Tulang Wajah, Anatomi Fisiologi Paramedis/ Facial bones, Anatomy Physiology Paramedic

Tulang Wajah, Anatomi Fisiologi Paramedis
(Sumber/ Source: Pearce, Evelyn C.2008.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.)
(Rewritten by Dimas Erda Widyamarta: www.ithinkeducation.blogspot.com)
Terdapat 14 tulang wajah yang semuanya, kecuali mandibula dihubungkan oleh sutura dan tak dapat bergerak.
Dua tulagn hidung membentuk lengkung hidung
Dua tulang palatum membentuk atap mulut dan dasar hidung
Dua tulang lakrimalis (tulang air mata) membentuk saluran mata dan bagian dari tulang rongga mata pada sudut dalam rongga amta. Melalui celah ini air mata disalurkan ke hidung.
Dua tulang zigomatikus (tulang lengkung pipi). Prosesus dari tulang ini bersatu dengan prosesus, zigomatikus dari tulang temporal untuk membentuk lengkung tulang pipi atau arkus zigomatikus.
Satu vomer (tulang pisau luku) membentuk bagian bawah dari sekat menulang dari hidung. (bagian atas dari sekat hidung dibentuk oleh lempeng tengah etmoid atau lempeng tegak etmoid).
Dua tulang turbinatum inferior (kerang hidung bawah) merupakan pasangan terbesar dari tiga pasang lipatan (konkha hidung) dinding lateral maxila.
Dua maxila membentuk rahang atas dan memuat gigi atas. Badan maxila memuat ruang udara yang agak besar, yaitu sinus maxilaris atau antrum highmore, yang berhubungan dengna hulu hidung melalui dua lubang kecil.
Mandibula membentuk rahang bawah. Selain tulang kecil dalam telinga, mandibula merupaka nsatu-satunya tulang apda tengkorak yang dapat bergerak. Mandibula terdiri atas bagian abdan, yaitu bagian tengah yang melengkung horizontal, yang membentuk dagu dan berisi gigi bawah dan atas dua bagian tegak yang disebut ramus, yaitu sebelah kiri dan sebeha kanan dan bersatu dengan badan rahang pada nagulus mandibulae atau sudut rahang. Di sebelah atas ramus berakhir menjadi dua prosesus yaitu prosesus koronoideus di depan dan prosesus kondiloideus rahang atau sebagaimana sering disebut kepala dari mandibula, berada di sebelah belakang. Kepala mandibula atau kondil ini membentuk sendi dengan tulang temporal dan menjadi sendi mandibula.
Mandibula dapat ditekan dan diangkat pada waktu membuka dan menutup mulut. Dapat ditonjolkan, ditarik ke belakang dan sedikit digoyangkan dari kiri ke kanan dan sebaliknya sebagaimana terjadi pada waktu mengunyah.
Susunan hidung. Rangka tulang fosan asalis atau hidung terdiri atas dua lubang di tengah wajah, satu dengan yang lain dipisahkan oleh sekat tipis yang melebar dari palatum ke ats sampai tulang frontalis. Ruangan ini berhubungan dengan sinus dari tulang frontalis, etmodalis, maxilaris dan stefenoidalis. Infeksi dari rongga hidung dapat menyebar ke dalam sinus tersebut.
Catatan Klinik
Cedera pada kepala terjadi pada 50 sampai 80 persen dari kecelakaan lalu lintas dan tiada cedera kepala yang dapat dianggap ringan. Itu merupakan penyebab utama dari kematian muda. Kubah tengkorak atau dasar tengkorak atau keduanya dapat mengalami retak.
Pertolongan pertama sangat diperlukan. Keadaan gegar otak hamppir selalu terjadi seketika itu juga dan mungkin sedemikian sama dengan tidak nampak. Bila dijumpai keadaan demikian maka pasien harus selalu direbahkan telungkup (sikap koma) dengan kepala lebih rendah karena reflek batuk atau menelan akan menghilangkan sehingga perdarahan dari mulut atau muntahan yang keluar dari lambung atau usofagus dapat mengalir ke luar tanpa terisap masuk saluran udara.
 Kalau pernapasan terhenti maka saluran udara harus dibersihkan dan bila perlu pernapasan buatan segera diberikan sampai datang pertolongan dokter.
