Inkontinensia Urine Overflow, menurut Diagnosa NANDA, Intervensi NIC NOC, Keperawatan
(Sumber: Wilkinson, Judith M. Nancy R.2009. Diagnosa Keperawatan NANDA edisi 9. Jakarta: EGC.)
A. Definisi
Inkontinensia urine overflow adalah pengeluaran involunter yang berkaitan dengan overdistensi kandung kemih.
B. Batasan karakteristik
1. Subyektif
Melaporkan kebocoran sedikit urine secara involunter
2. Obyektif
a. Distensi kandung kemih
b. Volume residu pasca berkemih banyak
c. Nokturia
d. Tampak kebocoran sedikit urine secara involunter
C. Faktor yang Berhubungan
1. Obstruksi pintu keluar kandung kemih
2. Disinergi sfinger eksternal detrusor
3. Hipokontraktilitas detrusor
4. Impaksi fekal
5. Prolaps panggul berat
6. Efek samping obat antikolinergik
7. Efek samping pemblok saluran kalsium
8. Efek samping obat dekongestan
9. Obstruksi uretra
D. Saran Penggunaan
Tidak ada
E. Alternatif Diagnosis yang Disarankan
1. Inkontinensia urine: fungsi
2. Inkontinensia urine: stres
3. Inkontinensia urine: total
4. Inkontinensia urine: urgensi
5. Defisit perawatan diri, eliminasi
6. Eliminasi urine, gangguan
7. Retensi urine
F. Hasil Noc
Kontinensia urine: kendali eliminasi urine dari kandung kemih.
Eliminasi urine: pengumpulan dan pengeluaran urine.
G. Tujuan/ Kriteria Evaluasi
Hasil NOC belum dikembangkan untuk diagnosis ini. Lihat contoh NOC untuk inkontinensia urine: fungsional
Contoh Menggunakan Bahasa NOC
a. Menunjukkan Kontinensia Urine, yang dibuktikan oleh indikator berikut (sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu di tunjukkan): menggosongkan kandung kemih secara tuntas, mengonsumsi cairan dalam jumlah adekuat.
b. Menunjukkan kontinensia urine, yang dibuktikan oleh indikator berikut (sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu ditunjukkan):
i. Urine residu pasca-berkemih >100-200 ml
ii. Infeksi saluran kemih (hitung sel darah putih <100000)
iii. Kebocoran urine di antara waktu berkemih
H. Intervensi NIC
Intervensi NIC belum dikembangkan untuk diagnosis ini. Namun, intervensi berikut dapat digunakan.
i. Perawatan Perineum: memelihara integritas kulit perineum dan memuliahkan ketidaknyamanan perineum
ii. Manajemen eliminasi urine: memelihara pola eliminasi urine yang optimum
iii. Perawatan retensi urine: membantu meredakan distensi kandung kemih
I. Aktivitas Keperawatan
1. Pengkajian
a. Kaji kemampuan mengidentifikasi keinginan untuk berkemih
b. Pantau asupan dan haluran
c. Perawatan retensi urine (NIC):
i. Lakukan pengkajian perkemihan komprehensif yang berfokus pada inkontinensia (misalnya haluran urine, pola berkemih, fungsi kognitif, dan masalah perkemih yang sudah ada)
ii. Gunakan teknik berkemih ganda
iii. Pantau tingkat distensi kandung kemih melalui palpasi dan perkusi
iv. Lakukan kateterisasi untuk urine residu, jika perlu
2. Penyuluhan untuk pasien/ keluarga
a. Ajarkan cara menghindari konstipasi dan impaksi feses
b. Ajarkan membersihkan diri setelah episode overflow serta membersihkan sehari sekali dan menjaga perineum tetap kering.
3. Aktivitas kolaboratif
a. Rujuk ke perawat ahli terapi enterostoma untuk panduan membersihkan kateterisasi mandiri intermiten, jika perlu
b. Perawatan Retensi Urine (NIC): Rujuk ke spesialisasi kontinensia urine, jika perlu
4. Aktivitas lain
a. Pertahankan asupan cairan sekitar 2000 ml/ hari
b. Lakukan manuver Crede, jika perlu
c. Beri waktu sekitar 10 menit untuk mengosongkan kandung kemih
d. Bantu pasien mempertahankan higiene dan rutinitas perawatan kulit yang adekuat; pertimbangkan strategi berikut:
i. Oleskan salep barier lembap atau zat penyegel kulit
ii. Pertahankan kulit tetap kering
e. Perawatan Retensi Urine (NIC): Pasang kateter urine, jika perlu
5. Perawatan di Rumah
Tindakan di atas dapat digunakan atau diadaptasikan untuk perawatan di rumah.