Sistema Kerangka Tulang Tengkorak, Anatomi Fisiologi Paramedis/ Sistema Framework Skull Bones, Anatomy Physiology Paramedic

Sistema Kerangka Tulang Tengkorak, Anatomi Fisiologi Paramedis
(Sumber/ Source: Pearce, Evelyn C.2008.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.)
(Rewritten by Dimas Erda Widyamarta: www.ithinkeducation.blogspot.com)
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan melindungi beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul, kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menyediakan permukaan untuk kaitan otot kerangka.
Kerangka axial (kerangka sumbu) terdiri atas kepala dan badan, termasuk tulang berikut: tengkorak, tulang belakang, tulang dada dan iga, tulang hioid.
Kerangka appendikuler terdiri atas anggota gerak dan gelang panggul. Anggota gerak atas, anggota gerak  bawah. Sebagai tambahan lagi tiga tulag kecil dalam rongga telinga tengah.

A.     Klasifikasi tulang.
Tulang kerangka diklasifikasikan sesuai dengan bentuk dan formasinya.
Tulang panjang atau tulang pipa terutama dijumpai dalam anggota gerak. Setiap tulang panjang terdiri atas bagian batang dan dua bagian ujung. Tulang pipa bekerja sebagai alat ungkit dari tubuh dan memungkinkan bergerak.
Tulang pendek. Contoh yang baik dapat dilihat pada tulang karpalia di tangna dan tarsalia di kaki. Mereka sebagian besar terbuat dari jaringan tulang  jarang karean diperlukan sifat yang ringan dan kuat. Tulang ini diselubungi jaringan padat tipis. Karena kuatnya maka tulang pendek mampu mendukung seperti tampak pada pergelangan tangan.
Tulang pipih terdiri atas dua lapisan jaringan tulang keras dengan di tengah lapisan tulang seperti spons. Ia dijumpai di mana diperlukan perlindungan, seperti pada tulang tengkorak, tulang inominata tulang panggul atau koxa, iga dan skapula (belikat). Tulang pipih menyediakan permukaan luas untuk kaitan otot, misalnya skapula.
Tulang tak beraturan adalah yang tidak dapat dimasukkan dalam salah satu dari ketiga kelas tadi. Contoh tulang tidak beraturan adalah vertebrata dan tulang wajah.
Tulang sesamoid termasuk kelompok lain. Ia berkembang dalam tendon otot dan dijumpai di dekat sendi. Patela adalah contoh yang terbesar dari jenis ini.

