IMPLIKATUR DALAM ACARA STAND UP COMEDY DENGAN LAKON KOPER DI STASIUN METRO TV KAJIAN PRAGMATIK



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk sosial yang berkomunikasi dengan lingkungan disekitarnya. Bentuk dan cara penyampaian informasi yang digunakan bisa bermacam-macam dan menyesuaikan konteks yang sedang dihadapi. Austin (1962) di dalam bukunya How to Do THINGS with WORDS mengemukakan pandangannya bahwa dalam mengutarakan tuturan, seseorang dapat melakukan sesuatu selain mengatakan sesuatu.
Penutur dalam menyampaikan tuturannya bisa dilakukan dengan dialog atau monolog. Dialog biasa dilakukan oleh penutur yang berbicara dengan mitra tuturnya, sedangkan monolog adalah cara penutur menyampaikan informasi kepada orang lain namun tidak ada respon langsung dari mitra tutur.
Pragmatik menurut Levinson (Purmo, 1990:17) mengkaji empat hal meliputi dieksis, praanggapan, tindak tutur dan implikatur. Dieksis mempelajari ungkapan bahasa yang rujukannya berganti-ganti tergantung siapa yang berbicara, kepada siapa ia berbicara, dimana ia berbicara, dan kapan ia berbicara. Praanggapan menelaah anggapan yang dimiliki oleh masing-masing orang yang terlibat pembicaraan atau penuturan. Tindak tutur menelaah tindakan yang dilakukan penutur dalam berbicara atau mengucapan sesuatu. Implikatur adalah suatu ujaran yang mengandung informasi atau maksud yang tersembunyi dan dapat ditafsirkan menjadi bermacam-macam pengertian. Sesuai dengan empat hal di atas, peneliti memilih implikatur sebagai kajian penelitian.
Grice (dalam Soeseno, 1993:30 via Mulyana) mengemukakan bahwa implikatur ialah ujaran yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Sesuatu yang berbeda tersebut maksud pembicara yang tidak dikemukakan secara eksplisit. Dengan kata lain, implikatur adalah maksud, keinginan, atau ungkapan- ungkapan hati yang tersembunyi.
Monolog dengan maksud atau ungkapan hati yang tersembunyi maupun untuk menyindir kini lebih terkenal dengan sebutan Stand Up Comedy.  Para Comic, sebutan untuk pelaku Stand Up Comedybanyak ditemui dengan karakteristik berbeda-beda. Ujaran yang disampaikan biasanya mengangkat persoalan yang sedang aktual dengan memberikan sedikit humor namun tetap ada makna-makna ujaran sindiran. Acara Stand Up Comedy ini salah satunya ditayangkan oleh stasiun Metro TV.
Alasan penulis meneliti implikatur dalam acara Stand Up Comedy dengan lakon Koper di stasiun Metro Tv karena banyak ditemukan implikatur yang  disampaikan para comic. Implikatur tersebut menyinggung permasalahan politik yang sedang aktual mengenai pemberitaan korupsi yang melibatkan politisi Angelina Sondak dan beberapa anggota pemerintah lain.
Selain itu Stand Up Comedy merupakan media yang tergolong baru dalam menyampaikan sebuah kritikan sehingga perlu dikaji. Stand Up Comedy juga bisa dijadikan sebagai tontonan yang menghibur namun cerdas karena lelucon yang disampaikan mempunyai maksud-maksud tertentu. Penonton tidak hanya terhibur karena bisa tertawa namun juga mempunyai pengetahuan baru mengenai persoalan yang sedang aktual dibicarakan dengan kemasan yang berbeda.

B.     Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka diperoleh identifikasi masalah sebagai berikut:
1.      Jenis Implikatur dalam acara Stand Up Comedy dengan lakon Koper di stasiun Metro Tv.
2.       Wujud Implikatur dalam acara Stand Up Comedydengan lakon Koper di stasiun Metro Tv.
3.      Makna Implikatur dalam acara Stand Up Comedy dengan lakon Koper di stasiun Metro Tv.

C.    Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah tersebut, maka dibatasi menjadi seperti berikut:
1.      Wujud Implikatur dalam acara Stand Up Comedy dengan lakon Koper di stasiun Metro Tv.
2.      Makna Implikatur dalam acara Stand Up Comedy dengan lakon Koper di stasiun Metro Tv.

