Aku Rindu Hari Jumat



Beberapa menit lagi Jumat berlalu. Tapi aku ingin bercerita tentang Jumat. Ini masih tentang sebuah kenangan. Tak ada habis untuk dicerita. Namun, memang itu hadirnya kenangan. Untuk diceritakan dan diingat. Harus bagaimana jika manisnya itu hanya bisa dinikmati ketika membicarakan kenangan. Bisa juga meredam rasa galau, atau kah semakin galau. Ingin berlari menemui, kemudian membenamkan wajah pada dada bidangnya. Ouhh... *lupakan.

“Proker KKN apa ya mbak?”

Rapat KKN, ketemu ini itu, bahas blah blah blah, keluarkan uang.

“Jemput ya, di kampus 1.”

Pulang ke rumah. Makan, Jumatan, menunggu berteman buku-buku. Kembali dan banyak hal yang terjadi. Setiap hari Jumat, seminggu sekali. Sebuah rutinitas yang lama-lama dilanggar. Tak hanya hari Jumat. Sekarang, tak mengenal hari, waktu atau cuaca yang mungkin badai sekalipun. Tak menghiraukan lapar yang berubah menjadi kenyang, tugas yang diabaikan, downloadan yang menunggu lama kemudian dicancel. Nah, ini cinta namanya. Cinta bodoh yang dipertahankan.

Ku rindu hari Jumat seperti dulu. Ketika kita berdua. Syalala...

TBY malam ini.

Masih hari Jumat, menyaksikan pertunjukan Musikalisasi Sastra. Datangku untuk siapa? Jika yang lalu selalu untuk seseorang, lain untuk malam ini. Dulu u pimpinan produksi, kemudian terpatah karena ada kekasihnya. Adanya kecewa. Bertemu dengan manusia hijau menggunakan selendang motif loreng hitam putih dan anehnya memakai eye shadow hijau. Astaga! Siapa ini. Kuperhatikan seksama. Tersenyum dengan lesung pipit hanya satu itu. Aha, aku tahu. Sampai sekarang aku selalu mengingat mata itu, selendang itu dan keanehan itu. 

Percayakah, aku cemburu dengan selendang itu. yang juga setelah pertunjukkan itu kau lepas untuk tak memakainya selamanya. Juga malam ini. Jumat ini, ia masih berdiri di panggung. Amat anggun. Kamu di mana?

Aku percaya semua sudah tak ada lagi yang tersisa. Namun cemburu ini masih. Ah, bagaimana, dengan yang lalu saja aku cemburu, apa kabar dengan pendampingmu nanti? Jika itu bukan aku, aku takut tiba-tiba ketika malam dan juga hari Jumat yang aku rindukan aku mendatangimu dan membunuh pendampingmu. Bagaimana jika itu terjadi? Bagaimana? Aih, aku semakin gila.

Aku rindu hari Jumat. Sampai tenggorokanku sakit menahan ia yang akan mengaliri mata. Aku rindu jumat. Terlebih rindu denganmu.