Kelainan Kongenital dan Trauma Lahir, di dalam Kesehatan/ Congenital Abnormalities and Birth Trauma, in the Health

Kelainan Kongenital dan Trauma Lahir, di dalam Kesehatan
(Sumber/ Source:Noname.2012.Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.)
(Rewritten by Dimas Erda Widyamarta: www.ithinkeducation.blogspot.com)

A.     Kelainan Kongenital
Kelainan kongenital adalah kelainan yang terlihat pada saat lahir, bukan akibat proses persalinan. Kelaina kongenital bisa herediter, dapat dikenali saat lahir atau apda saat anak-anak.
Beberapa kelainan kongenital yang dapat menyebabkan kematian, seperti atresia ani, harus dirujuk. Kelainan kongenital yang tidak langsung menyebabkan kematian, tetapi dapat menyebabkan kecacatan, seperti bibir sumbing, hidrosefalus, kaki pengkor, memerlukan tindakan di fasilitas rujukan. Kelainan kongenital yang tidak mungkin ditangani karena bayi akan meninggal, seperti anensefal, tidak perlu dirujuk.
Kelainan lain yang disebabkan oleh persalinan sulit atau tindakan berisiko menimbulkan trauma seperti patah tulang bahu, cephal hematoma atau memar pada bagian tubuh harus dirujuk.

B.     Kelainan Kongenital
1.      Anensefali. Tindakan: konseling dengan orang tua bahwa bayi tidak mungkin bertahan hidup dalam wktu lama. Tidak perlu dirujuk
2.      Hidrosefalus (kepala besar). Tindakan: Awasi tanda atau gejala vital, konseling dengan orang tua, rujuk ke rumah sakit untuk tindakan lebih lanjut.
3.      Meningoensefalokel (benjolan lunak di kepala). Tindakan: awasi tanda atau gejala vital, konseling dengna orang tua, rujuk ke rumah sakit untuk tindakan lebih lanjut, usahakan dalam posisi tengkurap.
4.      Fokomelia (ekstermitas lebih pendek). Tindakan: awasi tanda atau gejala vital, konseling dengan orang tua, rujuk ke rumah sakit untuk tindakan lebih lanjut.
5.      Spina bifda (benjolan di tulang punggung). Tindakan: awasi tanda atau gejala vital, konseling dengan orang tua, rujuk ke rumah sakit untuk tindakan lebih lanjut, usahakan dalam posisi tengkurap.
6.      Labiognatipalatoskisis (Bibir Sumbing/ Langitan Sumbing), bayi dengan bibir sumbing yang terisolasi dapat minum dengan normal, langitan sumbing dihubungkan dengan kesulitan pemberian minum, bayi tidak dapat mengisap dengan sempurna dan memuntahkan kembali susu melalui hidung sehingga bisa terjadi aspirasi ke paru. Tindakan: awasi tindakan atau gejala vital; beri bayi minum ASI perah menggunakan cangkir dan sendok, atau jika tersedia dan sendok, atau jika tersedia sterilitas botol terjamin, dot khusus dapat dicoba; teknik pemberian minum adalah dengan memasukkan susu bolus melalui belakang lidah ke faring menggunakan sendok, pipet, atau alat suap lainnya, bayi akan menelan dengan normal; Rujuk ke rumah sakit untuk tindakan lebih lanjut.
7.      Gastroskisis (organ usus di luar rongga perut). Tindakan: awasi tanda atau gejala vital; konseling dengan orang tua; jaga organ tetap bersih; jangan diberi minum; rujuk ke Rumah Sakit untuk tindakan lebih lanjut.
8.      Ikhtiosis (kulit kering atau pecah-pecah). Tindakan: awasi tindakan atau gejala vital; konseling dengan orang tua; rujuk ke rumah sakit untuk tindakan lebih lanjut.
9.      Penyempitan saluran cerna (misalnya Hirschprung, Stenosis, dengan gejala perut kembung, obstipasi yang tidak total, dapat berak sedikit-sedikit). Tanda: tanda dan gejala: riwayat polihidramnior (air ketubah lebih banyak dari biasanya), muntah, sebagian besar ASI segera keluar beberapa setelah menetek, tidak ada mekonium dalam 24 jam pertama, perut buncit; awasi tanda atau gejala vital; konseling dengan orang tua; jangan diberi minum; rujuk segera ke rumah sakit untuk tindakan lebih lanjut.
10.  Atresia ani. Tanda dan gejala: tidak tampak dan tidak teraba anus pada pemeriksa, tidak ada mekonium; awasi tanda atau gejala vital; konseling dengan orang tua; jangan diberi minum; rujuk segera ke rumah sakit untuk tindakan lebih lanjut.

11.  Talipes Equinovarus, kaki tidak berada dalam posisi normal, ada tiga bentuk kelainan yang paling sering yaitu: plantar (telapak kaki) feksi atau tertekuk, plantar inversion (terputar) pada tumit dan plantar berputar pada jari kaki. Tindakan: kelainan yang ringan dapat diperbaiki hanya dengan meluruskan kaki segera setelah lahir; kelainan sedang dapat dilakuakn tindakan sebagai berikut sejak lahir: mempertahankan posisi dengan perban lentur, tndakan ini dapat dilakukan setiap dua minggu hingga bentuk kaki kembali normal.