D.    Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah Wujud Implikatur dalam acara Stand Up Comedy dengan lakon Koper di stasiun Metro Tv?
2.      Bagaimanakah Makna Implikatur dalam acara Stand Up Comedy dengan lakon Koper di stasiun Metro Tv?

E.     Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka diperoleh tujuan penelitian sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui Wujud Implikatur dalam acara Stand Up Comedy dengan lakon Koper di stasiun Metro Tv.
2.      Untuk mengetahui Makna Implikatur dalam acara Stand Up Comedy dengan lakon Koper di stasiun Metro Tv.

F.     Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut:
1.      Manfaat teoritis
a.       Sebagai sumbangan ilmu pembelajaran bahasa khususnya pada kajian ilmu bahasa Indonesia kaitannya dengan penggunaan implikatur dalam Stand Up Comedy.
b.      Menambah khasanah kepustakaan hasil penelitian dalam bidang bahasa.
2.      Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak.











BAB II
KAJIAN TEORI
A.    Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan mengenai implikatur pernah dilakukan oleh Ristri Wahyuni mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun 2011 dengan judul “Implikatur dan Struktur Butir Utama Wacana dalam Iklan Kartu Handphone (Provaider) di Internet” tahun 2011. Penelitian ini mengidentifikasi dua permasalahan yaitu implikatur dalam iklan kartu handphone di internet dan struktur butir utama dalam iklan kartu handphone di internet. Pengumpulan data dengan menggunakan teknik rekam, teknik simak, dan teknik catat.
Makna implikatur yang terdapat dalam tuturan-tuturan kartu handphone meliputi (1) penutur menyuruh atau memberikan perintah atau meminta lawan tutur untuk memakai produk yang diiklankan, (2) penutur mempengaruhi lawan tutur untuk membeli produk, (3) penutur mengajak lawan tutur memakai produk, (4) penutur meyakinkan lawan tutur mengenai kualitas produk yang baik, (5) penutur mengira mitra tutur sudah menggunakan produk yang diiklankan, (6) penutur membujuk untuk merayu lawan tutur, (7) penutur mengingatkan lawan tutur untuk tidak lupa memakai produk yang diiklankan (9) penutur meminta tolong kepada lawan tutur, (10) penutur memuji produk yang dipakai (11) penutur telah mengetahui kualitas produk, (12) penutur memaksa lawan tutur untuk membeli produknya (13) penutur tidak mempunyai dan tidak memakai produk yang diiklankan (14) penutur merasa sedih dan kecewa dengan mitra tutur, (15) penutur terpengaruh dengan tuturan iklan (16) penutur membohongi lawan tutur (17) penutur menipu lawan tutur, (18) penutur menasehati lawan tutur.
Struktur butir iklan yang terdapat dalam iklan kartu handphone terdiri dari (1) proposisi yang menekankan keuntungan calon konsumen sebanyak 9 iklan, (2) Proposisi yang membangkitkan rasa ingin tahu para calon konsumen sebanyak 2 iklan, (3) proposisi yang menuntut perhatian lebih banyak 1 iklan, (4) proposisi yang berupa pertanyaan yang menuntut perhatian lebih dari proposisi yang menekankan keuntungan calon konsumen sebanyak 1 iklan, (5) proposisi yang memberikan komando dan menekankan keuntungan calon konsumen sebanyak 8 iklan.
Persamaan penelitian tersebut dengan yang dilakukan oleh peneliti adalah keduanya menganalisis makna implikatur. Perbedaannya adalah Ristri Wahyuni menggunakan struktur butir utama iklan, sedangkan peneliti mencari wujud implikatur.. Selain itu objek penelitian juga berbeda, Ratri Wahyuni meneliti tentang Wacana dalam Iklan Kartu Handphone (Provaider) di Internet sedangkan peneliti menganalisis implikatur pada acara Stand Up Comedy dengan lakon Koper di stasiun Metro Tv. Acara Stand Up Comedymerupakan acara yang tergolong baru, jadi walaupun dianalisis dengan menggunakan implikatur, peneliti yakin akan ditemukan hal-hal baru dalam penelitian ini.

