Psikolinguistik



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Psikolinguistik termasuk salah satu cabang linguistik yang kerap perkembangannya pesat karena membuka diri dalam temuan disiplin ilmu lain sebagai alat bantu untuk menginterpretasikan masalah pemerolehan bahasa (language acguisition) serta komprehensi dan produksi bahasa (speech comprehension and production).
Psikolinguistik merupakan salah satu cabang linguistik yang kompleks. Ahli psikolinguistik dituntut untuk dapat melakukan analisis pada semua tataran linguistik (fonologi-morfologi-sintaksis-wacana-semantik-pragmatik) dengan baik karena psikolinguistik berusaha memahami bagaimana bahasa berbahasa di otak manusia. Selain itu, psikolinguistik juga mempertanyakan kembali apakah terdapat bukti biologis bahwa bahasa bersifat anugerah kodrati (innate properties) sebagaimana dicetuskan oleh Chomsky. Kajian psikoliguistik akan memberi kajian yang bermanfaat untuk perencanaan bahasa jika penelitian tentang pemerolehan bahasa pertama (chil language acquisition) ditingkatkan.
Pemerolehan bahasa oleh anak-anak dapat diketahui dengan mengadakan penelitian mengenai bahasa anak itu sendiri. Penelitian itu penting karena bahasa anak memang manarik untuk diteliti. Selain itu juga hasil penelitiannya pun dapat membantu mencari solusi pada aneka ragam masalah serta dari hasil penelitian itu pula jelaslah bahwa fenomena pemerolehan bahasa relevan bagi perkembangan teori linguistik.
Ada empat teori yang digunakan untuk meneliti perkembangan bahasa pada anak yaitu menurut Nababan, Clara dan W. Stern, Aichison dan menurut Lenne Berg. Perkembangan bahasa anak menurut Nababan terdiri dari empat tahap. Tahap I Pengocehan (6 bulan), tahap II Satu Kata, Satu Frase (1 tahun), tahan III Dua kata, Satu Frasa (2 tahun), tahap IV Menyerupai Telegram (di atas 2 tahun).
Menurut Clara dan W. Stern, perkembangan bahasa anak terdiri dari lima Stadia. Stadia Mula (0,0-1,0), Stadia Pertama (1,0-1,6), Stadia Kedua (1,6-2,0), Stadia Ketiga (2,0-2,6), dan Stadia keempat (2,6-3,6).
Perkembangan bahasa anak menurut Aichison terdiri dari sepuluh tahap. Umur  0,3 (mulai dapat meraba), umur 0,9 (mulai terdengar pola intonasinya), umur 1,0 (dapat membuat kalimat satu kata), umur 1,3 (haus akan kata-kata), umur 1,8 (menguasai kalimat dua kata), umur 2,0 (dapat membuat kalimat empat kata, dapat membuat kalimat negatif, menguasai infleksi, pelafalan vokal telah sempurna), umur 3,6 (pelafalan konsonan mulai sempurna), umur 4,0 (penguasaan kalimat secara tepat, tetapi masih terbatas),  umur 5,0 (konstruksi morfologis telah sempurna), umur 10,0 (matang berbicara).
Menurut Lenne Berg perkembangan bahasa anak adalah sebagai berikut :
Umur
Motorik
Vokalisasi Bahasa
3 bulan
Tengkurap mengangkat kepala, bertumpu pada siku, tangan selalu terbuka, belum ada refleks memegang
Tidak menangis jika didekati dan diangguki tersenyum diikuti bergumam selama kurnag lebih 15-20 detik
4 bulan
Suka permainan yang berbunyi, dapat memutar kepala, menatap mata pembicara
Mereaksi terhadap bunyi bahasa kadang-kadang tertawa
5 bulan
Duduk dengan disangga
Bergumam dengan konsonan dan vokal
6 bulan
Dapat memegang dengan jari
Tekanan sudah cukup jelas
1 tahun
Dapat merangkak, duduk di lantai, berdiri dipegang
Suka menirukan kata-kata, telah mengerti pertanyaan
1,6 tahun
Memegang dan melepas, mendorong naik turuk kursi
Membuat kalimat 2 kata sudah mengerti kalimat belum lancar menghubungkan kata-kata
2,0 tahun
Berjalan kadang-kadang jatuh
Menguasai 50 kosa kata
2,6 tahun
Melompat, berdiri satu kaki
Dapat berkomunikasi secara sederhana.
3,0 tahun
Berjingkrak, melompat 12 inci
Kosa kata mendekati 1000
4,0 tahun
Melompat tali, menangkap bola
Ujaran suah lancar, matang berbicara

