TUGAS BIMBINGAN dan PENYULUHAN PLS MERANCANG PROGRAM BIMBINGAN TERHADAP PEMUDA BIMBINGAN PEMUDA BUTA AKSARA



TUGAS BIMBINGAN dan PENYULUHAN PLS
MERANCANG PROGRAM BIMBINGAN TERHADAP PEMUDA
BIMBINGAN PEMUDA BUTA AKSARA


DISUSUN OLEH :
SINDI DWIYANA PUTRI
NIM : 1204715



PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
BIMBINGAN PEMUDA BUTA AKSARA
A.  Latar Belakang Masalah
Buta aksara merupakan jendela untuk melihat dunia. Artinya, jika orang bisa membaca, dia melihat dunia baru dan segala perkembangannya, termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta teknologi informasi (TI). Itu berarti bahwa pemerintah belum bisa mencapai tujuan tersebut.
Walaupun sudah dilakukan upaya-upaya untuk memberantas buta aksara, tetapi buta aksara masih banyak, karena terdapat banyak kendala-kendala yang dihadapi, misalnya mereka yang buta aksara itu tidak mau belajar membaca, menulis, berhitung serta berkomunikasi. Walaupun sudah ada kemauan tetapi terhambat oleh kemiskinan. Setiap pemerintah daerah harus menganggarkan 20% untuk pendidikan di APBDnya, dan pemerintah juga harus membiayai pendidikan warganya  alias menggratiskan biaya sekolah minimal sampai ke tingkat SMP.

B.  Masalah yang dihadapi
Kesulitan yang dihadapi oleh warga belajar buta aksara lanjutan adalah,walaupun mereka sudah dapat membaca dan menulis tetapi masih belum lancar. Sehingga walaupun mereka sudh memiliki pengetahuan, namun mereka belum memiliki kemampuan fungsional yang diperlukan dalam kehidupan sehari–hari. Hal tersebut karena mereka biasanya jarang menggunakan keterampilan membaca, menulis dan berhitung dalam kehidupan sehari–harinya.
Tingkat belajar keaksaraan fungsional bidang buta aksara lanjutan, kesulitan yang dihadapi warga belajar dalam pelajaran membaca, menulis, dan berhitung adalah adanya rasa kaku dalam menulis, belum mampu mengartikan sebuah kalimat dengan jelas, serta adanya kesulitan dalam berhitung. Dengan kata lain para warga belajar mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan ajar, kurangnya tenaga pembimbing,serta kurang tepatnya metode penerapannya dalam kehidupan sehari –hari.

C.  Penyebab Buta Huruf Di Indonesia
Faktor-faktor yang membuat seseorang menjadi buta aksara, diantaranya:
1.      Penyebab buta aksara yang terjadi di Indonesia adalah karena mereka tidak pernah bersekolah sama sekali atau putus sekolah yang disebabkan oleh banyak faktor yang diantaranya adalah faktor budaya, sosial, politik, ekonomi, dan gender.
2.      Kemiskinan.
Kemiskinan adalah faktor utama yang membuat seseorang menjadi buta aksara karena untuk makan sehari-hari juga masih sulit apalagi untuk mengenyam bangku sekolah,  meskipun sekarang sudah yang namanya Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tapi dana tersebut banyak di korupsi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
3.      Jauh dengan layanan pendidikan.
Layanan pendidikan yang jauh juga menjadi faktor seseorang menjadi buta aksara, contohnya saja di daerah pedalaman atau daerah terpencil sangat jauh ke sekolah dasar sekalipun, apalagi ke sekolah lanjutan. Mereka yang di daerah terpencil harus berangkat pagi-pagi sekali atau jam lima pagi karena jarak rumahnya dengan sekolah sangat jauh.
4.      Orang tua menganggap bahwa sekolah itu tidak penting.
Orang tua menganggap bahwa sekolah adalah perbuatan yang sia-sia, tidak penting dan lebiih baik menyuruh anak mereka untuk membantu berladang, berternak, berjualan,menggembalaa hewan, atau bahkan mereka mereka menyuruh anak mereka untuk mengemis atau ngamen di jalan.