B.     Kerangka Teoritik
1.      Pengertian Pragmatik
Definisi pragmatik dikemukakan oleh beberapa ahli dengan redaksi yang berbeda. Thomas (1995: 22), dengan mengandaikan bahwa pemaknaan merupakan proses dinamis yang melibatkan negosiasi antara pembicara dan pendengar serta antara konteks ujaran (fisik, sosial, dan linguistik) dan makna potensial yang mungkin dari sebuah ujaran ujaran, mendefinisikan pragmatik sebagai bidang yang mengkaji makna dalam interaksi (meaning in interaction).
Morris (1960) mengatakan bahwa pragmatik merupakan disiplin ilmu yang mempelajari pemakaian tanda, yang secara spesifik dapat diartikan sebagai cara orang menggunakan tanda bahasa dan cara tanda bahasa itu diinterpretasikan. yang dimaksud orang menurut definisi tersebut adalah pemakai tanda itu sendiri, yaitu penutur.
Menurut Leech (1993:8), Pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar  (speech situations) yang meliputi unsur-unsur penyapa dan yang disapa, konteks, tujuan, tindak ilokusi, tuturan, waktu, dan tempat.
Yule (1996:3) menyebutkan empat definisi pragmatik , yaitu:
a.       Bidang yang mengkaji makna penutur
b.      Bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya
c.       Bidang yang melebihi kajian tentang makna yang diujarkan, mengkaji makna yang dikomunikasikan atau terkomunikasikan oleh pembicara
d.      Bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi participant yang terlibat dalam percakapan tertentu.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahawa pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang mengkaji segala aspek makna tuturan berdasarkan maksud penutur.

2.      Aspek-aspek Situasi Ujar
Pragmatik adalah suatu kajian yang makna dan hubungannya dengan situasi ujar. adapun aspek-aspek dalam situasi ujar, yaitu:
a.       Yang menyapa (penyapa) atau yang disapa (pesapa).
Orang yang menyapa (penutur) dan orang (petutur). Jadi, penggunaan penutur dan petutur membatasi pragmatic pada bahasa lisan saja.
b.      Konteks sebuah tuturan
Berkaitan dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan. Konteks diartikan sebagai suatu pengetahuan latar belakang yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan petutur yang membantu petutur menafsir makna tuturan.
c.       Tujuan sebuah tuturan
Berkaitan dengan maksud penutur mengucapkan sesuatu.
d.      Tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegaiatn tindak ujar
Pragmatik berurusan dengan tindak-tindak atau performansi-performansi verbal yang terjadi dalam situasi dan waktu tertentu.
e.       Tuturan sebagai produk tindak verbal
Tindak ilokusi / ilokusi untuk mengacu pada tindakan-tindakan tuturan seperti yang dinyatakan dalam dan memakai istilah tuturan untuk mengacu pada tindakan tuturan seperti yang telah diterangkan dalam tindak ujar. Dengan memakai istilah tuturan untuk mengacu produk linguistic tindakan tersebut. Dengan demikian, dalam komunikasi yang berorientasi tujuan, meneliti sebuah tuturan merupakan usaha merekonstruksi tindakan apa yang menjadi tujuan penutur ketika ia meronstruksi tindakan apa yang menjadi tujan penutur ketika ia memproduksi tuturannya.