Keempat peneliti tersebut adalah orang barat dan hasil penelitian dilakukan dengan objek penelitian bukan anak-anak di Indonesia. Selain itu, tahun pelaksanaan penelitian perkembangan bahasa anak pada teori tersebut dilakukan pada tahun 1975-an. Alasan kami meneliti pemerolehan bahasa anak ini untuk membuktikan teori mana yang benar untuk diterapkan pada anak-anak di Indonesia. Jika tidak ada yang sesuai, maka diperlukan suatu teori baru dikarenakan perkembangan zaman yang telah berubah sehingga menyebabkan perkembangan bahasa anak tidak hanya diperoleh dari menirukan bahasa dari lingkungan tetapi juga dari berbagai media misalnya televisi.

B.     Tujuan
1.      Dapat mengetahui pemerolehan bahasa pada anak uisi 0 sampai 3tahun 6 bulan.
2.      Dapat  mengetahui perbedaan pemerolehan bahasa pada anak uisi 0 sampai 3 tahun 6 bulan.
3.      Untuk mengetahui masih relevan atau tidak teori Nababan, Clara dan W. Stern, Aichison dan Lenne Berg diterapakan pada pemerolehan bahasa anak sekarang ini.

 
BAB II
ISI POKOK
A.    Identitas Responden
1.      Tahap I (0 tahun-0,6 tahun)
a.       Identitas Anak/ responden
·         Nama anak           : Diasti Anandya Putri
·         Usia anak              : 0,5 tahun
b.      Identitas Orang tua
·         Nama orang tua    : Istiah dan Diana Satriady    
·         Latar belakang orang tua/ lingkungan      : Orang tua bekerja sebagai wiraswasta dan polri, bertempat tinggal di perkampungan.

2.      Tahap II (0,6 tahun-1,0 tahun)
a.       Identitas Anak/ responden
·         Nama anak           : Kristia Alya Rahayu
·         Usia anak              : 0,8 tahun
b.      Identitas Orang tua
·         Nama orang tua    : Ika Rahayu dan Krisdiyanto
·         Latar belakang orang tua/ lingkungan      : Orang tua bekerja sebagai wiraswasta dan bertempat tinggal di perkampungan.

3.      Tahap III (1,0 tahun-1 tahun 6 tahun)
a.       Identitas Anak/ responden
·         Nama anak           : Rasty Mulia As-syifa
·         Usia anak              : 1 tahun
b.      Identitas Orang tua
·         Nama orang tua    : Saryati dan Rusmanto          
·         Latar belakang orang tua/ lingkungan      : orang tua bekerja sebagai wiraswasta dan bertempat tinggal di perkampungan.

4.      Tahap IV (1 tahun 6 bulan-2,0 tahun)
a.       Identitas Anak/ responden
·         Nama anak           : Alim Rido Mukti
·         Usia anak              : 1 tahun 10 bulan
b.      Identitas Orang tua
·         Nama orang tua    : Asih Purwani dan Rohmat   
·         Latar belakang orang tua/ lingkungan      : orang tua bekerja sebagai wiraswasta dan bertempat tinggal di perkampungan.

