Malam ini bulan penuh tapi muram. Aku penuh merindukanmu. Seiiring perut kenyang digiring sepiring spagetti. Solo, aku mendengar omelan sepupuku. Ah, ini cerita lucu. Sampai ketemu besok, angka 22.
#Sebuah catatan 21 November 2013.
Selamat malam. Selamat datang di rumah, selamat datang di kamar ini.
Pulang, setelah dari Kamis sampai Senin di Solo. Perjalanan dengan Pramexs yang ternyata tak se so sweet yang kubayangkan dan rasa mual yang mengganjal. Setelah itu, semua hari adalah senang, enak, ramai, tapi dari membuka mata sampai menutup mata mendengar omelan. Hahahaha, memang unik. Tapi aku menyukai ini. Kapan lagi kumpul seperti beberapa hari yang lalu.
Curhat sampai subuh. Seperti beberapa bulan yang lalu. Bedanya saat itu kita masih saling terikat, atau lebih tepatnya aku mengikatmu.
“Terus gimana tuh?”
“Ya udah.”
“Kalau misalnya lagi Trah lebaran gitu, terus kamu jadi sama dia, aku jadi sama yang sekarang, pasti aku bakalan bilang kalau punyamu lebih tua.”
“Sialan! Tua nggak apa-apa. Asal cerdas.”
“Mbel-ku (panggilan sayang) masih muda dan cerdas. Nih (nunjuk baju oleh-oleh dari Perancis).”
“Nggak ada buat aku?”
“Roti yang dulu.”
“Eh, kenapa kita terlahir sebagai anak tunggal ya.”
“Hem.”
“Ya, semoga hidup kita bahagia nantinya. Dengan jodoh yang entah siapa.”
“Amiin.”
“Tidur yuk, udah pagi.”
Saling membelakangi. Dan benar saja, ketika mata terbuka, selimutku sudah raib dalam badanmu. Aku selalu memaklumi hal ini.
Lima hari yang penuh banyak hal. Makan tempat jauh. Menu ayam kampung. Seperti pulang ke rumah jaman dulu ketika belum ada tembok-tembok. Rumah masih seluruhnya berdinding kayu dan jendela growong-growong. Sebelumnya tragedi ngomeli kasir Pizza Hut dan malamnya marah-marah mau nabrakin mobil ke pagar rumah orang dan nurunin anaknya di jalan. Ah, keluarga yang unik. Semenit marah, semenit kemudian mesra. Nanti, semoga aku berjodoh dengan lelaki yang mempunyai kesabaran lapang seluas utara sampai selatan.
Selamat datang di Jogja. Sri Wedari yang memberi kenyamanan. Cerita dalam kereta yang menyebutkan rahasia-rahasia. Ternyata kamu tak tahu rahasia terbesar itu. Biarlah, aku saja yang tahu. Nikmati apa yang kamu tahu saat ini.
“Kereta api sekarang cenderung lebih rapi ya. Yang masuk hanya penumpang aja. Pengantar dan penjemput hanya di luar. Gak ada penjual juga. Bersih.”
“Tapi gak so sweet, kalau mau pisah gak bisa nangis-nangis sambil ngejar kereta kayak di film-film India.”