Sejarah Sastra



1.    Hubungan Sejarah Sastra, Kritik Sastra dan Teori Sastra
Teori, sejarah dan kritik sastra memiliki hubungan integral dan sinergis. Saling mengisi dan melengkapi. Ketiganya tidak dapat dipisahkan dari karya sastra. Suburnya penulisan karya sastra dapat mendorong berkembangnya ilmu sastra, memotivasi sastrawan, sehingga mereka akan lebih giat berkarya.
Dalam menyusun teori sastra tentang genre, ahli sastra perlu meminta bantuan kritik sastra. Dalam kritik sastra diuraikan alur, watak, alur dan sebagainya. Dalam analisis ini dapat disusun teori tentang novel, bagaimana alur, watak, latar dan unsur lainnya.  Kritik sastra memberi bantuan kepada sejarah sastra. Misalnya saja sejarah sastra dalam menyusun periode- periode sastra perlu bantuan kritik sastra. Tidak semua karya sastra dapat dimasukan dalam perkembangan sastra, karya yang tidak menunjukan perkembangan tidak dapat dimasukan dalam sejarah sastra. Hal ini dapat diketahui bila analisis strukturnya dan tidak lepas dari penggunaan prinsip kritik sastra. Untuk menunjukan ciri- ciri sastra yang dapat digunakan  untuk menyusun periode sastra, tidak mungkin dilakukan tanpa kritik sastra yaitu analisis.
            Sumber:
·         Yant Mujiyanto dan Amir Fuady. 2008. Sejarah Sastra Indonesia Prosa dan Puisi. Sebelas Maret Univercity Press. ( hal 8- 9)
·         Materi kuliah

2.    Isi Nota Rinkes
a.    Karangan yang diterbitkan hendaklah yang dapat menambah kecerdasan dan budi perkerti.
b.    Isi karangan tidak mengganggu ketertiban umum dan keamanan negeri, artinya tidak bertentangan dengan pemerintah.
c.    Harus netral agama.
Sumber:
Sawardi. 2004. Sejarah Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta: Gama Media. ( hal 28)

3.    Karakterisasi Sastra Balai Pustaka
a.    Sebagian besar mengambil tema kawin paksa.
Orangtua yang beranggapan bahwa perkawinan adalah urusan orangtua. Orangtua berhak menentukan jodoh anaknya, dan hal itu dipandang sebagai adat.
b.    Pertentangan kaum muda dan kaum tua
Kaum tua hendak mempertahankan adat melawankaum muda yang ingin menyesuaikan adat dengan kemajuan zaman.
c.    Unsur nasionalitas belum jelas, meskipun bukan berarti unsur tersebut tidak ada sama sekali
d.    Peristiwa yang diceritakan sesuatu yang realitas kehidupan masyarakat, tidak lagi berhubungan dengan kehidupan kerajaan atau hal yang tidak masuk akal seperti cerita lama
e.    Sastra Balai Pustaka memiliki tendensi politik
f.     Bahasa yang digunakan bahasa melayu umum, sebagian besar anggota Balai Pustaka berasal dari Sumatra
g.    Genre yang paling popular berbentuk novel
Sumber:
·         Pradopo, Rahmad Djoko. 2008. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ( hal 14- 15)
·         Materi Kuliah

4.    Pendekatan Sastra Menurut Abrams
a.    Obyektifadalah karya satra dianggap sebagai sesuatu yang otonom, berdiri sendiri, lepas dari dunia politik, ekomomi dan hal- hal yang berada diluar unsur intrinsik. jadi antara isi suatu novel atau sajak tidak ada hubungakan dengan pengaranya atau bisa juga disebut hanya meneliti novel itu saja.
b.    Mimetikadalah adanya hubungan antara karya sastra dengan masyarakat. Yang dimaksud disini adalah ada dua data yang dibandingakan yaitu data atau keterangan yang berasal dari karya sastra dan data yang berasal dari masyarakat sebenarnya. Kita membandingkan antara realitas dalam teks karya sastra dan relitas dalam masyarakat.
c.    Pragmatikadalah hubungan karya sastra dengan pembaca. Diperlukan data yang berasal dari sampel pembaca yang diteliti. Kita melakukan penelitian atau pengamatan terhadap pembaca. Pembaca disini bukan berarti si peneliti. Pragmatic bisa juga disebut sebagai media untuk menyampaikan amanat pengarang kepada pembaca.
d.    Ekspresifadalah hubungan antara karya sastra dengan pengarang. Diperlukan data yang berasal dari pengarang yang bersangkutan atau pengarang dari karya sastra yang diteliti. Untuk model ini kita harus berhubungan langsung dengan pengarang atau mencari data dari biografi pengarang, rekaman, wawancara atau lainnya.
Sumber:
Harjito. 2007 . Melek Sastra untuk 17 tahun ke-atas. Semarang: Kontak Center. ( hal 39- 41)

5.    Prof. Dr. Rahmad Djoko Pradopo Membuat Periodesasi Angkatan dengan Tahun Bulat
Karena untuk mempermudah pengingatan dan pemahaman dalam studi ( sastra). Lagi pula lahirnya, tersebarnya, dan terintegrasinya suatu periode sastra atau angkatan sastra pada umumnya kurang jelas batas- batas waktunya. Jadi tahun- tahun bulat itu sebagai ancar- ancar  timbulnya, tersebarnya, terintegrasinya dan lengkapnya suatu periode atau agkatan sastra.
Sumber:
Pradopo, Rahmad Djoko. 2008. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ( hal 18)