3.      Wujud Tuturan
Wujud tuturan adalah bentuk tuturan yang digunakan penutur untuk menyampaikan pesan kepada lawan tutur. Menurut Alwi (2003) wujud tuturan tersebut berupa tuturan kalimat berita (kalimat deklaratif), kalimat tanya (kalimat interogatif), kalimat perintah (kalimat imperatif) dan kalimat seru (kalimat ekslamatif).
a.       Kalimat Berita (Kalimat Deklaratif)
Kalimat berita juga dikenal dengan kalimat deklaratif. Dari segi bentuknya ada yang berbentuk inversi, runtut, bentuk aktif, bentuk pasif, dan sebagainya (Alwi, 2003: 353) dalam pemakaian bahasa bentuk kalimat berita umumnya digunakan oleh pembicara untuk membuat pertanyaan sehingga isinya merupakan berita bagi pendengar atau pembacanya.
b.      Kalimat Tanya (Kalimat Interogatif)
Kalimat tanya disebut juga kalimat interogatif. Kalimat tanya berfungsi untuk menyanyakan sesuatu. Secara formal kalimat tanya ditandai oleh kehadiran kata tanya seperti apa, siapa, berapa, kapan dan bagaimana dengan atau tanpa partikel –kah sebagai penegas (Alwi, 2003: 353). Berdasarkan nilai komunikatifnya kalimat tanya dibedakan menjadi kalimat interogatif informasi dan kalimat interogatif konfirmatoris. Kalimat interogatif informatif menuntut pendengar memberikan informasi kepada pembicara, sedangkan kalimat interogatif konfirmatoris menuntut pendengar supaya menyatakan setuju atau tidak setuju mengenai hal yang diungkapkan oleh pembicara (Lapoliwa via Nadar, 2009: 72)
c.       Kalimat Perintah (Kalimat Imperatif)
Kalimat perintah atau suruh juga dikenal dengan kalimat imperatif. Kalimat perintah berfungsi untuk memerintah atau meminta agar lawan tutur melakukan sesuatu seperti yang diinginkan oleh penutur. Ditinjau dari isinya, kalimat perintah dapat dibedakan menjadi enam jenis. (Alwi 3003: 353)
1)      Perintah atau suruhan biasa, jika pembicara menyuruh lawan bicaranya berbuat sesuatu.
2)      Perintah halus, jika pembicara tampaknya tidak memerintah lagi, tetapi menyuruh mencoba atau mempersilakan lawan bicara sudi berbuat sesuatu.
3)      Permohonan, jika pembicara meminta lawan bicara melakukan sesuatu demi kepentingannya.
4)      Ajakan dan harapan, jika pembicara mengajak atau berharap lawan bicara berbuat sesuatu.
5)      Larangan atau perintah negatif, jika pembicara menyuruh agar jangan melakukan sesuatu.
6)      Pembiaran, jika pembicara meminta agar jangan dilarang.
Ciri-ciri kalimat perintah yaitu:
-          Intonasi yang ditandai nada rendah di akhir tuturan
-          Pemakaian partikel penegas, penghalus, dan kata tugas ajakan, harapan, permohonan, dan larangan
-          Susunan inversi sehingga urutanyya menjadi tidak selalu terungkap predikat-subjek jika diperlukan
-          Pelaku tindakan tidak selalu terungkap.
d.      Kalimat Seru (Kalimat Eksklamatif)
Kalimat seru juga disebut kalimat eksklamatif. Secara formal kalimat seru ditandai dengan kata alangkah, betapa, dan bukan main pada kalimat berpredikat adjektival. Kalimat seru ini juga dinamakan kalimat interjeksi biasa digunakan untuk menyatakan perasaan kagum atau heran (Alwi 2003: 362).

4.      Implikatur
a.      Hakekat Implikatur
Implikatur dikenalkan Grice (1975), Pratt (1981), Brown & Yule (1986), Carston (1991) dalam beberapa karya mereka. Istilah implikatur diantonimkan dengan istilah eksplikatur. Secara sederhana implikatur adalah makna tidak langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh yang tersurat (eksplikatur). Implikatur dimaksudkan sebagai suatu ujaran yang menyiratkan suatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Menggunakan implikatur dalam percakapan berarti menyatakan sesuatu secara tidak langsung.
Grice (dalam Soeseno, 1993:30 via Mulyana) mengemukakan bahwa implikatur ialah ujaran yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Sesuatu yang berbeda tersebut maksud pembicara yang tidak dikemukakan secara eksplisit. Dengan kata lain, implikatur adalah maksud, keinginan, atau ungkapan-ungkapan hati yang tersembunyi.
Secara etimologis, implikatur diturunkan dari implikatum. Secara nominal, istilah ini hampir sama dengan implication. Yang artinya maksud, pengertian, keterlibatan (Echols, 1984:313 via Mulyana). Dalam lingkup analisis wacana, implikatur berarti sesuatu yang terlibat atau menjadi bahan pembicaraan.
Secara struktural, implikatur berfungsi sebagai jembatan atau rantai yang menghubungkan antara “yang diucapkan” dan “yang diimplikasikan”. Jadi, suatu dialog yang mengandung implikatur akan selalu melibatkan penafsiran yang tidak langsung. Dalam komunikasi verbal, implikatur biasanya sudah diketahui oleh para pembicara, dan karenanya tidak perlu diungkapkan secara eksplisit. Dengan berbagai alasan, implikatur justru sering disembunyikan agar hal yang diimplikasikan tidak nampak terlalu mencolok.
Lebih jauh, PWJ Nababan (1987: 28) via Mulyana menyatakan bahwa implikatur berkaitan erat dengan konvensi kebermaknaan yang terjadi di dalam proses komunikasi. Konsep ini kemudian dipahami untuk menerangkan perbedaan antara hal “yang diucapkan” dengan hal “yang diimplikasikan”.