D.  Tujuan Pelayanan Bimbingan
1.      Untuk mendapatkan secara langsung tentang bagaimana cara mengajar yang baik khususnya dalam menghadapi warga belajar buta aksara
2.      Untuk Mengetahui KBM yang baik dalam menghadapi warga belajar buta aksara
3.      Untuk Mengetahui kesulitan –kesulitan yang dialami oleh tutor dan warga belajar.
4.      Untuk Mengetahui keadaan yang sesungguhnya di lingkungan warga belajar.
5.      Untuk Meningkatkan kualitas pengetahuan warga belajar dalam melaksakan kegiatan belajar membaca,menulis, dan berhitung.
6.      Untuk Meningkatkan proses komunikasi non verbal untuk mempermudah penderita buta aksara dalam berkomunikasi

E.   Jenis Pelayanan Bimbingan
Pelayanan dan bimbingan yang diberikan pada remaja pada program ini adalah proses pelayanan dan bimbingan:
1.      Pelayanan Bimbingan kelompok, karena dapat menampung banyak orang, yang mana bimbingan ini materinya dan pembelajarannya tidak diberikan didalam kelas. Karena tidak bersifat formal.
2.      pelayanan bimbingan sosial, yang mana dapat merubah sikap dan prilaku sekelompok orang, yang menimbulkan budi perkerti yang luhur , yang dapat berguna bagi dirinya untuk hidup bermasyarakat.
3.      Pelayanan bimbingan klasikal, yaitu dengan melakukan bimbingan yang terjadwal yang dilakukan seorang konselor untuk memberikan informasi dan pemahaman tentang sesuatu  terhadap klaennya dengan bertatap muka langsung.
F.   Metode Yang Digunakan
1.      Metode Batung Bingar (metode baca-tulis-hitung-bicara-dengar)
Batung Bingar itu sendiri adalah pendekatan sekaligus metode penuntasan buta aksara yang dikembangkan oleh BP-PAUDNI yang memiliki kelebihan utama pada percepatan penguasaan kompetensi membaca, menulis, dan berhitung untuk pemula.
Batung bingar itu sendiri kepanjangan dari mem­baca, menulis, berhitung, berbicara dan mendengar. Lima kompetensi inilah yang diramu oleh Tim Pengembang Model BP-PAUDNI Regional II Surabaya menjadi satu kesatuan kegiatan yang memungkinkan para penyandang buta aksara dapat mempercepat penguasaan keaksaraan. Dalam waktu 12 (dua belas) hari, penyandang buta aksara dijamin telah menguasai kemampuan membaca, menulis, dan berhitung dalam bahasa

2.      Metode kelompok
Dengan menggunakan metode ini, pembimbing atau penyuluh akan dapat memberikan bantuan bimbingan kepada pemuda yang buta aksara dengan lebih memahami kebutuhan pembelajaran mereka. Serta mampu menciptakan suasana yang menyenangkan dan nyaman antara tutor dengan warga belajar akan menjadikan KBM tersebut lebih efisien.

G.   Kendala yang Dihadapi dalam Pemberantasan Buta Huruf
Banyak sekali kendala yang dihadapi pemerintah untuk memberantas buta aksara mulai dari peserta didik sampai kepada anggaran biaya untuk kegiatan tersebut. Kendala tersebut dapat diperinci sebagai berikut:
1.      Keterbatasan kemampuan peserta didik berbahasa Indonesia sehingga proses pembelajaran terhambat. Peserta didik biasanya tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia sehingga terjadi kendala yang dihadapi oleh pengajar yang mengajar karena tidak nyambungnya bahasa yang dipergunakan, pengajar menggunakan bahasa Indonesia sedangkan peserta didik berbahasa daerah.
2.      Peserta didik kurang aktif dan masih malu-malu untuk mengikuti pembelajaran. Peserta didik yang kurang aktif dalam pembelajaran mungkin karena peserta didik bosen dan malas dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dan malu untuk mengikutinya. Sehingga banyak sehingga yang sudah mengikuti kegiatan tersebut yang tidak melanjutkan lagi.
3.      Masih adanya anak usia sekolah yang tidak bersekolah. Masih banyak ditemui anak usia sekolah yang seharusnya sekolah tapi mereka malah berada di tempat-tempat yang tidak layak, contohya mereka mengamen dan mengemis di perempatan di kota-kota besar, ada juga yang memulung sampah baik di tempat pembuangan sampah atau di jalan-jalan, kalau di pedesaan banyak yang menggembalakan hewan ternaknya.
4.      Banyak yang putus sekolah setip tahunnya. Banyak anak usia sekolah yang sudah bersekolah setengah jalan tapi tidak dilanjutkan atau putus sekolah.  Hal ini disebabkan oleh factor kemiskinan. Meskipun sudah ada Bantuan Operasional Sekolah tapi sebagian dari mereka tidak menikmati dana tersebut karena diselewengkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
5.      Pengajar yang kurang Professional. Pengajar harus seprofesional mungkin, pengajar harus mempunyai cara-cara dalam proses pembelajaran dan pengajar harus di beri pelatihan lagi oleh dinas pendidikan.
6.      Program pemberdayaan bukan sebagai program berkelanjutan tapi hanya program sesaat. Program memberantas buta aksara yang seharusnya menjadi program berkelanjutan malah menjadi program yang sesaat. Hal ini bisa terjadi karena pengajar dan peserta didik bosan dan bisa juga anggaran atau gaji untuk para pengajar tidak lagi turun.
7.      Kemampuan pemerintah (dalam penyediaan dana) yang terbatas. Pemerintah harus menyediakan anggaran pendidikan mininmal 20% di APBDnya, namun anggaran tersebut sering diselewengkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
8.      Banyak masyarakat penyandang buta aksara sudah terlalu tua sehingga kemampuan menyerap ilmu lebih lambat, belum lagi yang menderita gangguan pebgluhatan karena usia mereka yang sudah tidak muda lagi.
9.      Adanya data yang tidak valid atau peserta fiktif. Hal ini dikarenakan mungkin karena tidak ada peminat untuk mengikuti diklat dalam upaya pemberantasan buta aksara. Mereka yang tidak ikut kebanyakan telah mempunyai kesibukan sendiri seperti bekerja di saawah ataupun menjadi ibu rumah tangga.
10.  Dalam pelaksanaan program, terlalu memakan waktu sehingga tidak efisien bagi mahasiswa yang mempunyai kesibukan sendiri.