5.      Tahap V (2,0 tahun-2 tahun 6 bulan)
a.       Identitas Anak/ responden
·         Nama anak           :Muhammad Asyrof Khoirudin
·         Usia anak              :24 bulan
b.      Identitas Orang tua
·         Nama orang tua    : Wiwin Indriati dan Tumino, S. Ag  
·         Latar belakang orang tua/ lingkungan      : orang tua bekerja sebagai guru dan bertempat tinggal di perkampungan.

6.      Tahap VI (2 tahun 6 bulan-3,0 tahun)
a.       Identitas Anak/ responden
·         Nama anak           :Tasya Obda Saputri
·         Usia anak              : 2 tahun 8 bulan
b.      Identitas Orang tua
·         Nama orang tua    : Sartini dan Sarjimin 
·         Latar belakang orang tua/ lingkungan      : Orang tua bekerja sebagai wiraswasta dan bertempat tinggal di perkampungan.

7.      Tahap VII (3,0 tahun-3 tahun 6 bulan)
a.       Identitas Anak/ responden
·         Nama anak           : Zahratusita Miftahuljannah
·         Usia anak              : 3 tahun 3 bulan
b.      Identitas Orang tua
·         Nama orang tua    : Winih Jumiati dan Budiman
·         Latar belakang orang tua/ lingkungan      : orang tua bekerja sebagai wiraswasta dan bertempat tinggal di perkampungan.
B.     Perolehan Data Kemampuan Berbahasa
1.      Tahap I (0 tahun-0,6 tahun)
a.       Anak dapat mengucapkan bunyi-bunyi tetapi belum bermakna.
Contohnya: uweh-uweh, em-em, eh-eh, uh-uh
b.      Menginginkan atau menolak sesuatu dengan tindakan atau perbuatan. Contohnya:
Mengecap-ngecap bibir berarti ingin minum
Menggigit jari berarti lapar
Menangis jika diajak orang yang belum dikenal
Mengambil barang-barang dihadapannya
Mengangkat bokong atau jongkok-jongkok

2.      Tahap II (0,6 tahun-1,0 tahun)
a.        Anak sudah bisa menginginkan sesuatu dengan kata-kata namun pengucapannya belum sempurna.
b.      Jika diajak orang yang belum dikenal menangis
c.       Jika anak merasa kenyang tidak banyak mengucapkan kata-kata
d.      Tidak banyak mengucapkan kata-kata bila ditanya oleh orang yang jarang ia lihat
e.       Pengucapan kata cenderung mengulang suku kata terakhir saja
Contohnya:
/mam,mam,mam/   maksudnya      /maem/ ‘makan’
/nyum,nyum/         maksudnya      /minum/
/papapapa/             maksudnya      /bapak/
/mbah/                   maksudnya      /simbah/
/etak/                     maksudnya      /buka/

3.      Tahap III (1,0 tahun-1 tahun 6 bulan)
a.       Anak sudah bisa menginginkan sesuatu dengan kata-kata namun pengucapannya belum sempurna.
b.      Anak belum menguasai kata-kata dengan sempurna
c.       Pengucapan kata cenderung mengulang suku kata terakhir saja.
Contohnya:
/emam/                maksudnya      /maem/ ‘makan’
/nanas/                maksudnya      /panas/
/empeda/             maksudnya      /sepeda/
/toh/                    maksudnya      /jatuh/

