Malam Terakhir di #KampusFiksi



Minggu (15/06/2013) menjadi hari kedua di #KampusFiksi. Sama seperti hari sebelumnya, jam empat pagi sudah banyak gedubrak gedubruk orang antre mandi. Aku? Masih juga tidur-mandi agak sedikit sadar-terus tidur lagi sampai waktu sarapan ditentukan. Tapi cius, paling keren tidur itu si Regina Capulet. Ha hahaha
Sarapan, materi tentang marketing dari Mas Aconk, selanjutnya evaluasi cerpen. Punyaku gak lolos di empat besar yang dijadikan novel. Tapi tak apa. Masih banyak jalan menuju Roma, begitu juga jalan dari ide-ide menuju novel (cieee). Tapi lumayan, setidaknya cerpen yang aku kumpul sebelum ke kampus fiksi ini mendapat predikat keren dari Pak Edi. Hey, ‘Lelaki Kopi’, terima kasih segala inspirasinya...  ^^v

Tararaaaaa waktunya perpisahan. Ya ampuuun, baru juga rasanya kenalan kemarin, menyentuh tangan-tangan baru yang meruntuhkan segala tembok angkuh, melihat wajah-wajah dari berbagai daerah, senyum, kebersamaan dan lainnya. Eh, ini kok udah perpisahan. Jujur saja (kayak lagu dangdut Masa Lalu) aku sempat dongkol pengen nangis gitu. Untuk salam perpisahan itu bukan aku yang disuruh mewakili, pasti udah mewek-mewek badai deh. Yakin! Ini ciusss.

Tapi ada aja yang membuat semuanya kembali happy. Apa lagi pas Kak Roy bilang:

“Selamat pagi semuanya...”

“Malam!!!”

“Saya sengaja mengucapkan selamat pagi biar kita kembali bersama sehari lagi.”

Waaaa trenyuh. Selanjutnya ucapan terima kasih, maaf dan sebagainya. Sampai saatnya dia mengungkapkan terima kasih pada Nadia. Cieeh, yang katanya membantunya masuk di Kampus Fiksi ini. Menurutku sih itu seperti upacara penembakan. Sampai muka Nadia merah gitu. Ya,,, cerita selanjutnya biar mereka saja yang merangkai. Setidaknya mata kami pernah menyaksikan dan telingan kami mendengarkan jika sebenarnya ada cinta yang diam-diam dibangun empat hari yang kami lalui.

Selanjutnya sesi foto-foto...heboh gedubrak gedubruk. Ada hal lucu pas kami mendapat bingkisan cantik dari DivaPress. Sertifikat, pin (buatan kami sendiri), gantungan kunci, dan novel 5 buah. Ada Romano-nya Nadia, tapi karena banyak ini itu aku lupa gak minta tanda tangannya. Ada novel bersampul hijau. orang-orang pada heboh minta tanda tangan. Dan aku heboh foto-foto sana sini. Penting gak sih? *gubraaakkksss.
sandal merk TW

bingkisan cantik

heboh foto-foto


“Itu penulisnya, minta tanda tangan gih.”

“Kak HANIF minta tanda tangan ya.”

Dengan PD-nya aku menghampiri dan tanpa membawa pulpen. Akhirnya mbak Rara megambilkan. Di sela-sela waktu mengambilkan itu aku melihat buku bersampul hijau yang ada dalam genggamanku. Ku baca pengarangnya ‘REZA’. Gleekkk! Aku mati gaya. Kok resa? Batinku masih dengan bingung. Ini bener gak sebenarnya? Demi siapa deh? Selanjutnya aku bolak balik bukunya, ternyata HANIF itu judul novelnya. Mas REZA itu pengarangnya. Dan betapa bodoh tampangku yang teriak-teriak 

“KAK HANIF MINTA TANDA TANGAN!”

Tanpa membawa pulpen!
bersama Mas REZA, penulis HANIF (gak kebalik lagi)


Tak lama kemudian, banyak mereka yang sudah pada pulang malam itu. sebenarnya di Jumadi juga ngajak pulang malam, soalnya dia ada ujian dua mata kuliah (mahasiswa coy). Tapi dengan rayuan maut semaput aku ajaknya pulang Senin pagi.

Malam itu. Aku, Putri, Langgam, Laura, Mbak Ulik (yang cuma bentar), Regina, Mbak Ve, Mbak Ayun, dan Mbak Rina ngobrol gitu sampe jam 12malem. Mulai dari ngomongin boyband korea, setting korea, jepang, fil korea, film jepang, ceribelle, smash, pendekar raja wali, siluman ular putih, club bola pokonya macem-macem tentang film-film Indonesia yang agak gak jelas juga. 

“Aku suka sama Pedro di film Amigos.”

Ha? Kenapa sampai Amigos coba? Dan aku menyetujui, memang Pedro itu cakep keceh badai. Semakin malam semakin dalam obrolan kami, juga Langgam yang yang suka protes tentang Sexophone acara malam itu yang membuatnya agak gak suka dengan alat musik yang sexsy itu. juga buku-buku dengan cerita dewasa...

Banyak yang gak nyambung juga kadang. Dan waktu semakin memakan malam, terlihat bebrapa mata sayu yang siap terpejam karena esok mau pulang. Ya, pulang!

“Ya, tetep aja kalo Bunga Sakura adanya di Jepang.”

Komentar saking ngantuk atau mabok?

 -Selesai-