b.      Konsep Implikatur
Implikatur dalam suatu percakapan atau wacana dialog diperlukan antaralain untuk (Levinson via Mulyana 2005: 13-14) pertama konsep implikatur menjelaskan fungsional atas fakta-fakta kebahasaan yang tidak terjangkau oleh teori-teori linguistik struktural. Kedua, konsep implikatur memberiakn penjelasan yang tegas dan eksplisit tentang bagaima keungkinan pemakai bahasa dapat menangkap pesan walaupun hal yang diucapkan secara lahiriah berbeda dengan hal yang di maksud. Ketiga, konsep implikatur dapat menyederhanakan strktur dan isi deskripsi semanti. Keempat, konsep implkikatur dapat menjelaskan beberapa fakta dan gejala kebahasaan yang secara lahiriah tidak berkaitan.


c.       Jenis-jenis Implikatur
Grace (1975:44) via Mulyana menyatakan bahwa ada dua jenis implikatur, yaitu conventional implicature (implikatur konvensional) dan conversation implicature (implikatur percakapan). Berikut ini merupakan penjelasan dari kedua implikatur tersebut.
1)      Implikatur Konvensional
Implikatur konvensional ialah implikatur yang ditentukan oleh arti konvensial kata-kata yang dipakai. Maksudnya adalah pengertian yang sifatnya umum dan konvensional. Semua orang umumnya sudah mengetahui (mafhum) tentang maksud dan pengertian sesuatu hal tertentu.
Contoh:
Lestari putri Solo, jadi ia luwes.
Implikasi umum yang dapat diambil antara putri Solo dengan luwes adalah selama ini kota Solo selalu mendapat predikat sebagai kota kebudayaan yang penuh dengan kehalusan dan keluwesan putri-putrinya. Implikasi yang muncul adalah, bahwa perempuan atau wanita Solo umumnya dikenal luwes penampilannya.
Implikatur konvensional bersifat nontemporer. Artinya makna atau pengertian tentang suatu bersifat lebih tahan lama. Suatu leksem yang terdapat dalam suatu bentuk ujaran, dapat dikenai implikasinya karena maknanya yang tahan lama dan sudah diketahui secara umum.
2)      Implikatur Percakapan
Implikatur percakapan memiliki makna dan pengertian lebih bervariasi. Pasalnya pemahaman terhadap hal yang dimaksudkan sangat bergantung pada konteks terjadinya percakapan. Implikatur percakapan hanya muncul dalam suatu tindak percakapan (speech act). Oleh karenanya, implikatur tersebut bersifat temporer (terjadi saat berlangsungnya tindak percakapan), dan non kenvensional (sesuatu yang diimpikasikan tidak mempunyai relasi langsung dengan tuturan yang diucapkan) (Levinson, 1991:177 via Mulyana).
Contoh:
Ibu: Ani, adikmu belum makan.
Ani: ya, Bu. Lauknya apa?
Percakapan antara ibu dengan Ani mengandung implikatur yang bermakna ‘perintah menyuapi’. Dalam tuturan itu tidak ada sama sekali bentuk perintah. Tuturan yang diucapkan ibu hanyalah pemberitahuan bahwa ‘adik belum makan’. Namun karena Ani dapat memahami implikatur yang disampaikan ibunya, ia menjawab dan kesiapan untuk melaksanakan perintah ibunya tersebut.
Grice (dalam Wiryotinoyo, 1996:40-41) menyampaikan bahwa ada lima ciri implikatur konversasional (percakapan). Pertama, dalam keadaan tertentu implikatur percakapan dapat dibatalkan, baik dengan cara eksplisit atau pun dengan cara kon-tekstual (cancellable). Kedua, ketidakterpisahan dengan cara mengatakan sesuatu itu sehingga orang memakai tuturan bermuatan implikatur percakapan untuk menyampaikannya (nondetachable). Ketiga, implikatur percakapan mempersyaratkan makna konvensional dari kalimat yang dipakai, tetapi isi implikatur percakapan tidak masuk dalam makna konvensional tuturan tersebut (nonconventional). Keempat, kebenaran isi implikatur percakapan tidak tergantung pada apa yang dikatakan (calculable). Kelima, implikatur percakapan tidak dapat diberi penjelasan spesifik yang pasti sifatnya (indeterminate).
Keberadaan implikatur dalam suatu percakapan (wacana dialog) diperlukan antara lain untuk:
a)      Memberi penjelasan fungsional atas fakta-fakta kebahasaan yang tidak terjangkau oleh teori-teori linguistik struktural
b)      Menjembatani proses komunikasi antar penutur
c)      Memberi penjelasan yang tegas dan eksplisit tentang bagaimana kemungkinan pemakai bahasa dapat menangkap pesan, walaupun hal yang diucapkan secara lahiriah berbeda dengan hal yang dimaksud.
d)     Dapat menyederhanakan pemerian semantik dari perbedaan hubungan antarkalusa, meskipun klausa-klausa itu dihubungkan dengan kata dan struktur yang sama
e)      Dapat menerangkan berbagai macam fakta dan gejala kebahasaan yang secara lahiriah tidak berkaitan (Levinson dalam PWJ Nababan, 1987:28 via Mulyana).
5.      Stand Up Comedy
a.      Pengertian Stand Up Comedy
Stand Up Comedy merupakan bentuk dari seni komedi atau melawak yang disampaikan secara monolog kepada penonton. Biasanya ini dilakukan secara live dan komedian akan melakukan one man show. Meskipun di sebut dengan stand up comedy, komidian tidaklah selalu berdiri dalam menyampaikan komedinya. Ada beberapa komidian yang melakukannya dengan duduk dikursi persis seperti orang yang sedang bercerita.
Dalam masalah penampilan, pertunjukan ini bisa dikatakan tidaklah terlalu ribet mengaturnya. Begitu sederhananya bentuk pertunjukan ini, seorang komedian bisa tampil meski dengan hanya memakai t-shirt dan celana pendek. Meski demikian, tetaplah tidak mudah untuk menjadi pelaku Stand Up Comedy. Selain faktor "harus bisa melucu", tekanan mental juga pasti akan hadir selama penampilan. Jika lelucon yang diberikan tidak dimengerti atau bahkan tidak dianggap lucu, para audiens tentu tidak akan tertawa dan yang lebih parah mereka malah mencibir komedian yang tampil. Pelaku Stand Up Comedy disebut Stand Up Comic atau Comic.

