“Dengan bangga mengatakan, saya tidak lulus,” ujar mantan mahasiswa Teknik Industri ITS itu.
Brian Arfi Faridhi
Sedikit orang yang bisa mengakui hal seperti itu sambil tetap punya suatu hal untuk dibanggakan dan diperjuangkan. Brian Arfi Faridhi, meski meninggalkan bangku kuliah di tengah jalan, pernah memenangkan ajang Wirausaha Muda Mandiri 4 tahun silam. Kini, ia berjuang membesarkan usaha start up mobile-nya, aplikasi jualan online Shoop!
“Kalau orang jualan online, dia pasti mau unggah iklan produknya ke mana-mana. Facebook, Twitter, WordPress, website lain,” terang Brian tentang aplikasi Shoop! yang memungkinkan pengguna mengunggah 1 kali saja untuk masuk ke beberapa online marketplace sekaligus. Toko-toko berskala kecil (UKM) bisa berjualan online di mana-mana. Pasalnya, Shoop! sudah terhubung dengan 15 marketplace dan platform, di antaranya e-Bay dan Etsy yang berlingkup dunia.
Dengan sarana Shoop!, pelaku UKM tak harus menggunakan komputer (PC). Ponsel pintar sudah cukup.
Meski Shoop! masih pemula, Brian percaya diri memilih model business-to-business. Maklum, sejak masih mahasiswa, ia sudah punya pengalaman berwirausaha. Rekam jejaknya dimulai pada 2006 dengan berdagang perlengkapan Muslim. Kemudian suami Juanita Vyatri ini membesut usaha web development Dhezign.com dan mobile apps Firzil.
Selama 6 bulan berjalan, Shoop! dikelola di bawah model bisnis freemium. Pengguna tidak dikenai tarif. Tapi, jika membutuhkan fitur premiun dan jumlah unggah yang tinggi, pengguna tinggal berlangganan dengan tarif US$ 10 sebulan. Shoop! sudah menjaring 2100 pengguna gratis dan 2 pengguna berbayar.
Shoop!
Memilih hidup dari wirausaha tak semudah membalik telapak tangan. Brian sadar, grafik bisnis naik turun tak ubahnya roller coaster. Jam kerja lebih gila. Wirausahawan pun mesti sanggup memenuhi target penjualan. “Kalau sedang kejar target, saya mengurangi waktu tidur,” aku ayah 4 anak ini diwarnai aksen Surabaya.
Kelahiran 31 Mei 1986 ini mengaku, motivasinya membesarkan Shoop!—meski omzet belum seberapa—adalah keinginan menciptakan dunia yang lebih terhubung. “Dan kalau bisa bisnis sambi bantu orang, jadinya lebih tahan lama dan fun,” bebernya.
Sekarang Brian fokus menggenjot jumlah pengguna Shoop! dulu. Strateginya sementara ini, pemasaran langsung (direct marketing) dengan mengontak para pengusaha kecil dan menengah yang sudah berjualan secara daring. Meski selama ini berjalan tanpa promosi dan iklan, Brian menargetkan untuk melancarkan promosi sembari mengumpulkan lebih banyak modal. Ia sudah menaruh ancang-ancang, setelah mengumpulkan 100.000 pengguna, barulah ia memasang sistem payment gateway.
Diperkuat 4 orang programmer, Shoop! mencatat 50% pengguna dari Indonesia, 30% AS, dan sisanya tersebar di negara-negara lain. “Pada umumnya, barang yang diiklankan pengguna adalah baju, barang elektronik, ayam, handicraft, dan rumah,” papar Brian sumringah.
Novistiar Rustandi, Direktur Jakarta Founder Institute, mendorong Brian menggandeng mitra dari luar negeri untuk membesarkan Shoop! lebih cepat. “Cari partner yang harus ada secara fisik di luar neger untuk launch di sana. Juga bisa lebih cepat menambah jumlah potential user,” saran Novistiar.
Ia meyakini, Shoop! punya prospek bagus ke depan karena pasar UKM yang disasar masih lowong. “Biarpun penggunanya UKM, mereka bisa jadi super-user yang sangat sering memakai aplikasi ini,” tegas Novistiar positif. Karena itu, ia menyarankan Brian fokus dulu menggarap pengguna UKM. (EVA)
sumber: swa.co.id