4.      Tahap IV (1 tahun 6 bulan-2,0 tahun)
a.       Pengucapan kata yang sudah cukup jelas.
b.      Struktur kalimat belum terbentuk sempurna
c.       Sudah bisa menirukan ibunya menyanyi lagu “Balonku Ada Lima” tetapi hanya mengulang suku kata terakhir saja
d.      Pengucapan kata cenderung mengulang suku kata terakhir.
Contohnya:
/afik/                   maksudnya      /rafi/ ‘Rafi (nama kakaknya)’
/todok/                maksudnya      /kodok/ ‘katak’
/ipi/                     maksudnya      /tv/  ‘televisi’
/imok/                 maksudnya      /remote/
/atu/                    maksudnya      /batu/
/ido/                    maksudnya      /mejo/ ‘meja’
/ida/                    maksudnya      /sepeda/
/tutu/                   maksudnya      /susu/
/atuh/                  maksudnya      /kasur/
/adi/                    maksudnya      /mandi/
/apak/                  maksudnya      /bapak/
/unci/                  maksudnya      /kunci/
/aem/                   maksudnya      /maem/ ‘makan’
/bubung/             maksudnya      /bubur/
/ima/                   maksudnya      /lima/
/iyu/                    maksudnya      /biru/
/pat/                    maksudnya      /empat/
/uwat-uwat/        maksudnya      /erat-erat/

5.      Tahap V (2,0 tahun-2 tahun 6 bulan)
a.       Mulai menirukna pembicaraan orang di sekelilingnya
b.      Sudah mengerti benda-benda
c.       Sudah mengucapkan dua kata
d.      Mengucapkan nama benda seperti suara yang dihasilkan
Contohnya:
/ngengeng/          maksudnya/motor/
e.       Pengucapan kata cenderung mengulang suku kata terakhir saja.
Contohnya:  
/emoh/                maksudnya      /emoh/ ‘tidak mau
/habis/                 maksudnya      /habis/
/atoh/                  maksudnya     /jatuh/
/entan/                maksudnya     /ikan/
/edok/                 maksudnya     /sendok/
/anas/                  maksudnya     /panas/
/hai/                    maksudnya      /matahari/
/edong/               maksudnya     /mendung/
/acik/                   maksudnya     /nasi/
/aem/                   maksudnya      /maem/ makan
/intak/                 maksudnya     /minta/
/ingin/                 maksudnya     /dingin/
/along/                maksudnya     /warung/
/mimik/               maksudnya     /mimik/ minum
/uwang/              maksudnya     /guang/ buang
/ek/                     maksudnya      /hek/ kotor
/ayong/               maksudnya      /payung/

6.      Tahap VI (2 tahun 6 bulan-3,0 tahun)
a.       Anak sudah bisa mengucapkan kata dengan sempurna namun ada beberapa penggantian fonem.
Contohnya:
/yoyo/                 maksudnya      /loro/ ‘dua’
/emen/                 maksudnya      /permen/
/taca/                   maksudnya      /tasya/
/caputri/              maksudnya      /saputri/
/al-furkong/        maksudnya      /al furqon/
/ola nono/          maksudnya      /ora ono/ ‘tidak ada’
/ico/                    maksudnya      / iso/ ‘bisa’
/alahuakbal/        maksudnya      /allahuakbar/
b.      kata-kata yang diucapkan sudah cukup jelas.


7.      Tahap VII (3,0 tahun-3,6 tahun)
a.       Kosa kata yang diketahui anak lebih banyak
b.      Anak sudah bisa mengucapkan kata dengan sempurna namun ada beberapa penggantian fonem.
Contohnya:
/lambutan/             maksudnya      /rambutan/
/alep/                     maksudnya      /arep/ ‘mau’
/motol/                  maksudnya      /motor/
/ilik-ilik/                maksudnya      /cilik-cilik/ ‘kecil’
/pitik/                    maksudnya      /pitik/ ‘ayam’
/kelampung/          maksudnya      /pelampung/
/yenang/                maksudnya      /renang/
/lak ono/                maksudnya     /ora ono/‘tidak ada’
/zahya/                  maksudnya      /zahra/
/tulis/                     maksudnya      /tulis/ ‘pensil’
/intuk/                   maksudnya      /entuk/ ‘boleh’
/la popo/                maksudnya      /ra opo-opo/ ‘tidak apa-apa’
/petika/                  maksudnya      /tpa/
/ketik/                   maksudnya      /ketik/ ‘keyboard’
/komputel/            maksudnya      /komputer/
/korsi/                    maksudnya      /kursi/
/ketas/                   maksudnya      /kertas/
/cuwek/                 maksudnya      /suwek/ ‘sobek’
/det/                      maksudnya      /duit/ ‘uang’
/hulung/                maksudnya      /hurung/ ‘belum’
/kayung/                maksudnya      /kalung/
/sayulan/               maksudnya      /sayuran/
c.       Anak lebih aktif dalam berbicara.
d.      Kosa kata yang dikuasai anak lebih banyak.

