Dear R



Terima kasih, membuat malam mingguku normal kembali.

Setelah sekian lama akhirnya bisa merasakan malam minggu yang normal. Terakhir kapan ya? ah, bukankah mengingat-ingat hal yang lalu itu sungguh tak penting, sayang.

Kamu datang. Dengan perncarian hunian baruku. Akhirnya bermuara di sini. Setelah malam-malam penuh perbincangan berteman segelas teh kian mendingin. Kita bertemu. Mari berjalan. 

Bau lelaki yang khas. Akan kuingat. Aku sebagai radar perjalanan kita. Akan ke mana? Ha ha ha, rahasia. Bercerita ini itu lama. Tentang buku tentunya. Sebuah kesukaan kita yang sama. Sebuah hal yang membuat kita nyambung. Kali ini kamu mengambil dua buku sejarah, sedang aku setia dengan kumpulan cerpen. 

Mari makan. Sayang, hujan deras di tengah jalan. Mari berteduh. Sepertinya memang harus seperti ini. Tak usah kita berhadapan semeja untuk menikmati sajian. Cukup berteduh duduk berdua, bersampingan, terkena tempias hujan. masih dengan bercerita. Cukup lama. Datam hati bertutur syukur tentang hujan yang dikirimkan Tuhan. Terima kasih.

 “Coba pas hujan gini udah sampai tempat makan ya. Nggak buang-buang waktu.”
“Ya udah, kapan-kapan lagi makannya.”
“Oke, biar sekalian ada alasan untuk bertemu lagi.”

Ha ha ha... tertawa bersama. Melanjutkan perjalanan.
Pulanglah. Semoga jarak yang cukup jauh tak membuat gigil tubuh kurusmu.

“Ada yang terlupa.”
“Iya, kapan-kapan ya. Katamu biar ada alasan untuk bertemu.”
“Terima kasih untuk malam ini. Selamat istirahat.”
“Selamat istirahat.”

Kutuntun mimpiku untuk menemuimu kembali. Melanjutkan malam yang sepertinya sangat singkat untuk pertemuan kita.

Selamat malam. Kacamata.