b.      Sejarah Stand Up Comedy
Dalam sejarahnya, Stand Up Comedysendiri telah ada di abad ke 18 di Eropa dan Amerika. Disana pelaku komedian ini biasa disebut dengan "stand up comic" atau secara singkat disebut dengan "comic". Para comic ini biasanya memberikan beragam cerita humor, lelucon pendek atau kritik-kritik berupa sindiran terhadap sesuatu hal yang sifatnya cenderung umum dengan berbagai macam sajian gerakan dan gaya.
Beberapa comic pun bahkan menggunakan alat peraga untuk meningkatkan performa mereka di atas panggung. Stand Up Comedy biasanya dilakukan di kafe, bar, universitas dan teater.
Dalam Stand Up Comedy, seorang comic seharusnya memiliki konsep atau materi sebagai bahan lelucon dan tak mustahil jika terdapat lelucon yang berbau cabul, rasis dan vulgar di Stand Up Comedy. Mereka biasanya membuat scriptdan catatan-catatan kecil dalam rangka untuk mempermudah mereka dalam berkomedi.
Di luar negeri ada banyak comicterkenal, misalnya, adalah Jerry Seinfield, Eddie Izzard, Akmal Saleh, Daniel Tosh, dan lain lain. Aktor Hollywood terkenal seperti Woody Allen, Rowan Atkinson, Chris Rock, Will Ferrell dan Jim Carrey yang pernah bergelut di bidang ini. Rata-rata dari mereka, bintang Hollywood mengawali karirnya surut pertama di dunia Stand Up Comedysebelum dikenal seperti sekarang ini.

c.       Stand Up Comedy Indonesia
Di Indonesia sendiri, Stand Up Comedysebenarnya sudah ada sejak dahulu. Nama-nama beken seperti (alm) Taufik Savalas, Butet Kertaradjasa dan Ramon P. Tommybens telah lama ada di Stand Up Comedy di Indonesia. Perkembangan terakhir, muncul nama-nama baru lagi seperti Iwel, Pandji Pragiwaksono, Asep Suadji serta Raditya Dika.
Dulu Stand Up Comedy kurang mendapat respon yang dari masyarakat, mungkin pada saat itu masyarakat cenderung lebih suka akan "physical comedy" dari pada  Stand Up Comedy. Namun sekarang Stand Up Comedy hadir kembali untuk memberi alternatif hiburan di tengah semaraknya hiburan komedi yang kelihatannya hanya "begitu - begitu saja".