C.    Pembahasan
1.      Tahap I (0 tahun-0,6 tahun)
Pada anak dengan usia tahap I sudah bisa mengucapkan kata-kata walaupun belum bermakna hanya seperti bergumam.  Jika menginginkan sesuatu masih menggunakan tingkah laku, seperti menunjuk hal-hal yang diinginkan. Selain itu jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan yang diinginkan akan menangis.

2.      Tahap II (0,6 tahun-1 tahun)
Pada anak usia tahap II, bahasa yang digunakan sudah mulai terbentuk dan terucap. Akan tetapi masih dalam tahap awal. Kosa kata atau kalimat yang dipahami juga masih dalam tahap sederhana atau bawah. Kesempurnaan belum terlihat dalam ucapan, hanya  terjadi pengulangan pada akhir. Jadi kata yang diulang adalah suku kata dari kata itu sendiri. Dalam tahap ini juga terjadi perubahan fonem pada kata-kata tertentu.
contohnya:
·           /minum/                   /nyum/ ( /minum            /ńum/ )
            Pada tahap II ini anak juga cenderung mengulang suku kata awal maupun akhir. Contohnya:
·         /papapapa/ maksudnya /bapak/, terjadi pengulangan /pa/
·         /mam,mam,mam/ maksudnya  /maem/ ‘makan’, terjadi pengulangan /mam/

3.      Tahap III (1 tahun 1 tahun 6 bulan)
Pada tahap ini kosa kata yang dikuasai sudah mulai meningkat. Meskipun dalam hal ini kesempurnaan ucapan kalimat belum terjadi dan struktur kalimat juga belum terbentuk. Kata yang terbentuk terjadi penambahan fonem, penggantian fonem bahkan penghilangan fonem. Contoh:
·           /emam/ maksudnya /maem/ ‘makan’, dalam kata ini terjadi penambahan fonem juga penghilangan fonem. Penambahan fonem terjadi pada awal kata yaitu penambahan fonem /e/ dan terjadi penghilangan fonem ditengah-tengah kata yaitu fonem /e/.
·           /nanas/ maksudnya /panas/, dalam kata ini terjadi perubahan fonem yaitu fonem /p/ menjadi /n/. Hal ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan atau campur tangan dari pengasuh.
·           Anak belum bisa mengucapkan konsonan bilabial /p/ sehingga menjadi apikoalveolar /n/. 

4.      Tahap IV (1 tahun 6 bulan -2 tahun)
Pada tahap ini anak sudah banyak menguasai kosa kata. Akan tetapi kosa kata yang diucapkan belum sempurna. Pada tahap ini juga belum terjadi adanya kesempurnaan struktur. Struktur kata yang terbentuk terjadi penambahan fonem, penggantian fonem dan penghilangan fonem.
contoh:
·           /bubung/ maksudnya /bubur/ terjadi penggantian fonem /r/ menjadi /ŋ/
Anak belum bisa mengucapkan konsonan Apikoalveolar /r/ sehingga menjadi dorsovelar /ŋ/.
·         /apak/ maksudnya /bapak/ terjadi penghilangan fonem /b/ 
/unci/ maksudnya /kunci/ terjadi penghilangan fonem /k/
/aem/ maksudnya /maem/ ‘makan’ terjadi penghilangan fonem /m/

