Kalender sudah menunjuk angka 6. Dan aku belum mengucapkan selamat tahun baru...
Selamat tahun baru 2014 readers...
Akhir tahun yang mengesankan. Tepat akhir tahun, aku menciptakan Lazuardi dan Sampur Sari. Tepat tahun baru, aku menciptakan Nu-Namira. Semoga anak-anakku ini berguna, dan suatu saat bisa mejeng di jajaran etalase toko buku. Amiin...
Akhir tahun yang mengesankan. Masih dengan hujan, masih dengan denging nyaring nyamuk yang tanpa rasa sopan menyesap darah pada tangan. Nyamuk-nyamuk itu tak berperasaan, karena tangan ini sedang bermesraan menjamah pasangannya untuk menghasilkan sebuah keturunan yang baru. Aih... aku tidak sedang mencoba menulis liar. Sebenarnya ingin, hanya saja untuk memasuki area itu harus ada pembatas.
Jika kau pernah ditolak cinta, kemudian sakit hati, ternyata itu tidak seberapa. Lebih sakit ditolak kerja guys... mungkin memang tidak berjodoh pada tempat-tempat yang menyingkirkan kita. Atau karena kita yang kurang usaha? Hidup itu tetap pilihan, sama hanlnya untuk serius atau tidak dalam membuat RPP untuk seleksi mengajar. Oppss...
Mulai baris ini, aku akan menceritakan tentang dunia baru, dunia yang mengadarkan jika dalam hidup ini kita memang bersaing. Tidak hanya bersaing menduduki hati seseorang, bersaing menarik hati teman, atau bersaing lebih dulu KRS tengah malam! Bukankah untuk terlahir ke dunia ini saja kita juga sudah bersaing? Mengalahkan ribuan yang tercecer pada seprai atau dinding-dinding (opo maksude?). Syudahlah, mari kita selingi keseriusan hidup, atau bahkan tulisan ini dengan derai tawa. Atau khayalan nakal sedikit. Tak apa, bukankah kita sudah dewasa? Adakah pembaca yang masih di bawah lima tahun? Ah, masa iya udah bisa googling dengan kunci ‘utami pratiwi’... jangan bercanda.
Kalender menunjukkan angka 3.
Sebuah kabar gembira, meski menempuh jarak yang tak dekat. Kemudian sebuah naskah pagi tadi mampir di surelku. Aku buka. Baru sekelebat saja, aku sudah harus mengeluarkan KKBI yang beberapa hari lalu baru kubeli (kalau tidak ada bantal, bolehlah pakai barang ini. Awas, jangan membuat pulau. Kertas dan tinta KW bisa melelehkan isi didalamnya. Kabur) selain itu EYD dan pedoman selingkung. Ketika kalender menunjuk pada angka 8, naskah ini harus sudah dikembalikan dengan keadaan sempurna. Ya, sempurna, tidak hanya nyaris. Karena dengan sempurna itu aku tidak akan mengalami penolakan lagi. Aku harap, kali ini aku serius, karena aku tidak harus membuat RPP yang ribet itu. Semoga...
Ada lagi cerita hari ini. Ketika hampir saja berbalik arah karena menganggap salah jalan. Selamat datang di gedung yang lainnya. Dengan orang-orang yang sebelumnya telah dikenal, telah bertemu, dan telah mengingat. Besok tes lagi... semoga aku menjadi salah satu bagian dari kalian.
Bagaimana pun juga, hidup adalah pilihan. Untuk memilih serius atau tidak. Untuk memilih yang pertama atau yang kedua, untuk memilih menjadi yang pertama atau yang kedua, untuk menarik atau melepaskan, untuk mundur atau tetap maju. Ah, bukankah ini juga seperti halnya dengan cinta? Ya, cinta yang tak pernah habis kita bicarakan. Yang tak pernah habis dipersoalkan.
Aku menyudahi tulisan ini dengan doa. Semoga beberapa hari ke depan aku bertemu dengan kabar gembira, seperti pernyataan cinta yang diterima.
Oke, kita jadian saja.
“Tiwi, mana novelmu?”