Perhatikan kalau ada perdarahan. Pada luka kepala, darah akan mengucur dan umumnya dapat dikendalikan dengan segumpal kain yang dibalut kuat di atas tempat perdarahan (gunakan pembalut kasa) sampai pertolongan datang dan luka dapat dijahit. Perdarahan intrakranial dapat terjadi ekstradural dan umumnya diperlukan operasi atau perdarahan dapat terjadi subdural.
Tingkat kesadaran. Seroang perawat harus mengenali keadaan ini dan mencatat tahap kesadaran supaya dapat melaporkan gejala kemunduran atau kemajuan. Perawat juga harus memahami cara pengamatan dan perawatan pasien tak sadar.
Cairan yang keluar dari telinga dan hidung dapat berupa darah tetapi mungkin juga cairan serebrospinal yang keluar akibat fraktur (pecahnya) dasar tengkorak
Keadaan pupul (manik mata) supaya diperhatikan. Apakah membesar atau tidak sama besar antara mata kiri dan mata kanan, bagaimana reflek terhadap cahaya dan adanya juling akan merupakan keterangan berharga bagi ahli bedah. Hal yang termasuk perlu diawasi adalah pengukuran tekanan darah, suhu, denyut nadi dan pernapasan secara teratur. Keadaan kulit seperti warna, kehangatannya, keringat; pasien mengejan mungkin karena kandung kencing penuh atau ingin mengosongkan isi perutnya, rasa nyeri atau rasa kepala, kegaduhan pasien perubahan dan kesukaran bicara dan kesukaran menelan.
Kerusakan pada isi tengkorak. Setiap bagian otak dapat mengalami cidera. Daerah serebrum yang bila cedera dapat dapat menimbulkan gangguan pada gerakan (korteks motoris); gangguan pada fungsi mental dan emosi bila lobus frontalis yang cedera, gangguan penglihatan bila lokus oksipitalis, gangguan bicara, ingatan dan pendengaran bila luka di lobus temporal. Pelukan pada kapsula intera mengakibatkan gangguan pada gerakan dan sensibilitas. Saraf otak juga dapat terluka.
Peninggian tekanan instrakranial dapat disebabkan perdarahan atau udema serebral. Keduanya dapat menimbulkan:
a.       Penekanan jaringan otak dan hilangnya kesadaran, denyut nadi keras dan hiperpirexia, atau
b.      Iritasi jaringan otak bila pasien gelisah, ada disorientasi dan kekacauan.
Udema dapat diobati dengan obat yang merangsang dehidrasi, seperti urea atau mannitol hexanitrat
Kompolikasi pada dada dapat terjadi, yang memerlukan penyedotan faringeal dan dalam beberapa hal memerlukan trakheotomo.
Scquelae yang menyusul cedera pada kepala cukup dan meliputi:
a.       Paralisa motorik dan sensorik
b.      Cara jalan yang goyah (sempoyongan)
c.       Epilepsi traumatik
d.      Perubahan kepribadian
Sinus udara dapat menjadi sasaran infeksi disebut sinusitis yang mengalir dari hidung karena adanya hubungan antara sunus dengan hidung.
Infeksi dari sinus frontalis (etmoiditis) yang terdapat di tulang dahi, menyebabkan sakit kepala yang sangat, penggian suhu dan rasa lesu. Sinus ini sangat dekat dengan lobus frontalis otak dan adakalanya dapat menimbulkan abses lobus frontalis. Fraktus dari basis tengkorak dapat melibatkan sinus ini dengan akibat terjadi kebocoran cairan serebrospinal kalau dura mater robek.
Sinus maxilaris atau antrum highmore menempati ruang dalam maxila. Ia dapat terkena infeksi dari hidung atau dari gigi. Akan timbul rasa nyeri di sekitar pipi dan gejala yang mirip dengan gejala pada etmoidits.
Mandibula bisa fraktur pada cedera yang mengenai muka. Tetapi lebih sering lagi mengalami dislokasi ke depan karena pukulan atau sewaktu menguap bila kepala mandibula tergelincir ke depan.

Supaya saluran udara pasien yang tak sadar tetap bersih maka perlu dilakukan hanyalah menaruh jari-jari di belakang rahang dan membukakannya untuk menghindari lidah menempel pada dinding belakang langit sehingga membuat obstruksi. Hal ini dapat dicoba pada diri sendiri dan semua perawat harus trampil dalam tindakan pertolongan sederhana ini. Tetapi hendaknya selalu berhati-hati kalau menghadapi pasien dengan fraktur pada mandibula.