d.      Stand Up Comedy secara Tradisional
Secara tradisi sebenarnya masyarakat Indonesia sudah mengenal Stand Up Comedy. Hanya saja mungkin dalam kemasan yang sedikit berbeda. Beberapa diantaranya adalah:
1)      Dagelan Mataram misalnya, biasanya memulai acara dengan memunculkan seorang pelawak yang bermonolog, sebut saja misalnya Basiyo. Setelah ger-geran antara lima hingga sepuluh menit, barulah format kelompok beraksi.
2)      Pertunjukan ketoprak. Di pertunjukan ketoprak, khusunya pada segmen dagelan, seorang pelawak biasanya membuka komunikasi beberapa saat dengan penonton kemudian disusul interaksi dengan pelawak atau pemain lain.
3)      Kesenian Ludruk. di pertunjukan ludruk, sesi Jula-juli, menampilkan pelawak tunggal yang selain menyanyikan lagu Jula-juli dengan syair-syair kocak yang terus-menerus diperbarui, juga bermonolog sambil menyelipkan bahan-bahan lucu di antara celetukan-celetukan ringannya.
4)      Wayang. Meski wayang isinya tidak seratus persen mengenai komedi. Namun saat punakawan muncul, ki dalang selalu menampilkan sisi komedi. Ki dalang pada saat itu hampir bisa dikatakan berperan sebagaimana layaknya seorang comic.
























BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Subjek dan Objek Penelitian
Menurut KBBI (2002:1093) subjek penelitian merupakan pokok pembicaraan atau pokok bahasan dalam penelitian, sedangkan objek penelitian berarti hal yang dijadikan sasaran untuk diteliti.
Subjek penelitian ini adalah bahasa yang digunakan para comic dalam acara Stand Up Comedy lakon Koper di Metro Tv. Objek penelitian ini adalah implikatur dalam acara Stand Up Comedy lakon Koper di Metro Tv.

B.     Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak karena cara yang diperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa (Mahsun 2007: 92). Istilah menyimak di sini tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara tertulis. Teknik pengumpulan data merupakan upaya peneliti penyediakan data secukupnya yang hanya bertujuan untuk kepentingan analisis (Sudaryanto via Wahyuni, 2011: 41).
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simak, teknik dokumentasi dan teknik catat. Teknik simak dilakukan untuk menyimak data yang akan diteliti. Teknik simak ini menggunakan teknik simak bebas libat cakap (SBLC) yaitu si peneliti hanya berperan sebagai pengamat pengguna bahasa oleh para informannya (Mahsun, 2004: 93).
Dalam teknik SBLC alat yang digunakan adalah diri peneliti sendiri. Akan tetapi dalam teknik SBLC peneliti tidak dilibatkan langsung untuk ikut menentukan pembentukan dan pemunculan salon data, kecuali hanya sebagai pemerhati (Mahsun, 2004:93). Dalam hal ini peneliti mengamati atau memperhatikan tanyangan acara Stand Up Comedy yang ditayangkan di Metro Tv. Stand Up Comedy lakon Koper ini ditayangkan 2 episode yaitu tanggal 17 dan 18 Februari 2012 jam 22.00 WIB. Teknik dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengunduh video Stand Up Comedy lakon Koper dari You Tube, tujuannya adalah untuk melihat kembali tayangan tersebut sehingga proses penelitian menjadi lebih mudah. Teknik catat adalah teknik lanjutan yang dilakukan ketika menerapkan metode simak dengan teknik di atas.
Teknik catat dalam penelitian ini dilakukan pada saat selesai terkumpul. Teknik catat dilakukan untuk memindahkan data pada kartu data dan mengklasifikasikan kartu data. Hasil analisis kartu data dimasukkan ke dalan lembar analisis data agar dapat disesuaikan dengan konteksnya.

C.    Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah human instrument yaitu manusia sebagai peneliti dengan pengetahuannya menjaring data. Instrumen ini terdiri dari perangkat lunak dan perangkat keras. Perangkat lunak dalam penelitian ini adalah kriteria-kriteria yang digunakan untuk menetapkan bahwa tuturan dalam Stand Up Comedy merupakan data penelitian. Kriteria tersebut meliputi wujud pengungkapan implikatur dan jenis-jenis implikatur. Kriteria wujud implikatur berupa kalimat berita, kalimat perintah, kalimat tanya dan kalimat seru.
Perangkat keras dalam penelitian ini menggunalan alat bantu berupa televisi untuk menonton acara Stand Up Comed di Metro Tv, laptop untuk memutar kembali video Stand Up Comedy dan flasdisk untuk menyimpan data, kartu data dan alat tulis. Kartu data digunakan untuk mencatat dan megidentifikasi data yang ditemui. Kemudian alat tulis digunakan untuk mencatat data-data yang relevan. Penggunaan kartu data mempermudah peneliti dalam pengecekan data. Selai itu alat tulis berfungsi sebagai alat bantu untuk mencatat data-data relevan yang diperoleh  dari sumber data tersebut.
Contoh bentuk kartu data:


