2 Pohon





Kita seperti dua pohon. 

Dua tahun lalu, kamu mencoba tumbuh dengan kokoh. Sedikit demi sedikit. Kamu tumbuh dengan baik meski tak berbunga. Setahun lalu, aku tumbuh berbunga bersanding denganmu, kemudian bungaku layu, gugur. Sedang kamu masih kokoh meski tak berbunga. Tahun ini, kuncupku kembali akan mekar dan kamu masih sama. Tahun ini kau juga sangsi, apakah membiarkan kuncup itu mekar atau tidak karena aku tak mau mekar itu kembali gugur. Mungkin, memilih tumbuh baik dan kokoh sepertimu akan lebih indah. Tanpa perlu berbunga.

Hari berganti.

Suatu siang aku berdiri di depan pintu sebuah rumah. Aku melihat beberapa foto yang membuatku tersenyum. Foto masa-masa dulu yang bisa kubilang menampilkan wajah sedikit lebih muda. Foto kenangan. Aku berteriak untuk mengabarkan pada temanku di rumah sampingnya: “Niaaaaaa, aku melihat foto mas *******!”

Aku baru sadar, setelah teriakan itu aku mengintip pada celah jendela rumah di hadapanku, ada seorang lelaki sedang khusuk sholat yang menghadap mukaku. Aku pulang membawa helm dan membawa malu. Sampai sekarang aku tak tau dan sedikitpun tak mau tau siapa lelaki yang sholatnya ku ganggu. Ya, meski sangat yakin bahwa lelaki itu tau bahwa aku yang teriak di depan pintu rumah itu.