Sampai 12 jam kita bersama. Malam ketika aku menulis ini ada perasaan lega akhirnya mendaratkan pantat pada kasur yang sudah tak empuk lagi. Namun tak apa. Ah ya, ada ya seorang bapak yang baik hatinya, yang mau banyak bercerita tentang nilai-nilai hidup, yang mendukung hobi kita. Terima kasih ya sudah dipertemukan dengan gurumu yang dahsyat. ^^v
Kemudian kamu yang mengantarku kepercetakan. Cerita ini itu sebentar dan mendaratkan diri pada sebuah rumah yang agak ramai. Di rumah itu aku seperti menemukan jalanku. Bertemu dengan kedua Oppa yang mendukung apa yang sudah ada di depan mata. Awalnya aku sangsi melalui jalan itu. Aku belum seorang penulis terkenal yang sudah sok-sokan idealis. Salahkan kuambil jalan yang ada di depan itu?
Selanjutnya kita berkutat di dapur. Dengan kegalakan ibu-ibu gitu. Juga munculnya ikan yang pernah menjadi penasehat seseorang, yang kutemukan dalam kumpulan sajakmu. Dia yang sangat berbeda, dia yang terlihat langsing sekararang, dan dia yang semakin tampan. Aku baru saja menyadari. Uyeeeh, mas, kok kamu sekarang cakep ya?
Dan temu kangen, juga tangisan yang kembali ku saksikan. Tak apa lah, namanya juga perempuan. Tapi jangan seterusnya seperti itu. aku dulu juga cengeng, kemudaian dihadapkan pada kenyataan yang aku harus kuat menahan air mata. Setelah itu, aku sangat sanggup untuk tidak mengangis di depan orang banyak, kecuali di depan buku berisi sajakmu, dan sajak itu ditujukan untukku, itu berbeda cerita jadinya.
Bertemu kamu yang setahun lalu, dan memakai kaos biru penuh cerita patah hati. Juga orang di sampingmu yang memakai kaos hijau juga menyimpan cerita patah hati. Ah, temu kangen bersama lelaki kacamata dan ada ceweknya, kamu yang dulu sering membuatku menangis dan juga ada cewekmu, kamu yang mau jadi ahli hipnotis juga kamu yang agak kagol jadi sastrawan. Menulislah kawan, menulis!
Lab pemeranan yang penuh piala-piala kami itu juga. Dan masih berkutat cerita setahun lalu bersamamu kaos biru.