terbuat dari kayu mahoni. “Karena bertema islami, jadi yang ditampilkan seperti karya kaligrafi, ada yang kaligrafi kontemporer, kaligrafi tradisional dan kaligrafi yang masih mengikuti patokan kaligrafi.” Ujar mahasiswa semester 5 ini.
Dalam membuat seni kriya, mahasiswa terlebih dahulu harus membuat sketsa. Dari beberapa sketsa yang dibuat nantinya dipilih salah satu yang terbaik. Pembuatan karya seni minimal dalam proses 4 minggu. Hal ini karena tergantung dari kesulitan, semakin sulit, maka akan semakin lama pembuatannya. Misalnya seperti bahan keramik. Selain lama dalam proses, bahan keramik juga lama dari segi pembuatan, pengeringan sampai pembakaran. Dan yang paling ditakutkan adalah kalau keramik sampai pecah.
Pengunjung dari pameran lebih sedikit dari pada pengunjung bazar, dikarenakan pengetahuan masyarakat tentang seni kriya sendiri masih terbatas sehingga mereka tidak tertarik untuk melihat pameran. Sebenarnya, seni kriya merupakan seni rupa orang timur. Di Indonesia, dari Aceh sampai Papua mempunyai seni kriya. Dengan kata lain, kriya merupakan identitas bangsa Indonesia yang perlu dikenal dan diketahui. Tujuan diadakannya pameran ini salah satunya agar masyarakat mengenal seni kriya.
Para pengunjung, selain dapat melihat- lihat kriya yang ditampilkan juga dapat membelinya. Tetapi hal ini juga tergantung dari pembuatnya sendiri. Seperti Gandar Setiawan misalnya. Ketika ditanya berapa harga karyanya, ia akan memberikan secara cuma- cuma atau gratis. “Karya yang ada disini boleh dibeli. Kalau mau, saya kasih gratis buat mbaknya. Tapi ada syaratnya, mbak kesini lagi pas hari penutupan. Kan ini baru berjalan 2 hari, jadi untuk hari- hari selanjutnya masih akan dipamerkan.” Kata laki- laki lahiran Bantul 13 Desember 1989 silam ini.
Manfaat dengan adanya pameran kriya antara lain adalah dari pihak ISI dapat memperkenalkan karya- karya kaligrafinya, dapat membuka lapangan pekerjaan baru, dan adanya bazar dapat meningkatan ekonomi. Manfaat ini juga dirasakan oleh ibu Dwi Ningdayati.
Ibu Dwi Ningdayati merupakan alumni dari ISI Yogyakarta yang ikut berpartisipasi dalam pameran ini, khususnya di bazar. Jika di pameran seluruhnya bertema islami, di bazar tidak semuanya. Karena produk- produk yang dijual adalah sesuai dengan minat pembeli.
Beliau sangat mendukung pameran ini. Tapi yang sedikit disayangkan adalah dari jumlah pengunjung yang tidak terlalu banyak. “Sayang promosinya kurang, melalui media cetak dan media elektronik sudah, tapi yang namanya suasana. Membentuk suasana sangat diperlukan. Misalnya dengan membuat umbul- umbul di depan gedung ini. Agar yang melihat tertarik dan mengunjungi. Dari tempat sendiri sebenarnya sudah nyaman, tapi ya karena informasi tadi, jadinya sepi.” Kata guru Seni Rupa ini.
Walaupun pengunjung tidak banyak, tetapi dengan adanya pameran ini sudah merupakan suatu hal baru, karena PP Muhammadiyah bekerjasama dengan ISI Yogyakarta melakukan kegiatan yang dapat disebut sebagai forum untuk saling bertukar ruang dan pengalaman serta sebagai wahana silaturahmi yang berguna untuk menyambut bulan muharom.
Lampiran
Hasil Wawancara dengan Gandar Setiawan
Saya                : Permisi mas, perkenalkan nama saya Utami Pratiwi, mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan semester 3 mendapat tugas wawancara. Bisakah mas menjadi narasumber saya?
Gandar                        : Oh ya. Bisa mbak.
Saya                : Boleh saya tahu nama mas?
Gandar            : Nama saya Gandar Setiawan, mahasiswa ISI Yogyakarta jurusan Seni Rupa semester 5.
Saya                : Kalau tempat tanggal lahir mas?
Gandar                        : Bantul 13 Desember 1989
Saya                : Pertanyaan pertama mas, diadakan pameran ini dalam rangka apa?
Gandar            : Adanya pameran ini dalam rangka festifal muhammadiyah untuk menyambut bulan muharom. Muhammadiyah setiap tahun mengadakan festival, nah untuk sekarang ini adalah pertama kalinya PP Muhammadiyah bekerjasama dengan ISI Yogyakarta.
Saya                : Apa tema yang diangkat?
Gandar                        : Karena ini untuk menyambut bulan muharon, jadi tema yang diangkat islami.
Saya                : Karya yang ada disini ada apa saja?
Gandar            : Karena bertema islami, jadi yang ditampilkan seperti karya kaligrafi, ada yang kaligrafi kontemporer, kaligrafi tradisional dan kaligrafi yang masih mengikuti patokan kaligrafi.
Saya                : Kalau dari karyanya, siapa saja yang membuat?
Gandar                        : Ada mahasiswa ISI sendiri, dosen, dan ada beberapa karya Alumni.
Saya                : Pameran ini berlangsung berapa hari?
Gandar            : Dari tanggal 29 Desember 2010 sampai tanggal 2 Januari 2011. Pembukaan dilaksanakan tanggal 29 Desember jam 08.00 dengan penampilan musik dan gitar. Pembukaan ini dilakukan di lantai 1, yang sekarang menjadi bazar.
Saya                : Apa manfaat dari pameran ini sendiri mas?
Gandar            : Wah banyak. Pertama, dari ISI sendiri melalui karya kaligrafi dapat memperkenalkan diri, kedua dapat membuka lapangan pekerjaan dan adanya bazar dapat menigkatkan ekonomi.
Saya                : Kalau dari jumlah pengunjungnya bagaimana mas?
Gandar            : Ya lumayan. Tapi yang banyak pengunjung bazar. Yang diatas cuma lihat- lihat sebentar. Mungkin karena masyarakat di daerah sini belum begitu banyak tahu tentang seni.
Saya                : Apakah semua ini hanya dipamerkan? Bisakah di beli?
Gandar            : Karya yang ada disini boleh dibeli. Kalau mau, saya kasih gratis buat mbaknya. Tapi ada syaratnya, mbak kesini lagi pas hari penutupan. Kan ini baru berjalan 2 hari, jadi untuk hari- hari selanjutnya masih akan dipamerkan.
Saya                : Oh begitu, pertanyaan terakhir mas, apa harapan kedepannya mas?
Gandar            : Semoga untuk kriya sendiri bisa dikenal oleh masyarakat. Karena sebenarnya kriya itu seninya orang Timur. Indonesia salah satunya. Dari Aceh sampai Papua hampir semua ada.
Saya                : Terima kasih mas Gandar telah menjadi narasumber saya dan menyempatkan waktunya untuk saya wawancarai.
Gandar                        : Ya, sama- sama.