H.    Contoh Upaya Nyata yang Dilakukan Pemerintah Indonesia
Contoh  nyata upaya pemerintah dalam  program pengentasan buta aksara ini antara lain pada tahun 2005, Depdiknas telah menyusun Rencana Strategis Pembangunan Pendidikan Nasional; (Renstra Depdiknas) untuk tahun 2005 -2009 yang menitik beratkan kepada terwujudnya kehidupan  masyarakat, Bangsa dan Negara yang aman, bersatu, rukun dan damai, terwujudnya masyarakat bangsa dan negara yang menjunjung tinggi hukum, kesetaraan dan hak asasi manusia serta terwujudnya perekonomian yang ampuh menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan yang layak serta memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan, yang dilandasi keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia.
      Guna mewujudkan  itu, Menteri Pendidikan Nasional pada tahun 2006 sampai sekarang  ini telah menetapkan 3 pilar kebijakan pembangunan pendidikan agar setiap pengambil keputusan dan operator pendidikan di pusat maupun daerah memiliki komitmen bersama tentang pemerataan dan perluasan akses yang diarahkan pada upaya memperluas daya tampung satuan pendidikan sesuai dengan prioritas nasional, serta memberikan kesempatan yang sama bagi semua peserta didik dari golongan masyarakat yang berbeda, baik secara sosial, ekonomi, gender, lokasi tempat tinggal dan tingkat kemampuan intelektual serta kondisi fisik. Kebijakan tersebut ditujukan untuk meningkatkan kapasitas penduduk Indonesia agar dapat belajar sepanjang hayat dalam rangka pemenuhan hak warga negara terhadap pendidikan.
      Dari contoh di atas, dapat kita simpulkan bahwa pendidikan sangatlah diutamakan, demi terwujudnya esensi dari pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Sangat jelas di sini bahwa Pemerintah Indonesia sangat menjunjung tinggi pendidikan dan selalu berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui upaya pengentasan buta aksara, mulai dari Wajib Belajar 9 tahun hingga sekolah gratis dan program pemberantasan buta aksara yang diperuntukkan warga yang bukan anak-anak lagi. Namun pemberantasan buta aksara tidak lagi cukup pada membuat warga yang belum melek huruf  mampu membaca dan menulis. Program itu mesti diarahkan dan diintegrasikan untuk memberdayakan masyarakat menjadi lebih sejahtera. Upaya pemberantasan buta aksara diintegrasikan  juga untuk membuat warga berdaya dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, dan kehidupan berbangsa. Tantangan sekarang bukan sekadar buta aksara hilang, tapi membuat warga berdaya untuk memperbaiki taraf hidup.
      Pemerintah telah menetapkan fokus pemberantasan buta aksara. Fokus pemberantasan buta aksara tersebut terutama di daerah transmigrasi, pesisir, sekitar hutan, dan kepulauan. Selain itu, sasaran  juga diperkuat bagi masyarakat perbatasan, masyarakat perkotaan yang belum terlayani, santri/pesantren tradisional, serta komunitas adat terpencil. Hal ini dikarenakan, masyarakat yang tinggal di daerah ini belum mampu secara ekonomi untuk menuntaskan belajar formal mereka, serta kurangnya tenaga pengajar yang ada di daerah ini.
  Pemberantasan buta aksara merupakan salah satu fokus penting untuk memperbaiki indeks pembangunan manusia di tiap-tiap daerah. Berhasilnya program pemberantasan buta aksara akan membuat warga percaya diri dan berdaya untuk keluar dari kemiskinan dan keterbelakangan.