5.      Tahap V (2 tahun-2 tahun 6 bulan)
Pada tahap ini kosa kata yang diketahui oleh anak sudah banyak akan tetapi dalam pengucapan kata-kata tersebut belum sempurna. Struktur kalimat yang dibentuk oleh anak juga belum sempurna. Dalam pengucapanya terjadi penghilangan fonem, perubahan fonem. Pada usia ini anak sudah mulai menirukan kata-kata yang diucapkan orang lain, walau hanya mengucapkan sebagian kata yang terletak dibelakang saja. Jika ditunjukkan suatu benda sudah dapat mengerti nama benda-benda yang ditunjukan. Pada usia ini anak baru dapat mengucapkan dua sampai tiga kata.
                        Contoh:
·         /etan/ maksudnya /ikan/
Kata tersebut mengalami penggantian vokal dari /i/ dan /e/ dan penggantian konsonan dari /k/ menjadi /t/
·         /endok/ maksudnya /sendok/
kata tersebut mengalami penghilangan konsonan /s/ pada awal kata
·         /anas/ maksudnya /panas/
kata tersebut mengalami penghilangan konsonan pada awal kata yaitu konsonan /p/
·         /acik/maksudnya /nasi/
kata tersebut mengalami perubahan total, yaitupenghilangan fonem /n/ pada awal kata, adanya perubahan bunyi konsonan /s/ menjadi /c/ dan penambahan konsonan /k/ pada akhir kata.

6.      Tahap VI (2 tahun6 bulan -3 tahun)
Pada tahap ini kosa kata yang diketahui oleh anak sudah banyak akan tetapi dalam pengucapan kata-kata tersebut belum sempurna. Struktur kalimat yang dibentuk oleh anak juga belum sempurna. Dalam pengucapanya terjadi penghilangan fonem, perubahan fonem.
Contoh:
·           /yoyo/ maksudnya /loro/ ‘dua’
Kata tersebut mengalami penggantian konsonan dari /l/ dan /r/ (apikoalveolar) menjadi /y/ (dorsovelar).
·           /ola nono/ maksudnya /ora ono/ ‘tidak ada’
 Kata tersebut terjadi penggantian konsonan yaitu dari konsonan /r/ menjadi /l/.
·         /emen/ maksudnya /permen/
Pada kata /permen/ tersebut terjadi penghilangan fonem /p/ sehingga hanya menjadi /emen/.
·         Anak tidak bisa mengucapkan fonem /s/ di tengah-tengah kata maupun di awal kata.
/taca/ maksudnya /tasya/
/caputri/ maksudnya /saputri/
/ico/ maksudnya / iso/ ‘bisa’


·         Anak belum bisa mengucapkan fonem /r/ sehingga berubah menjadi fonem /l/. Hal ini disebabkan karena kedekatan antara bunyi fonem /l/ dan fonem /r/.
Contohnya: /alahuakbal/ maksudnya /allahuakbar/
·         Pada kata /al-furkong/ maksudnya /al furqon/ terjadi perubahan fonem /n/ menjadi fonem /ŋ/.