Comic  : Boris-Copet
Dta      : komisi pemberantasan kawan
Wjd     : kalimat berita
Imp      : disidik-sidik aku sama komisi pemberantasan kawan itu.
01/240212

 
 









Keterangan:
Comic        : Pelaku Stand Up Comedy
Dta                        : data
Wjd           : Wujud Implikatur
Imp            : implikatur
01              : urutan data
24              : tanggal pengambilan data
02              : bulan pengambilan data
12              : tahun pengambilan data

D.    Metode dan Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan. Yaitu metode dengan alat penentunya berada di luar bahasa, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan (Haugen dalam Soeparno, 2002: 119).
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data yaitu mengatur dan mengurutkan data yang terkumpul, melakukan analisis terhadap tiap-tiap data, memberikan kode, dan dikelompokkan berdasarkan kategori yang telah ditentukan. Data yang sudah diklasifikasikan diseleksi dan dianalisis kemudian disajikan dalam bentuk tabel-tabel rangkuman berdasarkan hasil temuan yang meliputi wujud tuturan dan makna implikatur.








DAFTAR PUSTAKA
Cummings, Louse. 2007. Pragmatik Sebuah Prespektif Multidisipliner. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Leech, Goeffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: UI Press.
Mulyana. 2005. Kajian Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Ristri Wahyuni. 2011. Implikatur dan Struktur Butir Utama Wacana dalam Iklan Kartu Handphone (Provider) di Intenet. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.
Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.
Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


LAMPIRAN
Comic       : Boris-Copet
Dta           : komisi pemberantasan kawan
Wjd          : kalimat berita
Imp           : disidik-sidik aku sama komisi pemberantasan kawan itu.
01/240212
Contoh di atas dapat diketahui bahwa comic dalam Stand Up Comedy bernama Boris. Nama panggungnya adalah Boris-Copet dan ciri khasnya adalah berbicara dengan dialek Batak. Wujud implikaturnya berupa kalimat berita. Boris sengaja mengatakan kepanjangan dari KPK bukan Komisi Pemberantasan Korupsi melainkan Komisi Pemberantasan Kawan. Implikatur dalam ujaran tersebut adalah selama ini lembaga KPK yang seharusnya memberantas korupsi tetapi malah banyak dari anggotanya yang melakukan korupsi. Dalam ranah politik, korupsi sering dilakukan secara berkelompok sehingga jika ada salah satu yang tertanggap, yang lainnya juga akan tertanggap seperti istilah Komisi Pemberantasan kawan seperti yang diucapkan Boris.

Comic       : Miund
Dta           : chek in-nya bukan di hotel
Wjd          : kalimat berita
Imp           : kemana-mana kita pergi check in. Check in-nya bukan di hotel, kecewa gue.
02/240212
Sama seperti Boris, wujud implikatur Miund, comic yang mempunyai profesi sebagai mahasiswa juga menggunakan kalimat berita. Implikaturnya adalah mengenai kata check in yang biasanya dilakukan di hotel dengan makna yang negatif, namun dalam tuturan ini maksudnya adalah check in ketika di jejaring sosial misalnya facebook agar pengguna tahu keberadaannya.

Comic       : Butet Kartaredjasa
Dta           : orang yang paling sial di Indonesia bukan Angelina Sondak atau Anas Urbaningrum.
Wjd          : kalimat berita
Imp           : saya malam ini sedih karena orang yang paling sial di Indonesia bukan Angelina Sondak atau Anas Urbaningrum, tetapi saya yang merasa sudah tidak lucu lagi.

03/240212

Implikatur ujaran Butet Kartaredjasa yaitu menyinggung Angelia Sondak dan Anas Urbaningrum yang sedang terjerat kasus korupsi. Ia sesungguhnya tidak pantas membandingkan jika ia adalah orang yang paling sedih seindonesia kerena sudah tidak lucu, karena yang pantas malu dan sedih adalah mereka para koruptor yang terlihat lucu karena berbohong untuk menutupi tindakan korupsi mereka.