B.     Tengkorak
Tengkorak adalah tulang kerangka dari kepala yang disusun menjadi dua bagian kranium (adakalanya disebut kalvaria) terdiri atas delapan tulang dan kerangka wajah terdiri atas empat belas tulang.
Rongga tengkorak mempunyai permukaan atas yang dikenal sebagai kubah tengkorak, licin pada permukaan luar pada permukaan dalam ditandai dengan gili-gili dan lekukan supaya dapat sesuai dengan otak dan pembuluhdarah.
Permukaan bawah dari rongga dikenal sebagai dasar tengkorak atau basis kranii. Ia ditembusi oleh banyak lubang supaya dapat dilalui serabut saraf dan pembuluh darah.
Tulang kramium:
1.      (1 Tulang oksipital- tulang kepala belakang)
2.      (2 tulang parietal- tulang ubun-ubun)
3.      (1 tulang frontal- tulang dahi)
4.      (2 tulang temporal- tulang pelipis)
5.      (1 tulang etmoid- tulang tapis)
Tulang oksipital terletak di bagian belakang dan bawah rongga kranium. Ia ditembusi oleh foramen magnum atau lubang kepala belakang, yang dilalui medulla oblongata untuk bertemu dengan medulla spinalis. Sisi foramen magnum berupa massa tulang yang membentuk ondil-kondil (kondilus) tengkorak untuk menjadikan permukaan persendian untuk atlas (tulang penunjang).
Kedua tulang parietal membentuk bersama atap dan sisi tengkorak. Permukaan luar halus, tetapi permukaan dalam ditandai oleh kerutan dalam yang memuat arteri kranium.
Sebuah kerutan yang sangat besar kira-kira terletak di sebelah tengah tulang ini memuat arteri meningealis medialis.
Bila arteri ini robek maka darah yang keluar akan menekan jaringan otak yang lunak itu dan mengakibatkan kerusakan. Pertama pada sisi yang sama dan kemudian juga pada sebelahnya. Ini akan mengakibatkan perubahan pupil mata. Hal ini penting untuk diperhatikan sewaktu merawat pasien dengan cedera kepala.
Tulang frontal membentuk dahi dan bagian atas dari rongga mata. Tepi supraorbital ditandai dengan takik di tengah sebelah dalam. Melalui takik ini pembuluh supraorbital dan saraf supraorbital lewat. Permukaan sebelah dalam tulang frontal ditandai dengan lekukan yang ditimbulkan oleh lekukan permukaan otak.
Dua tulang temporal membentuk bagian bawah dari sisi kanan dan kiri tengkorak. Setiap tulang terdiri atas dua bagian:
Bagian squama atau bagian pipih menjulang ke atas dan memungkinkan otot temporal berkaitan padanya. Pada prosessus  zigomatikus (taju lengkung pipi) atau zigoma, ia menjulang ke depan untuk bertemu dengan os zigomatikus (tulang, lengkung pipi). Di belakang dan dibawh akar prosesus ini terletak meatus auditorius externus (meatus akustikus externus) (liang telinga luar).
Bagian amstoid terletak di belakang dan berjalan ke bawah sebagai prosesus mastoideus; permukaan luar memungkinkan otot sternokleidomastoideus berkaitan padanya. Prosesus mastoideus mempunyai ruang yang dikenal sebagai rongga udara mastoid dan sebuah ruangan khusus yang besar dan terletak sedikit lebih ke dpean disebut antrum timpanik (ruang gendang). Ruangan ini dilapisi epitel yang bersambung dengan epitel dari rongga telinga tengah atau rongga timpanik. Infeksi yang penularannya berasal dari rongga telinga tengah dapat menyebabkan antrum timpanik bernanah.
Bagian petrosum dari tulang temporal terjepit dalam dasar tengkorak dan memuat alat pendengaran.
Etmoid adalah tulang yang ringan dan seperti spons, berbentuk kubus, terletak pada atap hidung dan terjepit diantara kedua rongga mata. Ia terdiri atas dua massa lateral atau labirin yang terdiri atas rongga etmoid atau sinus. Sinus ini tertutup kecuali di tempat perhubungan dengan dengan rongga hidung. Etmoid juga memuat sebuah lempeng tegak lurus dan lempeng kribriformis (bentuk tipis). Lempeng tengah yang tegak itu membentuk bagian atas dari  septum nasalis (sekat hidung). Lempeng kiri biformis duduk tepat di dalam sebuah takik pada tulang dahi. Di atas lempeng ini terletak sekumpulan alat penghidu (bulbus olafaktorius) dan melalui lubagn lempeng ini berjalan serabut saraf penghidu ke bagian atas hidung.
Sfenoid (tulang baji) berbentuk kelelawar dengan kedua sayapnya di rentangkan. Tulang ini terdiri atas badan dan dua sayap yang besar dan dua yang lebih kecil. Badannya memperlihatkan sebuah lekukan yang dinamakan sella tursika (pelana Turki) yang memuat kelenjar hipofisis (di dalam fosa hipofisealis).
Letaknya pada dasar  tengkorak dan bagian besar dari fosa medialis kranii (lekukan tengah tengkorak ) dibentuk olehnya.
Sutura (sela) kranium adalah tulang tengkorak disambung satu sama lain oleh sambungan yang tak dapat bergerak yang disebut sutura, kecuali sebuah tulang wajah, yaitu mandibula atau rahang bawah. Mandibula ini membentuk sendi dengan tulang temporal yaitu sendi mandibula.
Sutura utama adalah: sutura koronalis antara tulang frontal dan kedua tulang parietal; sutura  sagitalis antara kedua tualng parietal dan berjalan dari depan ke belakang melalui puncak tengkorak; dan sutura lamboidalis antara tulang oksipital dan kedua tulang parietal.
Fontanel, atau ubun-ubun. Tulang tengkorak bayi yang baru lahir belum mengeras secara sempurna. Ruang antartulang diisi dengan membran dan membran pada susdut tulang disebut fontanel. Fontanel yang terlebar terletak pada pertemuan tulang frontal dan kedua parietal, di mana sutura koronalis dan sagitalis bertemu. Tempat ini disebut fontanel anterior, berukuran kira-kira 4 cm dari belakang ke depan dan merupakan tempat lunak di atas kepala seorang bayi. Dan melalui tempat itu dapat meraba denyutan otaknya.
Secara nornmal fontanel ini menutup pada usia delapan belas bulan. Fontanel posterior terletak di belakang pada pertemuan kedua tulang parietal dengna tulang oksipital. Yang menutup segera sesudah lahir.
Sinus udara pada tengkorak. Tulang tengkorak mempunyai beberapa ruang atau sinus. Sinus frontalis, maxilaris, etmoidalis, merupakan sinus paranasalis, yang berhubungan dengan hidung. Sinus udara ini meringankan berat tengkorak dan memperkeras suara pembicaraan.
Sinus frontalis terletak di dalam tulang dahi, masing-masing di kiri dan kanan pangkal hidung dan di atas sudut mata. Sinus maxilaris adakalanya dikenal sebagai antrum highmore, terletak kiri dan kanan hidung di alam tulang maxilaris.

Sejumlah ruang kecil yang dikenal sebagai sel mastoid terletak di dalam tulang temporalis: atrum mastoid adalah yang terbesar di antaranya dan terlatak di dalam prosesus mastoideus. Berhubungan dengan rongga timpani.