7.      Tahap VII (3,0 tahun-3 tahun 6 bulan)
Pada tahap ini kosa kata anak sudah lebih banyak. Dalam pengucapannya jauh lebih sempurna tetapi masih ada beberapa penggantian fonem dan penghilangan fonem. Anak lebih aktif berbicara.
                        Contohnya :
·      /lambutan/ maksudnya /rambutan/
/komputel/ maksudnya /komputer/
/sayulan/ maksudnya /sayuran/
Kata tersebut mengalami penggantian fonem dari konsonan /r/ menjadi /l/
·      /ilik-ilik/ maksudnya /cilik-cilik/ ‘kecil’
Kata tersebut mengalami penghilangan fonem yaitu konsonan /c/ dari kata /cilik-cilik/ menjadi kata /ilik-ilik/
·      /kelampung/maksudnya /pelampung/
Pada kata /pelampung/ anak menggantikan konsonan /p/ menjadi konsonan /k/, /kelampung/
·         /cuwek/ maksudnya /suwek/ ‘sobek’
Kata tersebut mengalami penggantian fonem /s/ menjadi /c/
·         /intuk/ maksudnya /entuk/ ‘boleh’
Kata tersebut mengalami penggantian fonem /e/ menjadi /i/
·         /hulung/ maksudnya /hurung/ ‘belum’
Kata tersebut mengalami penggantian fonem /r/ menjadi /l/
·         /kayung/ maksudnya /kalung/
Kata tersebut mengalami penggantian fonem /l/ menjadi /y/

·      Anak belum dapat mengucapkan dengan jelas konsonan /r/ sehingga menggantinya dengan konsonan /y/.
/yenang/ maksudnya /renang/
/zahya/ maksudnya /zahra/
·         Anak mengucapkan benda sesuai dengan keguanaan benda tersebut.
/ketik/ maksudnya ‘keyboard’
/tulis/ maksudnya ‘pensil’
·         /det/ maksudnya /duit/ ‘uang’
Kata tersebut mengalami penghilangan dan penggantian fonem. Fonem /i/ berubah menjadi /e/ dan terdapat penghilangan fonem /u/


BAB III
PENUTUP
Simpulan
Pemerolehan bahasa pada anak, mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya usia anak tersebut. Berawal dari tahap pertama, anak hanya bisa mengucapkan bahasa tanpa mengandung makna, kemudian pada tahap II anak sudah bisa mengucapkan kata namun belum sempurna. Selanjutnya pada tahap III anak sudah bisa mengucapkan kata tetapi ada penghilangan fonem.
Tahap IV, anak sudah bisa mengucapkan kata secara lengkap tetapi ada beberapa fonem yang hilang dan ada pula yang mengalami penggantian misalnya fonem /s/ menjadi /c/ atau /r/ menjadi /l/. Tahap V, anak sudah bisa mengucapkan nama benda sesuai dengan bunyi yang dihasilkan benda tersebut. Pada tahap VI, anak sudah dapat mengucapkan nama benda secara jelas dan pada tahap VII, anak sudah banyak menguasai kata-kata namun masih ada beberapa yang mengalami perubahan fonem.
Dari berbagai teori yang dikemukakan oleh Nababan, Clara dan W. Stern, Aichison dan menurut Lenne Berg belum ada yang pas diterapkan pada anak-anak di Indonesia. Penelitian yang telam kami lakukan, perbedaan paling terlihat hanya pada anak tahap I, II, III saja.  Pada tahap IV, V, VI,VII pemerolahan pada bahasa anak hampir sama. Misalnya dengan pengantian, penghilangan dan penambahan fonem saja. Perbedaan yang terlihat hanya pada aktif dan tidaknya anak di dalam berbicara dan penguasaan terhadap nama-nama benda.
Jadi dapat disimpulkan bahwa diperlukan teori baru mengenai pemerolahan bahasa pada anak dengan objek anak Indonesia dan penelitinya juga dari Indonesia. Teori yang ada selama ini yang menciptakan adalah orang barat dengan objek anak-anak barat juga sehingga kurang cocok diterapkan untuk penelitian di Indonesia.
Selain itu, sekarang ini sudah banyak media yang mempengaruhi pemerolahan bahasa pada anak. Misalnya televisi, radio dan handphone, sehingga menyebabkan pemerolehan bahasa tidak lagi hanya berasal dari orang tua atau pengasuh. Hal ini semakin memperkaya bahasa yang diterima oleh anak.
DAFTAR PUSTAKA
Dardjowijojo. Soejono. 2008. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Marsono. 2006. Fonetik. Yogyakarta. Gajah Mada University Pers