Perkembangan Historiografi di Indonesia, di dalam Ilmu Sejarah
(sumber/ source: Nur, Ali. Modul Bahan Ajar Sejarah. Ponorogo: MGMP Sejarah.)
I) Histografi. Historigorafi adalah penulisan sejarah dengan menggunakan metode tertentu sesuai dengan norma dalam disiplin ilmu sejarah. historiografi dalam kehidupan masyarakat memiliki beberapa fungsi sebagai berikut: a) fungsi Genetis yaitu fungsi untuk mengungkapkan bagaimana asal usul sebuah peristiwa, fungsi ini terlihat pada sejumlah sejarah seperti babad tanah Jawa, sejarah melayu, prasasti kutai; b) fungsi didaktis yaitu fungsi mendidik artinya dalam karya sejarah banyak memuat pelajaran, hikmah dan suri teladan yang peting bagi para pembacanya, fungsi ini dapat dilihat pada sejarah melayu; c) fungsi pragmatis yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya untuk melegimasi kekuasaan agar terlihat kuat dan berwibawa, pada masa kerajaan mataram, fungsi itu dimainkan oleh babad tanah jawi, didalamnya termuat asal usul raja mataram yang diruntut sejak nabi adam, para nabi, bahkan para dewa, pada masa orde lama, buku yang dihasilkan cenderung berisi nasakom, sedangkan pada masa orde baru menampilkan cerita suksesnya Soeharto dan pembangunan orde baru.
II) Jenis Histografi di Indonesia. Menurut Taufik Abdullah, histografi di Indonesia dibedakan menjadi tiga jenis yaitu: a) sejarah ideologis yaitu penulisan sejarah yang mempelajari masa lampau tidak semata-mata demi pengetahuan masa lampau tetapi demi lambang dan identitas yang bisa diadakan untuk masa kini; b) sejarah pewarisan yaitu penulisan sejarah yang mengisahkan kepahlawanan perjuangan kemerdekaan yagn bertujuan untuk mewariskan nilai dan semangat kepahlawanan kepada generasi penerus bangsa; c) sejarah akademik yaitu penulisan sejarah yang berusaha memberikan gambaran yang jelas mengenai masa lampau yang ditopang dengan tradisi akademik (ilmiah murni). Selanjutnya M. Habib Mustopo membedakan historiografi di Indonesia kedalam empat jenis yaitu:
1) Histogriografi tradisional adalah penulisan sejarah padam asa kerajaan Hindu Budha maupun masa kerajaan Islam. Histogriografi tradisional memiliki ciri sebagai berikut: a) sebagai ekspresi budaya maksudnya sebagai sarana legitimasi tentang jati dirinya dan asal usul yang dapat menerangkan keberadaannya dan memperkokoh nilai budaya yang dianutnya; b) kebenaran sejarah yang diperoleh melalui pengakuan serta pengabdian terhadap penguasa sehingga lebih cenderung bersifat istanasentris yaitu berpusat pada kepentingan dan keinginan raja; c) lebih cenderung bersifat religious magis atau terkati dengan mitos; d) bersifat etnosentrisme (mengutamakan daerahnya atau suku bangsanya sendiri). Pada masa kerajaan Hindu budha penulisan sejarahnya lebihbanyak sebagai hasil terjemahan dari nasha hindu (india) seperti mahabarata dan ramayana. Sedangkan pada masa kerajaan islam sudah dihasilkan karya sendiri bahkan sudah menerapkan ‘sistem kronologi’ dalam penjelasan peristiwa sejarahnya. Misalnya idharul Haqq Fi Mamlakat Perlak (Sejarah Kerajaan Perlak tanpa pengarang0, sejarah Melayu karya Abdullah bi Abdulkadir Munsyi, dan lainnya. Selanjutnya tujuan dari Histogriografi tradisional adalah: untuk menunjukkan kesinambungan yang krnonologis, untuk memberikan legitimasi yang kuat pada penguasanya, untuk meningkatkan solidaritas dan integrasi di bawah kekuasaan pusat, untuk membuat symbol identitas baru.
2) Histogriografi Kolonial. Histogriografi colonial berasal dari karya yang ditulis oleh orang belanda. Cirinya adalah: a) penulisan sejarahnya biasanya berisi tentang kisah perjalanan/ petualangan untuk menemukan daeah baru untuk dijadikan koloninya; b) tulisan mereka lebih merupakan sarana propaganda untuk kepentingan mereka (belada) dan sekaligus untuk mengendurkan semangat perlawanan bangsa Indonesia; c) bersifat belanda sentries, kepentingan colonial sangat mewarnai interpretasi mereka terhadap peristiwa sejarah yang terjadi, misalnya perang perlawanan trunojoyo, perlawanan pangeran diponegoro yang menurut bangsa indoensia sebagai perjuangan suci untuk menegakkan kebenaran, keadilan dan cinta tanah air, tetapi menurut belanda, mereka dianggap pemberontak atau ekstrimis yang menggangu jalannya pemerintah colonial belanda di Indonesia. Tujuan Histogriografi colonial adalah semata untuk memperkokoh kekuasaan belanda di Indonesia, contoh histografi colonial adalah “out en Neiw Cost-Indie” (Hindia Timur Dulu dan Sekarang) karya Francois Valentijn.
3) Histogriografi Modern. Memiliki ciri sebagai berikut: a) penulisan sudah bersifat obyektif, tidak bersifat istana sentries dan colonial sentries; b) tinjauannya bersifat kritis artinya menilai dari berbagai aspek kehidupan seperti politik, social, budaya, ekonomi dan filosifis; c) metode yang digunakan selain menggunakan metode kepustakaan juga menggunakan studi lapangan melalui teknik wawancara terhadap tokoh sejarah dan saksi sejarah. tujuan Histogriografi modern adalah untuk menyadarkan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang tertindas dan terjajah, untuk memprotes ketidakadilan yang dilakukan pemerintah colonial terhadap bangsa Indonesia. Contoh Histogriografi modern adalah buku “Max Havelaar” karya E. F. E. Douwes Deker dengan menggunakan nama samaran Multatuli, “Hoe Hijdrad van Indie Word: karya F. A. Doun.
4) Histogriografi Nasioanl, setelah Indonesia merdeka, bangsa Indonesia berusaha menulis sejarah nasionalnya sendiri, penulisan sejarah nasional Indonesia memiliki ciri sebagai berikut: a) memanfaatkan sumber sejarah baik yang berasal dari penulisan sejarah tradisional (karya bangsa Indonesia) maupun sumber yang berasal dari pemeritnah colonial untuk melakukan rekonstruksi ulang menjadi sejarah nasional yang berorientasi kepada kepentignan integrasi nasional; b) obyek penelitian sejarah nasional meliputi berbagai aspek yang menggunakan pendekatan multidimensioanal, baik politik, ekonomi, ideoligi, budaya soisial, kepercayan dan lainnya; c) lebih mengutamakan kepentingan nasional Indonesia atau bersifat Indonesia sentries. Tujuan Histogriografi nasional adlaah untuk menberikan legimentasi pada keberadaan indoensia sebagai bangsa yang merdeka, untuk menunjukkan jati diri sebagai bangsa sederajat dengan bangsa lain di dunia, untuk menberikan pendidikan kepada generasi muda warga Negara dan sebagai penerus bangsa. Contoh Histogriografi nasional pada buku “Sejarah Nasional Indonesia” karangan Sartono Kartodirdjo, Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto yang diterbikan dalam enam jilid.