I.     Prosedur Pelaksanaan

A. Tempat dan Waktu
1. Tempat
Pelaksanaan praktek lapangan dilaksanakan di Desa Paya Angus Kec.Sungai Rotan Kab.Muara Enim
Pusat kegiatan lapangan di Desa Paya Angus kampung 1.Adapun tenaga tutorial untuk warga belajar nusa indah adalah sebagai berikut:
a. Pengelola      :Kepala desa Paya Angus
b. Tutor            :Eka Septyawati
     NIM           :821 999 931
2. Waktu
            Praktek lapangan kelompok belajar nusa indah di Desa Paya Angus dilaksanakan selama 6(enam) hari.Dimulai dari tanggal  04 Oktober – 09 Oktober 2010 dimulai dari pukul 14.00 - 16.00.

B.Materi Pelatihan
1. Materi
            Pembelajaran membaca,menulis dan berhitung adalah pembelajaran yang erat hubungannya dengan kehidupan sehari –hari dissesuaikan dengan keadaan masyarakat sekitar.

2. Media
            Pembelajaran membaca,menulis,dan berhitung untuk warga belajar yang rata –rata cukup umur yang diperlukan adalah pendekatan,metode,teknik,dan media yang tepat dalam pelaksanaan kegiatan tutorial.
            Adapun media –media yang dibutuhkan dalam pembelajaran ini adalah gambar –gambar pada karton,buku –buku cerita sederhana (bisa berupa buku cerita anak),soal –soal hitungan sederhana dsb.Media disesuaikan dengan masing –masing materi
. 
3. Sumber
* Standar Kompetensi Keaksaraan Tingkat Lanjutan
* Eyd

C. Strategi dan Deskripsi Kegiatan
            Seluruh kegiatan pembelajaran harus menekankan pada kemampuan berbahasa,membaca,dan menulis yang termasuk dalam kategori dalam berbahasa dalam kurikulum pendidikan dasar 1994 dinyatakan “Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia” adalah program untuk mengembangkan pengetahuan keterampilan berbahasa dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia.
            Lebih lanjut dalam rambu –rambu pengajaran dan sastra Indonesia butir ketujuh dijelaskan bahwapembelajaran bahasa mencakup mendengarkan,berbicara dan menulis sastra.Hasil yang diharapkan (Depdik Bup,1993:16-17).
            Materi “Keaksaraan Fungsional” yang kita tutorialkan adalah keterampilan membaca dan menulis oleh karena itu pembelajaran orang dewasa diperlukan teknik –teknik yang tepat.
            Kesulitan warga belajar dalam pembelajaran keterampilan membaca,menulis,dan berhitung disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
  1. Kurangnya pengetahuan warga belajar tentang teknik membaca,menulis,dan berhitung yang tepat.
  2. Keadaan ekonomi warga belajar.
  3. Kurangnya penyuluhan pemerintah tentang buta aksara.
  4. Kurangnya sarana dan prasarana

Usaha untuk mengatasi kesulitan tersebut dengan diberikannya bimbingan dan penyuluhan mengenai buta aksara oleh pemerintah maupun praktek lapangan secara langsung khususnya dalam bidang membaca dan menulis bagi warga belajar di pedesaan.Pendekatan yang dilakukan yaitu kontek lokal,desain lokal,dan proses partisipasi.

D. Tindak Lanjut
            Sebagai akhir kegiatan di kelompok belajar nusa indah banyak temuan –temuan yang bersifat positif dan ada juga sebaliknya.Dari hasil observasi awal sebagian warga belajar terdapat beberapa warga belajar yang belum lancar membaca,menulis,dan berhitung.Ada juga pernah duduk di bangku sekolah meskipun hanya tamat SD,kemudian mereka jarang menggunakan kemampuan baca,tulis,dan hitung mereka yang menyebabkan mereka buta aksara.
            Dari uraian di atas diketahui bahwasannya kegiatan keaksaraan fungsional ini sangat perlu unutuk ditindaklanjuti agarmereka dapat terus melatih kemampuan baca,tulis dan hitung mereka.Namun mengingat terbatasnya sarana dan prasarana yang tersedia serta keterbatasan waktu menyebabkan kita tidak dapat memaksa mereka untuk terus melatih kemampuan mereka.Maka dari itu kesadaran mereka untuk datang tepat waktu pada kegiatan keaksaraan fungsional ini amatlah membanggakan.
            Untuk masa yang akan datang kebutuhan belajar harus benar –benar kita persiapkan dengan baik agar apa yang kita harapkan dapat tercapai.